Fungsi Ekologis Pohon berdasarkan Tipe Hutan Kota
kimia dan fakultas sastra, serta sebagai kawasan rekreasi baik bagi masyarakat kampus maupun masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan kriteria fungsi ekologis pohon di Hutan Kota UI sebagai kawasan penyangga lingkungan pendidikan, seluruh kriteria pohon yaitu peredam
kebisingan, kontrol kelembaban udara dan modifikasi suhu bernilai baik untuk memenuhi ketiga kriteria tersebut. Selain itu fungsi hutan kota sebagai plasma
nutfah juga membantu sebagai penyuluhan mahasiswa tentang arti penting lingkungan tata hijau di wilayah perkotaan, Pramuka maupun pecinta alam Dinas
Pertanian dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta 2011.
Hutan Kota Srengseng terletak di tengah permukiman penduduk sehingga sangat berguna menjadi tempat rekreasi bagi warga sekitar. Iklim mikro dan cuaca
suatu kota dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Di Amerika Serikat, dampak adanya gejala pulau panas perkotaan telah diukur dan disebabkan oleh area luas
yang menyerap panas permukaan yang dikombinasikan dengan jumlah tinggi energi yang digunakan dalam kota. Semua ekosistem alami RTH di daerah
perkotaan akan membantu untuk mengurangi perbedaan ini. Oleh sebab itu keberadaan vegetasi sangat penting. Sebuah pohon besar dapat mentranspirasikan
air 450 literhari dan mengkonsumsi 1.000 MJ energi panas untuk menggerakkan proses evaporasi Bolund dan Hunhammar 1999.
Kebisingan akibat lalu lintas dan sumber – sumber lain dapat menciptakan
masalah kesehatan bagi masyarakat di daerah perkotaan. Jarak dari sumber kebisingan merupakan salah satu faktor kunci dalam hal ini. Faktor lainnya adalah
karakter tanah, hamparan rumput dapat menurunkan 3 dB A dibandingkan dengan perkerasan beton. Mengembangkan area dengan tanah lunak dan area
bervegetasi dapat menurunkan tingkat kebisingan. Vegetasi juga berkontribusi sebagai penghalang intrusi visual dari lalu lintas sehingga dampaknya menjadi
berkurang dan pohon yang evergreen sangat penting dalam hal ini Bolund dan Hunhammar 1999. Berdasarkan hasil penelitian Hutan Kota Srengseng
memenuhi kriteria dengan baik untuk meredam kebisingan.
Kota merupakan lingkungan yang penuh dengan tekanan bagi warganya. Aspek rekreasi yang memungkinkan untuk bermain dan beristirahat menjadi jasa
lingkungan yang paling dihargai di perkotaan. Salah satunya adalah keberadaan ruang terbuka hijau dengan campuran nilai kultural dan estetika. Keberadaan
binatang seperti burung dan ikan juga diperhitungkan dalam hal ini sebagai bentuk wadah keanekaragaman hayati. RTH sangat penting bagi psikologis. Salah
satu contohnya adalah studi tentang respon seseorang yang berada di bawah tekanan dalam lingkungan yang berbeda Ulrich, Simons, Losito, Fiorito, Miles
dan Zelson dalam Bolund dan Hunhammar 1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang yang menjadi eksperimen dibawa ke suatu lingkungan
yang alami, terjadi penurunan tingkat stress yang cepat, sedangkan jika seseorang tersebut dibawa ke lingkungan perkotaan maka tingkat stress tetap tinggi atau
bahkan meningkat. Studi ini menyiratkan bahwa ruang terbuka hijau dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis warga kota.
Kawasan industri PT. JIEP mempunyai tipe hutan kota penyangga kawasan industri dengan luas sebesar 8,9 hektar yang telah dikukuhkan oleh SK
Gubernur. Namun dengan luas kawasan industri sebesar 570 hektar dan letak hutan kota yang terpusat pada satu lokasi saja maka luas hutan kota ini dirasa
kurang untuk mengurangi pencemaran yang terjadi akibat aktivitas industri di
kawasan ini. Lokasi dan struktur vegetasi penting untuk kemampuannya dalam menyaring udara. Pereduksi polusi ini terutama disebabkan oleh vegetasi yang
menyaring polutan dan partikel dari udara Bolund dan Hunhammar 1999.
