Keanekaragaman Hayati TINJAUAN PUSTAKA

Setelah mensurvei 15 kawasan hijau di Flander, Cornelis dan Hermy 2004 dalam Alvey 2006 menemukan area tersebut merupakan faktor utama yang menjelaskan variasi indikator keanekaragaman hayati. 2.2.1 Komponen Kunci Keanekaragaman Populasi Terdapat empat komponen kunci bagi keanekaragaman populasi, yaitu : 1. Kekayaan populasi Kekayaan populasi adalah jumlah dari spesies pada suatu populasi pada area tertentu, yang bergantung pada kriteria yang digunakan untuk mendeliniasi batas populasi. 2. Ukuran populasi Ukuran populasi adalah data tentang jumlah dari individu per populasi yang menyediakan indikator dari distribusi frekuensi dari ukuran populasi. 3. Distribusi populasi Komponen ketiga dari keanekaragaman populasi adalah spasial distribusi pada populasi di lokasi penelitian. Manfaat pengukuran populasi ini adalah mengetahui kemungkinan maksimum persebaran populasi. 4. Diferensiasi genetik dari populasi Komponen terakhir dari keanekaragaman populasi adalah diferensiasi genetik di dalam dan di antara populasi. Dari kedua perspektif konservasi dan jasa ekosistem lebih banyak variasi genetik di dalam populasi sehingga mempunyai daya lenting jika berhadapan dengan perubahan lingkungan Luck, Daily, Ehrilich 2003. 2.2.2 Keragaman Tanaman di Indonesia Indonesia berada di antara lima teratas negara dengan keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies tumbuhan, dengan 55 spesies endemik Asis 2010; LIPI 2010, oleh karena itu, Indonesia adalah salah satu hot spot ekologis di dunia. Namun, tingkat deforestasi di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia: hutan menghilang dari Indonesia pada tingkat 3,8 juta ha per tahun atau 7,2 ha per menit. World Resource Institute WRI tahun 2008 melaporkan bahwa hanya ada 20 dari yang semula 130 juta ha, sisa hutan di Indonesia. Tujuh puluh dua persen dari hutan alami di Indonesia ini sudah diubah ke dalam permukiman, areal industri, areal pertanian, perkebunan, padang penggembalaan, dan sebagainya. Empat puluh empat persen dari habitat natural ini juga berubah ke dalam peruntukan lain di areal perdesaan. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan trendsetter bagi kota-kota metropolitan lainnya di Indonesia. Setiap pencapaian dari kemajuan Jakarta akan secara umum diikuti oleh kota-kota yang lain. Kim, Watannabe, Hakim, Nakagoshi 2006 dalam Arifin dan Nakagoshi 2010, mengklasifikasi ruang terbuka hijau perkotaan di Jakarta ke dalam empat tipe berdasarkan tipe penggunaan lahan dan fungsinya: taman publik, ruang terbuka hijau pedesaan, nurseri kebun bibit, atau jalur hijau jalan. Berdasarkan riset yang dihasilkan dari 11 ruang di dalam perkotaan di Jakarta, totalnya terdapat 80 spesies liar yang ditemukan di dalam lapisan pohon. Ruang pada jalur hijau jalan terdiri dari koridor linear di antara trotoar. Pterocarpus indicus Willd adalah spesies pada jalur hijau jalan yang paling dominan. Seratus sembilan belas spesies pohon telah diidentifikasi diantara 25.706 pohon individu yang berlokasi di 113 jalur hijau jalan di lima kotamadya di Jakarta. Delapan puluh tiga spesies pohon dicatat di Jakarta Selatan, 59 spesies di Jakarta Pusat, 70 spesies pohon di Jakarta Barat, 69 spesies pohon di Jakarta Utara, dan 69 spesies pohon di Jakarta Timur Nasrullah, Suryowati, dan Budiarti 2009. Menurut studi tersebut sepuluh spesies pohon yang paling sering ditemukan 78,8 populasi di jalur hijau pinggir jalan adalah Swietenia macrophylla King, Pterocarpus indicus Willd, Mimusops elengi L, Polyalthya fragrans Sonn, Cerbera manghas L, Ficus benjamina L., Diallium indum, Roystonea regia Kunth, Polyaltya longifolia, dan Bauhinia purpurea L. Selanjutnya, sembilan spesies pohon yang umum ditemukan di Jakarta Pusat Canarium indicum L, Tamarindus indica, Khaya senegalensis Desr., Jakarta Barat Ficus lyrata Warb, Artocarpus integra Thunb. Merr, Samanea saman Jacq. Merr., Jakarta Timur Areca catechu L, Mangifera indica L., dan Jakarta Utara Tamarindus indica L, Cocos nucifera L.. Mobilitas spesies pohon, dinamika, dan transportasi lebih mudah dan lebih cepat dalam era global ini. Bagaimanapun, untuk program konservasi keanekaragaman hayati, spesies asli lebih baik daripada spesies eksotik. Berdasarkan hasil identifikasi, asal muasal spesies pohon Tabel 2, diantara 19 spesies yang dikenal, hanya sembilan 47,4 yang merupakan spesies asli Indonesia. Penggunaan spesies lokal atau asli dalam program penghijauan perkotaan itu dianjurkan agar memelihara konservasi spesies ex situ. Tabel 2. Spesies pohon yang paling banyak ditemukan di pinggir jalan di Jakarta dan asal-usulnya. No. Spesies Asal LokalIntroduksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Swietenea macrophylla King Pterocarpus indicus Willd. Mimusops elengi L. Polyalthya fragrans Dalz. Cerbera manghas L. Ficus benjamina L. Diallium indum L. Roystonia regia Kunth Polyaltya longifolia Sonn. Bauhinia purpurea L. Canarium indicum L. Tamarindus indica L. Khaya senegalensis Desr. Ficus lyrata Warb. Artocarpus integer Thunb. Merr. Samanea saman Jacq. Merr. Cocos nucifera L. Areca catechu L. Mangifera indica L. Amerika Latin Indonesia Indonesia India Indonesia Indonesia Indonesia Amerika Latin India Asia Kontinental Indonesia, Papua Nugini Tropikal Afrika, Asia Barat Afrika Afrika Thailand, Malaysia, Indonesia Amerika tropis Pantropikal India –Indonesia India –Burma Introduksi Lokal Lokal Introduksi Lokal Lokal Lokal Introduksi Introduksi Introduksi Lokal Introduksi Introduksi Introduksi Lokal Introduksi Lokal Lokal Introduksi Sumber : Arifin dan Nakagoshi 2010 Sebagai perbandingan, Pham dan Nakagoshi 2008 melakukan riset di area kota pada bagian kota kuno, Hanoi, Vietnam. Di sana terdapat variasi spesies tumbuhan yang tinggi di Hanoi: 644 spesies termasuk 247 genus dan 157 famili. Secara khusus, terdapat 13 spesies tumbuhan yang berharga dan langka serta 150 spesies introduksi termasuk 78 genus dan 54 famili.

