Penangkaran Buayadengan Pola Pembesaran
19 kecepatan pertumbuhan anakan, laju kematian dan keseragaman ukuran badan
buaya yang dipotongpanen Ditjen PHKA 2001;Kemenhut 2011. Kriteria kedua berdasarkan penggunaan ilmu dan teknologi sebagai kriteria
teknik yang membutuhkan tenaga terampil. Alikodra 2010, bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia dapat diperoleh dari lingkungan sosial sebagai
dampak keberadaan unit usaha penangkaran. Hal yang sama tentang kriteria penilaian keberhasilan penangkaran dalam Masy’ud 1991 bahwa kriteria yang
dibangun sebagai dampak yang ditimbulkan oleh penangkaran yaitu pada aspek sosial dan ekonomi yang lebih mengedepankan pemanfaatan untuk kebutuhan
manusia. Lingkungan atau sosial sebagai dukungan bagi keberadaan usaha penangkaran dari masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai kriteria sosial.
Penilaian pengelolaan penangkaran menggunakan penilaian bobot dan skoring indikator. Bobot indikator merupakan angka yang diberikan untuk
masing-masing indikator penilaian berdasarkan tingkat kepentingan atas penilaian keberhasilan penangkaran. Pembobotannya berupa nilai paling tinggi untuk
indikator penilaian sangat penting, penting dan cukup penting masing-masing dicontohkan dengan pemberian nilai 5, 4 dan 3. Begitu juga dengan penetapan
skoring penilaian. Skoring merupakan nilai yang diberikan untuk masing-masing indikator penilaian berdasarkan tingkat kelengkapan dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh unit penangkaran. Pemberian nilai skoring terdiri atas penilaian angka paling tinggi untuk kategori sangat baik contoh: angka 5, angka untuk
penilaian paling tinggi hingga rendah sebagai kategori cukup baik contoh: 3, dan angka paling rendah untuk penilaian kategori kurang baik contoh: 1 Kemenhut
2011. Indeks keberhasilan dalam penilaian pengelolaan penangkaran merupakan
perhitungan hasil penilaian yang telah dilakukan pada kondisi penangkaran yang diprosentasekan sesuai kisaran prosentase kategori keberhasilan.Kisaran
prosentase dari indeks penilaian adalah antara 0-100, yaitu kriteria penilaian baik 80-100, penilaian cukup 60-80;, dan kisaran penilaian kurang
60. Penilaian pada kategori baik 80-100 dan cukup 60-80 artinya unit usaha penangkaran buaya tersebut dianggap sudah berhasil dan sudah dapat
memanfaatkan hasil penangkaran. Sebaliknya, bagi kategori penilaian kurang
20 maka perusahaan penangkaran dianggap belum berhasil dan belum dapat
memanfaatkan hasil penangkarannya. Penilaian keberhasilan penangkaran menjadi ukuran unit usaha penangkaran
buaya untuk memperbaiki sistem pengelolaan penangkaran yang juga menjadi persyaratan dalam pengajuan perpanjangan ijin usaha penangkaran tiap lima
tahun. Oleh sebab itu penilaian penangkaran untuk memperoleh ukuran komersial melalui pertumbuhan dan pembesaran buaya dalam waktu yang cepat menjadi
patokan dalam pola pembesaran Ditjen PHKA 2001.
2.3. Peningkatan Keberhasilan dan Keberlanjutan Program Penangkaran Pola Pembesaran di Wilayah Papua
Soehartono dan Mardiastuti 2003 menyebutkan, sejauh ini ada belum ada herpetologist yang dapat membuktikan secara obyektif bahwa pemanenan reptil
termasuk buaya pada skala besar dan terus menerus yang selama ini dapat dilakukan di Indonesia telah mengakibatkan penurunan populasi di habitatnya.
Namun bukan berarti suatu pembenaran untuk pemanfaatan langsung dari alam, kekurangan data mengenai populasi buaya di alam diakibatkan terbatasnya
kemampuan tenaga kerja dan biaya survei dan monitoring di habitat alami di Papua yang masih sulit dan beresiko Ditjen PHKA 2001.
Upaya menjaga populasi buaya muara di alam dengan mengembangkan penangkaran guna pemenuhan kebutuhan bahan baku kulit buaya di Papua telah
dicanangkan BBKSDA Papua dalam rencana aksi pengelolaan buaya yang diharapkan menjadi arah pengelolaan buaya yang ideal di Papua.Program
pengelolaan populasi di dalam penangkaran merupakan bagian integral dari pengelolaan populasi alam yang bertujuan membantu menjaga populasi di alam
melalui pemanfaatan yang lestari. Program pengelolaan populasi buaya yang ditangkarkan didasarkan pada tiga hal pokok yaitu: 1 mekanisme monitoring
populasi, 2 sistem pelaporan, dan 3 pemeriksaan dan pengawasan Ditjen PHKA 2001. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam Dirjen PHPA Nomor: 93KptsDJ-VI1996 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian Pemanfaatan Buaya dinyatakan bahwa penangkaran buaya