Berdasarkan BPLHD Provinsi DKI Jakarta tahun 2010, pengambilan sampel kualitas udara ambien yaitu parameter NO
2
pengambilan sampel di PT. JIEP masih di bawah baku mutu yaitu 14,43 µgNm
3
24 jam baku mutu NO
2
= 92,00 µgNm
3
24 jam. Parameter SO
2
yang pengambilan sampelnya di PT. JIEP masih di bawah baku mutu yaitu 7,89 µgNm
3
24 jam baku mutu = 260 µgNm
3
24 jam. Selain itu terdapat partikel yang menjadi salah satu pencemar udara yaitu parameter debu TSP yang diambil pada kawasan industri PT. JIEP
memiliki konsentrasi yang tinggi, dan hampir setiap bulan nilainya melebihi baku mutu dengan rata
– rata 301,92 µgNm
3
24 jam baku mutu TSP = 230 µgNm
3
24 jam. Dan Parameter Timbal Pb pengambilan sampel di PT. JIEP masih di
bawah baku mutu yaitu 0,015 µgNm
3
24 jam baku mutu NO
2
= 2,00 µgNm
3
24 jam. Baku mutu udara ambient merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan atau komponen yang ada atau seharusnya ada danatau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya PP RI No. 41 Tahun 1999. Berdasarkan data
kualitas udara PT. JIEP di atas yang menjadi parameter kritis adalah TSP Debu yang disebabkan karena aktivitas industri seperti kegiatan pembakaran.
Menurut hasil penelitian di lapang, fungsi ekologis pohon di Hutan Kota PT. JIEP ini hanya 30 jenis pohon yang memiliki kategori baik sebagai
penyerap polutan gas yang berarti kurang baik untuk memenuhi kriteria fisik dalam menyerap polutan gas. Selain penyerap polutan gas, tanaman mereduksi
polusi dengan cara menjerap partikel pada berbagai bagian permukaan tanaman. Tingkat pencemaran debu TSP pada hutan kota ini sudah melampaui baku mutu
sehingga diperlukan tanaman yang dapat menjerap partikel dengan baik. Partikel dapat direduksi tanaman melalui proses penjerapan oleh permukaan tanaman.
Permukaan tanaman baik permukaan daun maupun batang tanaman dapat menjerap partikel. Penjerapan, jenis tanaman yang baik adalah jenis yang
memiliki permukaan yang kasar. Permukaan yang kasar dapat berupa permukaan daun maupun permukaan ranting dan batang Desianti 2011. Selain itu, hutan
kota yang terdiri dari beberapa lapis tanaman, lapisan semak, dan pohon disebut lebih efektif dalam menjerap partikel karena membentuk struktur yang lebih rapat.
Pengukuran jumlah cadangan karbon pada suatu hutan kota dapat menggambarkan banyaknya CO
2
di atmosfer yang diserap oleh pohon. Berdasarkan analisis cadangan karbon yang dilakukan oleh Lubis 2013 pada
Hutan Kota UI, Hutan Kota Srengseng dan Hutan Kota PT. JIEP diperoleh total nilai serapan CO
2
sebesar 809,31 tonha. Nilai serapan CO
2
terbesar dihasilkan dari hutan kota UI 634,40 tonha, kemudian disusul oleh hutan kota Srengseng
88,15 tonha dan hutan kota PT JIEP 86,76 tonha. Hal ini menjelaskan bahwa selain sebagai konservasi keanekaragaman hayati dan hidrologi, lanskap hutan
kota juga memiliki nilai tambah dalam mengurangi keberadan gas CO
2
khususnya di DKI Jakarta.
Hutan Kota PT. JIEP sebagai hutan kota penyangga kawasan industri memiliki peranan besar dalam penyerapan CO
2
. Sepuluh jenis spesies yang memiliki C-stock terbesar pada lanskap hutan kota PT JIEP adalah mahoni daun
kecil Swietenia mahagoni L Jacq., angsana Pterocarpus indicus Willd., bungur Lagerstroemia speciosa Auct.,akasia crasicarpa Acacia crassicarpa A.
Cunn. Ex Benth., glodogan tiang Polyalthia longifolia Sonn., lamtoro Leucaena leucocephala Lamk de Wit,tanjung Mimusops elengi L.,melinjo
Gnetum gnemon L., mahoni daun besar Swietenia macrophylla King, dan kenari Canarium littorale Blume Lubis 2013.