Perbaikan Manajemen Pemanfaatan Buaya Secara

98 Cox JH. 1985. Crocodile Nesting Ecology in Papua New Guinea. Field Document No. 5 of the FAOUNDP, PNG74029, Assisten to the Crocodile Skin Industry Project. Port Moresby. Wildlife Division: Papua New Guinea. Cox JH. 2010. New Guinea Freshwater Crocodile Crocodylus novaeguinea in Crocodiles: Status Survey and Conservation Action Plan. Third Edition Ed by Manolis SC. and Stevenson C: 90-93. Darwin: CSG [CSG] Crocodile Specialist Group Newsletter. 2005. Regional Repport. IUCN- World Conservation Union. Species Survival Commision. CSG Australia:: 243: 10-18. [CV BM] CV Bintang Mas. 2009. Rencana Kerja Tahunan Penangkaran Buaya CV Bintang Mas Tahun 2010. Jayapura: CV Bintang Mas. [CV BM] CV Bintang Mas. 2011. Rencana Kerja Tahunan Penangkaran Buaya CV Bintang Mas Tahun 2012. Jayapura: CV Bintang Mas. Davis BM. 2001. Improved nutrion and management of farmed crocodile : from hatchling to harvest. Rural Industries research and development coorporation, Australia: RIRDC Publication 01138:1-95. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19Menhut-II2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar. Jakarta: Dirjen PHKA-Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati. [Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2001. Kebijakan Konservasi Buaya dalam Rangka Pengembangan Penangkaran dan Industri Kulit. Disampaikan Ditjen PHKA: Bahan Lokakarya dan Konsultasi “Investasi dan Peluang Usaha Industri Buaya” tanggal 14-15 Nop 2001, di Hotel Wisata. Jakarta: Ditjen PHKA dan Direktorat KKH. [Ditjen PHPA] Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1985. Pedoman Pelaksanaan Usaha Penangkaran Buaya Sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Untuk Menunjang Perekonomian. BKSDA III. Direktorat Jenderal PHPA. Bogor: Departemen Kehutanan. [Ditjen PHPA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1987. Pedoman Pelaksanaan Usaha Penangkaran Buaya. Bogor: Direktorat PHPA dan Hexa Buana Conserve. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Jayapura. 2012. Laporan Tahunan Pelaksanaan ProgramKegiatan Tahun Anggaran 2011. Jayapura: DKP Kota Jayapura. Elmir MY. 2008. Studi pengaruh pemberian makanan terhadap pertumbuhan buaya muara Crocodylus porosus pada penangkaran PT Ekanindya Karsa di Cikande Kabupaten Serang [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor Frye FL. 1991. Reptile Care: An Atlas of Disease and Treatment. Volume ke-I. New Jersey: Napture City. Hardjanto, Masy’ud B. 1991. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Buaya di Irian Jaya. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. 99 Huchzermeyer F. 2003. Crocodiles-Biologi, husbandry and disease. CABI Publishing wallingford, 352pp. ISBN 85199 656. 0038-2809 Tydskr. S.Afr.vet, 744:111-116. [IPB] Institut Pertanian Bogor. 1990. Studi Kelayakan Industri Pengusahaan Buaya di Irian Jaya. Intitut Pertanian Bogor dan PT. Persero INHUTANI II. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Iskandar DT. 2000. Kura-Kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. Bandung: IUCN-ITB-WORLD BANK. Izzuddin. 1989. Pengaruh Jenis dan komposisi ransum terhadap pertumbuhan anak-anak buaya muara Crocodylus porosus. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [Kanwil Dephut] Kantor Wilayah Depatemen Kehutanan. 1986. Studi Kelayakan Industri Kulit Buaya di Irian Jaya. Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Intitut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Handbook Cites – CITES. Jakarta: Direktorat Jenderal Konservasi Keanekaragaman Hayati. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.5IV-SET2011 tentang Pedoman Audit atau Penilaian Keberhasilan Penangkaran Reptil. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Ditjen PHKA. Kurniati H, Rumabar Y, Mumpuni, Semiadi G. 1999. Status populasi buaya Crocodylus porosus di daerah Kaimana dan Teluk Arguni, Irian Jaya. Berkala Penelitian Hayati. Surabaya: PBI Komisariat 4 : 51-60. Kurniati H. 2002. Spotlight Survey of New Guinea Freshwater Crocodile Crocodylus novaeguineae in Mid-Zone Memberamo River Memberamo and Rouffaer River System, Papua Province. J. Zoo Indonesia 29. Kurniati H. 2008. Buku Panduan Pembesaran dan Penangkaran Buaya Jenis Buaya Muara Crocodylus porosus dan Buaya Air Tawar Crocodylus novaguinea. Cibinong: Bidang Zoolologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Manalu J. 2012. Model pengelolaan Teluk Youtefa terpadu secara berkelanjutan. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan PSL. Institut Pertanian Bogor. Marre, Casey NH. 1993. Livestock Production System: Principals and Practise. Agri-Development Foundation. South Africa: Brooklyn, Pretoria. Masy’ud B, Ginoga LN, Muntasib HEKS. 1993. Percobaan Pemberian Beberapa Ransum Pellet Yang disusun dari beberapa bahan penyusun pada buaya muara Crocodylus porosus. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Masy’ud B. 2001. Dasar-dasar Penangkaran Satwa Liar. Laboratorium Penangkaran Satwa Liar. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 100 Messel H, Broad S, Samedi, Dwiatmo, Sutedja. 1997. Crocodile Management Program for Indonesia revised. Report for Ministry of Forestry. Jakarta: Directorate General of Forest Protection Nature Coservation. Power T. 2010. Dehydration in reptiles : Guidelines for offering fluids FAQ. Tricia’s Chinese Water Dragon, Reptile and Amphibian Care Page. http:www.tricaswaterdragon.comhydrate.htm. [11 Januari 2012] Prianto. 2011. Analisis kebijakan konservasi buaya muara Crocodylus porosus di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. [Tesis]. Bogor: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. [PT LC] PT Lucas Croco. 2012. Rencana Kerja Tahunan RKT 2012. Waropen: PT Lucas Croco. [PWSNT] Parks and Wildlife Service of the Northern Territory. 2008. A Draft Management Plan For Crocodylus porosus In the Northern Terrytory. Departemen of Infrastructure, Planning and Environment. Australia: Palmerson Sandjojo I. 1982. Studi kemungkinan usaha penangkaran buaya [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Simanungkalit S. 1994. Tinjauan aktifitas penangkaran satwa buaya milik KSDA Wilayah I Irian Jaya di Sorong. [Skripsi]. Manokwari: Fakultas Kehutanan Universitas Cenderawasih. Soehartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Cites di Indonesia. Jakarta: JICA. Solmu GC, Sine RW. 2009. An Update to the PNG Country Report on C.porosus and C.novaeguineae Conservation and Management 1982-2008. Proceedings of the 19th; Working Meeting of the IUCN-SSC CSG IUNC: 309-316. Suara Media. 2010. Ekonomi dan bisnis: Wow, kulit buaya hasilkan omzet puluhan miliar tiap bulan http:www.suaramedia.comekonomi- bisnisstrategi-bisnis18296-wow-kulit-buaya-hasilkan-omzet-puluhan- miliar-tiap-bulan.html [03102012] Supriatna J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Suzanna E. 2000. Status kesehatan anakan buaya muara Crocodylus porosus di penangkaran. Media Konservasi, VI: 99-104. Taylor JA. 1979. The foods and feeding habits in Northern Australia. Australia Wildlife Resources 6:347-359. Thohari M. 1987. Upaya penangkaran satwa liar. Media Konservasi I:3-10. Webb G. 1977. Abnormalitis and injuries in the estuarine crocodile Crocodylus porosus. Australia. Wildlife Resources 4: 311-319.