Rekomendasi Strategi Pengelolaan Hutan Kota berdasarkan Analisis

Prioritas keenam adalah pemilihan jenis tanaman sesuai dengan tipe hutan kota dengan skor 1,78. Strategi ini dipengaruhi oleh tiga faktor kekuatan dan dua faktor ancaman. Hal ini berkaitan dengan fungsi hutan kota yang didominasi oleh pepohonan sebagai penyedia jasa lingkungan. Setiap hutan kota memiliki tipe masing-masing sesuai fungsi terhadap kawasan di sekitarnya. Oleh sebab itu pemilihan jenis pohon juga perlu disesuaikan dengan tipe hutan kotanya. Prioritas ketujuh adalah pelatihan bagi SDM di lapang agar berkompeten dan berdedikasi tinggi untuk monitoring dan evaluasi kondisi hutan kota dengan skor 1,18. Strategi ini dipengaruhi oleh empat faktor kelemahan dan satu faktor peluang. Pelatihan bagi SDM sebagai pihak pengelola ini sangt penting untuk menjaga kualitas hutan kota. Ketujuh strategi di atas memiliki skor di atas 1,00 dan dijadikan tujuh strategi prioritas. Kemudian strategi selanjutnya adalah peningkatan ketegasan pengelola terhadap segala bentuk upaya penurunan kualitas hutan kota dengan skor 0,86. Peningkatan ketegasan ini dimaksud untuk mencegah kerusakan mekanik pada tanaman maupun fasilitas hutan kota akibat ulah manusia. Strategi ini dipengaruhi oleh dua faktor kelemahan dan satu faktor ancaman. Strategi kesembilan adalah pemantapan political will yang mengikat terhadap pengembangan jenis pohon lokal di hutan kota dengan skor 0,74. Strategi ini dipengaruhi oleh tiga faktor kelemahan dan satu faktor ancaman. Political will yang dimaksud adalah pembuatan Perda tentang pengembangan hutan kota di setiap daerah sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengembangkan hutan kota di daerahnya. Strategi terakhir adalah penetapan insentif yang konkrit dan konsisten bagi pihak privat swasta dan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas hutan kota dengan skor 0,52. Pada PP 63 Tahun 2002 dijelaskan bahwa penunjukkan lokasi hutan kota minimal seluas 0,25 ha. Luasan tersebut sangat sulit ditemukan di kawasan perkotaan terutama Jakarta, oleh sebab itu pemberian insentif terhadap pihak privat baik itu swasta dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kuantitas hutan kota. Pengelolaan hutan kota sangat berarti bagi perlindungan lingkungan hidup manusia, tumbuhan dan satwa liar karena fungsinya yang sangat besar bagi kenyamanan suatu kota. Oleh karena itu program pemeliharaan yang baik dapat melestarikan kehadiran hutan kota yang ada menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman. Serupa halnya dengan taman, pemeliharaan hutan kota ini dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal hutan kota dengan segala fasilitasnya agar kondisinya tetap baik atau sebisa mungkin dapat dipertahankan sesuai dengan tujuan rancangan atau desain semula Arifin dan Arifin 2005. Aspek kunci dari ilmu tentang tanaman yang relevan dengan konservasi bagi tanaman yaitu difokuskan pada tipe tanaman, bagaimana mereka hidup, dan bagaimana manusia mengelola dan menggunakannya Hamilton dan Hamilton 2006. Permasalahan utama dalam pengembangan RTH dan hutan kota tidak saja meliputi aspek teknis pemilihan jenis yang sesuai tujuan dan fungsi RTH dan hutan kota, perolehan bibit secara mudah dan cepat, tetapi juga aspek kelembagaan aturan main, sumber daya manusia, struktur unit pengelola, dan sumber-sumber pembiayaan Subarudi, Samsoedin dan Waryono 2010. Tidak lupa juga untuk mengusung edukasi dan penghargaan tentang keragaman tanaman berdasarkan target dari Global Strategy for Plant Conservation yaitu pentingnya keragaman tanaman dan kebutuhan untuk konservasi dengan cara komunikasi sosialisasi, edukasi dan program public-awareness Hamilton dan Hamilton 2006. Sepuluh rekomendasi pengelolaan hutan kota yang disajikan berdasarkan kondisi di lapang dan wawancara dengan para ahli yang terkait diharapkan mampu membuat hutan kota menjadi lebih baik sehingga manfaat yang dihasilkan akan maksimal.

