Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran Penelitian

12 kegiatan dari penangkapan anakan buaya di alam. Umumnya pembesaran anakan hingga mencapai umurusia dan ukuran badan buaya berlangsung selama jangka waktu pemeliharaan sekitar 3-4 tahun.Adapun ukuran potong ekonomis buaya hasil pembesaran adalah lebar dada perut 30-46 cm atau rata-rata 37.8 cm dan panjang tubuh minimum 150 cm. Namun bila buaya yang dibesarkan tersebut telah mencapai ukuran lebar dada di atas 46 cm tidak boleh dipotong tetapi dijadikan induk. Kecepatan pertumbuhan buaya di penangkaran memerlukan fasilitas dan sarana pendukung, tenaga kerja yang ahli dan terampil serta lingkungan sekitar lokasi penangkaran sebagai potensi yang mendukung. Adapun kegiatan selama masa pembesaran buaya muara dalam penangkaran berupa:

1. Perkandangan

Kandang sebagai habitat tiruan harus memenuhi prinsip utama kandang yaitu aman, nyaman, sehat, sesuai perilaku satwa, konstruksi kandang Simanungkalit 1994. Perkandangan perlu mempertimbangkan macam dan bentuk kandang, ukuran kandang, sistem perkandangan, pemeliharaan dan pengelolaan kandang. Persyaratan dasar kandang berupa ukuran kandang relatif luas dan memenuhi keamanan dan kenyamanan untuk bertumbuh buaya dan ketersediaan air dan ukuran kedalaman air bagian kolam sesuai kebutuhan perilaku buaya Bolton 1990. Kurniati 2008 mengemukakan, ada tiga komponen penting dalam infrastuktur kegiatan pembesaran yakni kandang karantina, kandang pembesaran dan kandang isolasi. Ketiga pembagian kandang tersebut merupakan pembagian jenis kandang berdasarkan fungsi atau peruntukkan kandang. Kandang pembesaran buayaumumnya berdasarkan ukuran panjang badan buaya, seperti yang disebutkan dalam Bolton 1990 dan Kanwil Dephut 1986 bahwa kandang pembesaran buaya harus memperhatikan ukuran dan peruntukannya. Umumnya kandang pembesaran dibedakan sebagai kadang anakan, kandang remaja, kandang dewasa muda dan kandang dewasa. Pada proses pembesaran buaya dalam penangkaran, kandang sebagai habitat tiruan membutuhkan fasilitas yang mendukung suasana kandang menyerupai habitat alami buaya. Fasilitas kandang berupa kolam air untuk berendam yang 13 ketinggian airnya disesuaikan dengan kebutuhan buaya di tiap kandang. Ketinggian air dan luas kolam kandang yaitu setengah sampai dua per tiga bagian kandang. Fasilitas lainnya pada kandang berupa naungan atau pelindung serta daerah kering lantaiteras sebagai bagian yang tidak tergenangi air untuk berjemur Kanwil Dephut 1986. Fungsi daerah kering dan kolam dalam kandang sebagai penyeimbangpenyesuaian suhu yang dibutuhkan bagi pertumbuhan buaya. Suhu optimum buaya berada pada 30-37°C Collen et al. 2008;Brien et al. 2012.

2. Pengelolaan pakan

Bolton 1990 mengemukakan,prinsippengelolaan pakan terletak pada kesesuaian kesukaan pakan bagi buaya. Pakan diperlukan bagi pertumbuhan badan buaya sehingga perlu disesuaikan dalam hal bentukmakanan alami atau buatan, pertimbangan dayacerna, konversi pakan,teknis ekonomisharga,dan non-kompetitif.Masy’ud et al. 1993 menyebutkan, syaratpakanadalah palatablepreferensi, jumlah cukup, kualitas giziterpenuhi, pemberianpakan frekuensi, ad libitum, dan ada pemberian pakan tambahan feed aditive. Kebutuhan pakan bagi buaya di penangkaran berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas dan keadaan lingkungan Taylor 1979. Apabila buaya mendapatkan kecukupan kebutuhan maka buaya akan cepat pertumbuhannya. Pada anakan buaya dengan kebutuhan 50 pakan tercukupi akan menambah berat badan 1 kg dari 2 kg berat pakan yang dikonsumsi pada 2 tahun pertama pemeliharaan dalam penangkaran, setelah itu akan lambat secara perlahan. Pada tahun ke-3 jumlah pakan yang dibutuhkan akan turun 25-30 dari sejumlah pakan yang dibutuhkan membuat buaya paling efisien menyerap nutrien. Tingkat konversi pakan buaya makin besar badannya makin besar kebutuhannya namun laju metabolismenya rendah membuat buaya menjadi hewan sangat malas dan banyak menghabiskan waktunya untuk berjemur. Perilaku berjemur ini juga dilakukan buaya untuk menjaga suhu tubuhnya agar dengan bantuan sinar matahari tanpa harus mengeluarkan energi dari pembakaran kalori tubunyaBolton 1989.