2.3 Konservasi Keragaman Tanaman

Identifikasi struktur atau proses pada suatu ekosistem akan diikuti dengan penerimaan jasa lingkungannya. Elemen ekosistem ini seperti spesies, komunitas atau struktur ekologi sama seperti proses putaran yang kompleks atau perubahan terus menerus atau kombinasi dari semua bentuk. Contohnya adalah melalui fotosintesis, sebuah hutan menyediakan jasa lingkungan global dalam hal penyerapan karbon dan beberapa spesies di hutan dapat digunakan untuk kayu bakar sementara yang lain digunakan untuk tanaman hias. Beberapa elemen ekosistem dipengaruhi oleh lokasi ekosistem dalam lanskap fisik dan ekologis Lamarque, Quetier, Lavorel 2011. Salah satu jasa lanskap yaitu konservasi keanekaragaman hayati yang diterapkan pada hutan kota bagi lingkungan perkotaan sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak lingkungan. Akar permasalahan dari konservasi ini di antaranya adalah besarnya laju kehilangan keragaman tanaman dan ukuran pertumbuhan populasi manusia, yang membuat tekanan untuk merusak habitat alami, serta pengerukan sumber daya dari alam liar kemudian dibuat menjadi pertanian intensif. Pada beberapa area, peningkatan populasi berkontribusi terhadap perpindahan manusia untuk resettlement yang menjadi penyebab utama hilangnya habitat alami. Contoh perpindahan manusia yang telah direncanakan adalah di Indonesia, sejak 1947 pemerintah memberlakukan kebijakan transmigrasi yaitu perpindahan area yang padat penduduknya seperti Jawa ke area yang sedikit penduduknya seperti Kalimantan Hamilton dan Hamilton 2006. Hutan kota sebagai wadah keanekaragaman hayati di perkotaan memiliki banyak manfaat dengan area yang ditumbuhi berbagai macam tanaman. Tanaman mempunyai nilai estetika dan fungsional, dalam hubungannya dengan arsitektur lanskap. Tanaman di dalam hutan kota ini sendiri difokuskan pada pohon. Pohon yang normal memiliki tiga karakteristik standar yaitu sistem percabangan yang simetris dan rimbun, bentuk daun yang menarik, dan perakaran yang sehat Pirone 1972. Nilai estetika dan fungsional dari pohon diantaranya sebagai pengontrol visual, penghalang fisik, kontrol terhadap iklim zona-zona kenyamanan, pengatur radiasi matahari dan suhu, pengarah angin, pengontrol presipitasi dan kelembaban, peredam kebisingan, penyaringan dan pengkayaan udara, serta pengendali mutual air, pengontrol erosi, habitat kehidupan liar, dan nilai-nilai estetika Carpenter et al., 1975, oleh sebab itu konservasi keragaman tanaman sangat diperlukan di tengah lingkungan perkotaan.

3. METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Hutan kota di DKI Jakarta yang telah dikukuhkan oleh pejabat berwenang berjumlah 14 hutan kota berdasarkan PP 63 Tahun 2002, namun untuk penelitian difokuskan pada tiga hutan kota berdasarkan tipe kawasannya, yaitu Hutan Kota Universitas Indonesia, Hutan Kota Srengseng, dan Hutan Kota PT. JIEP. Pada PP 63 Tahun 2002, hutan kota didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Lokasi hutan kota berada pada kawasan administratif DKI Jakarta pada koordinat 6 7 ’0’’ LS - 6 24 ’00’’ LS dan 106 40 ’30’’ BT - 106 58 ’30’’ BT Gambar 2, sedangkan lokasi yang dilakukan penelitian lebih mendalam adalah Hutan Kota Universitas Indonesia yang terletak di kawasan administratif Jakarta Selatan, serta Hutan Kota Srengseng di kawasan administratif Jakarta Barat dan Hutan Kota PT. JIEP yang terletak di kawasan administratif Jakarta Timur. Sumber : Samsoedin dan Waryono 2010 Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DKI Jakarta