6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Evaluasi jenis pohon bagi konservasi keragaman tanaman hutan kota di DKI Jakarta ini menghasilkan sepuluh rekomendasi pengelolaan hutan kota. Hasil penelitian yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Keragaman jenis tanaman pohon di tiga hutan kota terpilih tergolong sedang, yaitu Hutan Kota UI sebesar 2,28; Hutan Kota Srengseng sebesar 1,97 dan Hutan Kota PT. JIEP sebesar 1,23. Jenis lokal pada Hutan Kota UI dan Hutan Kota PT. JIEP lebih mendominasi dibandingkan dengan Hutan Kota Srengseng. 2. Kondisi fisik pohon pada Hutan Kota PT. JIEP memiliki tingkat kerusakan terbanyak dibandingkan dengan dua hutan kota lainnya. Hutan Kota PT. JIEP memiliki tingkat kerusakan sebesar 23 , Hutan Kota Srengseng sebesar 15 dan Hutan Kota UI sebesar 17. 3. Fungsi ekologis pohon di Hutan Kota UI dan Hutan Kota Srengseng memenuhi kriteria sebagai tipe hutan kota penyangga kawasan akademik dan hutan kota rekreasi sedangkan Hutan Kota PT. JIEP belum memenuhi kriteria yang baik sebagai hutan kota penyangga kawasan industri pada fungsi ekologis pohon sebagai penyerap polutan gas. 4. Berdasarkan analisis SWOT, dihasilkan 10 rekomendasi pengelolaan hutan kota untuk konservasi keragaman jenis pohon di hutan kota berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal yang terdapat pada hutan kota DKI Jakarta.

6.2 Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak pengelola hutan kota untuk mewujudkan pengelolaan lanskap yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai saran sebagai berikut. 1. Upaya untuk menjaga dan meningkatkan keragaman jenis tanaman di dalam hutan kota dengan mengutamakan jenis tanaman lokal. 2. Pemeliharaan hutan kota sangat penting dilakukan agar menghindari kerusakan tanaman yang menurunkan kualitas hutan kota. 3. Pemilihan jenis tanaman yang tepat sesuai dengan tipe hutan kota sangat diperlukan agar manfaat yang didapat dari hutan kota maksimal. 4. Rekomendasi pengelolaan hutan kota sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan kualitas hutan kota. DAFTAR PUSTAKA Alvey AA. 2006. Promoting and Preserving Biodiversity in the Urban Forest. Urban forestry and Urban Greening 5 2006 195-201. Elsevier http:www.sciencedirect.com . Arifin HS, Arifin NHS. 2005. Pemeliharaan Taman. Jakarta : Penebar Swadaya. 171 hal. Arifin HS, Nakagoshi N. 2010. Landscape Ecology and Urban Biodiversity in Tropical Indonesian Cities. Landscape Ecol Eng 2011 7:33-43. New York: Springer. Asis KTA. 2010. Me mpertahankan Indonesia sebagai “Megabiodiversity Country” Harian Ekonomi Neraca. http:perpustakaan.bappenas.go.id Balaguru B, Britto SJJ, Nagamurugan, Natarajan D, Soosairaj S. 2004. Identifyng Conservation of Tropical Forest in eastern Ghats of India. Forest Diversity and Management 2006 2: 469-483. The Netherlands : Springer. BMKG. 2011. Data Iklim 2011 Stasiun Klimatologi Halim. Jakarta. BMKG Stasiun Klimatologi Halim Provinsi DKI Jakarta. BPLHD Provinsi DKI Jakarta. 2010. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta 2010. Jakarta. BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Bolund P, Hunhammar S. 1999. Ecosystem Services in Urban Areas. Ecological Economics 29 1999 293 – 301. Elsevier http:www.sciencedirect.com . Carpenter PL, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plants in The Landscape. San Fransisco: W.H. Freeman and Company. 481 hal. Cassatella C, Peano A. 2011. Landscape Indicators, Assessing and Monitoring Landscape Quality. Newyork : Springer. 222 hal. Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun garden city bernuansa Hutan Kota. Bogor : IPB Press. 226 hal. Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Marsono, D, penerjemah; Soeseno OH, editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Terjemahan dari: Principles of Silviculture. 651 hal. David FR. 2011. Manajemen Strategis Konsep Edisi ke-12. Terjemahan oleh Dono S. Strategic management, 12 th ed. Jakarta : Salemba Empat. 560 hal. Desianti A. 2011. Evaluasi Fungsi Ekologis Jalur Hijau Jalan kawasan Sentul City, Bogor [skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. [Tidak dipublikasikan]. 102 hal. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. 2011. Informasi kehutanan : Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Jakarta. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. 96 hal. Gonard H, Romane F, Regina I, Leonardi S. 2004. Forest Management and Plant Species Diversity in Chestnut Stands of Three Mediterranean Areas. Forest Diversity and Management 2006 2: 69-82. The Netherlands : Springer. Grey GW, Deneke FJ. 1981. Urban Forestry. John Wiley and Sons. New York. 279 hal. Hamilton A, Hamilton P. 2006. Plant Conservation. Earthscan. Gateshead, UK. 324 hal. Hartley MJ. 2002. Rationale and Methods for Conserving Biodiversity in Plantation Forest. Forest Ecology and Management 155 2002 81-95. Elsevier http:www.sciencedirect.com .