3. Perawatan kesehatan dan pengendalian penyakit

14 Kurniati 2008 dan Beyeler 2011mengemukakan tentang penyakityang sering terjadi pada buayadi penangkaran adalah penyakitinfeksi, kekurangannutrisipentingpadamakanan malnutrisi danpenyakitkarenaketidaksesuaian lingkungan faktorsuhulingkunganminimum pada kisaran 25-26 ℃dan suhu lingkungan maksimum pada kisaran 35- 36 ℃.Salah satu jenis penyakit akibat bakteridari sisamakananmembusuk menyebabkan penyakit pada mata yang menyerang anakanbuaya Suzzana 2000. Kesehatan buaya dapat diupayakan dengan pembersihan kandang,tempat makan, air minum, pengelolaan limbah. Pembersihan standar pada lingkungan sebagai upaya sanitasi penangkaran berupa menguraskolam yang sudahkotordanmenyemprotkandangdengandesinfektansecara regular.

4. Restocking

Sebagai kegiatan mengembalikan ke habitat alaminya atau sebagai upaya pemulihanpolulasi di alam yang dilakukan agar kondisipopulasi di alamtetaplestariHarjantoMasy’ud 1991. Sebelum releasepelepasliaran atau pengembalian ke alam maka harus dilakukan persiapan agar dapat bertahan hidup di alam. Selanjutnya monitoring untuk mengetahui kemampuan bertahan hidup, beradaptasi dan berkembangbiak. Stokingpopulasi atau penyediakanbuayabagi kegiatan pelepasliaran dengan memperhatikan seks ratio jantan-betina1 : 4 dari 10 buaya hasil penangkaran, nilai genetik yang tinggi, populasi di alam rendah, bebas dari penyakit, tidak cacat fisik, berumurseragamuntukmenghindarikanibalismedanmemudahkanperkembangbiaka n di alam Hardjanto Masy’ud 1991. Selain itu juga terjaminnya kondisikesehatandanberperilaku normal tidakaktifagresifataulamban pada buaya muara yang akan dilepasliarkan. Sejauhini restockingbelumdapat dilaksanaannya, umumnya karena kendala anggarandanteknispengembalian ke lokasiasal, sikappenerimaanmasyarakatsetempatdanperkembangandaerah yang telahterjadiperubahanpembangunan.

c. Pemanfaatan Hasil Penangkaran

15 Kegiatan pemotongan atau pemanenan dilakukan ketika buaya telah mencapai ukuran potong komersial. Idealnya kegiatan ini berlangsung ketika ukuran badan buaya telah memenuhi ukuran potong ekonomis yang dicapai dalam masa pembesaran standar ukuran yakni 3-4 tahun.Ketika telah mencapai ukuran dan umur potongpanen maka unit penangkaran mengajukan permohonan ijin potong kepada instansi Unit Pelaksana Teknis UPT KSDA yaitu Balai Besar KSDA BBKSDA atau Balai KSDA BKSDA. Pemanfaatan buaya hasil pembesaran di penangkaran pada umumnya masih berupa kulit buaya setengah jadi wet blue sampai crustedbahkan ada yang hanya sebatas kulit mentahnya.

d. Pendukung Kegiatan Penangkaran

Kegiatan penangkaran ditunjang oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan atau keahlian di bidang tertentu dalam kegiatan penangkaran, antara lain tenaga ahli, tenaga administrasi dan tenaga lapangan hewan animalkeeperserta didukung sarana prasarana penangkaran seperti perkandangan, kendaraan operasional, dan gudang. Spesifikasi sumber daya manusia dalam kegiatan penangkaran telah diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor:8 tahun 1999. Dalam Kemenhut 2011 dan Dephut 2006 telah dinyatakan penangkaran wajib memiliki dan memperkerjakan tenaga ahli di bidang penangkaran atau sesuai dengan satwa yang ditangkarkan berupa pekerjaan sesuai keahlian dokter hewan atau tenaga kesehatan satwa, petugas kesehatan, pawang buaya, teknisi yang menangani kegiatan teknis penangkaran, tenaga lapangan yang bertugas memberi makan, membersihkan kandang, merawat kesehatanserta tenaga administrasi yang mengelola pelaporan maupun administrasi lainnya. Sarana dan fasilitas di penangkaran pola pembesaran merupakan suatu komponen dalam perusahaan atau unit usaha yang sangat vital dan dapat mendukung kegiatan usaha penangkaran pola pembesaran buaya muara CV BM 2009.Sarana prasarana merupakan kegiatan awal pendirian unit usaha penangkaran. Pemilihan lokasi sitespenangkaran terkait fasilitas yang akan disediakan sebagai penunjang kegiatan Masy’ud 2001. Persyaratan lokasi