Penentuan Alternatif Strategi Rekomendasi Strategi Pengelolaan Hutan Kota berdasarkan Analisis SWOT

Tabel 40. Matriks strategi SWOT untuk pengelolaan hutan kota Internal Eksternal Strengths Kekuatan 1. Hutan kota sebagai laboratorium alam di perkotaan. 2. Hutan Kota berpotensi menjadi sumber pendapatan. 3. Kelembagaan pengelolaan hutan kota. 4. Dua dari tiga hutan kota berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi warga kota. 5. Hutan kota memiliki keanekaragaman yang sedang yaitu Indeks Keragaman Shannon Wiener 1 H’ 3 dan jenis lokal yang masih mendominasi. Weakness Kelemahan 1. Belum optimalnya SDM untuk monitoring dan evaluasi. 2. Kurangnya ketegasan pengelola terhadap segala bentuk upaya penurunan kualitas hutan kota 3. Informasi yang kurang dari para pengelola mengenai jenis pohon lokal, cara budidaya, pemilihan fungsi pohon terhadap tipe hutan kota dan pengelolaannya. 4. Sarana dan prasarana hutan kota yang belum optimal sesuai dengan tipe hutan kota. 5. Alih fungsi lahan menjadi fungsi penggunaan lain yang harusnya diperuntukkan untuk RTH. Opportunities Peluang 1. Dasar hukum PP 63 Tahun 2002 dan Kepmen 71. 2. Jalinan kerjasamakemitraan dengan sektor privat, BUMNBUMSBUMD maupun masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan hutan kota. 3. Adanya kemauan pihak swasta untuk pembangunan lingkungan CSR. 4. Isu global warming dan aksi go green yang dapat mengurangi dampak lingkungan di Jakarta, salah satunya dengan cara pengembangan hutan kota. Strategi SO 1. Meningkatkan jenis tanaman lokal yang memiliki kondisi fisik pohon yang baik S1, S2, S5, O1, O2, O3, O4. 2. Meningkatkan keragaman jenis vegetasi dengan mengutamakan jenis lokal dan sesuai dengan tipe hutan kota S1, S5, O1, O2, O3, O4 . 3. Optimalisasi pengelolaan hutan kota dengan menjalin kerjasama dengan sektor privat, BUMNBUMSBUMD dan masyarakat S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4 . Strategi WO 1. Pelatihan bagi SDM di lapang agar berkompeten dan berdedikasi tinggi untuk monitoring dan evaluasi kondisi hutan kota W1, W2, W3, W5, O1. 2. Sosialisasi peranan hutan kota serta pemeliharaan dan pengelolaan hutan kota yang baik W1, W3, O1, O2, O4. 3. Membangun jalinan kerjasama dengan pemerintah maupun dengan pihak swasta untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan kualitas hutan kota W4, O1, O2, O3, O4 Threats Ancaman 1. Aktivitas pengunjung yang merusak hutan kota vandalisme. 2. Pencemaran lingkungan di sekitar hutan kota. 3. Tidak adanya insentif yang konkrit dan konsisten untuk pengelolaan hutan kota. 4. Belum optimalnya political will pemerintah yang mengikat terhadap pengembangan jenis pohon lokal di hutan kota. Strategi ST 1. Pemilihan jenis tanaman sesuai dengan tipe hutan kota S1, S4, S5, T2, T4. Strategi WT 1. Penetapan insentif yang konkrit dan konsisten bagi pihak privat swasta dan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas hutan kota W1, T3. 2. Pemantapan political will yang mengikat terhadap pengembangan jenis pohon lokal di hutan kota W1, W2, W3, T3. 3. Peningkatan ketegasan pengelola terhadap segala bentuk upaya penurunan kualitas hutan kota W2, W5, T1.

4.5.7 Penyusunan dan Penentuan Peringkat Strategi Alternatif

Penjumlahan skor yang terkait dengan masing-masing strategi alternatif menempatkan strategi tersebut pada urutan prioritas serta keterkaitan antar faktor internal dan faktor eksternal Tabel 41. Tabel 41. Prioritas strategi alternatif untuk konservasi keragaman jenis pohon hutan kota di DKI Jakarta. Ranking Alternatif Strategi Keterkaitan dengan Faktor Skor 1 Optimalisasi pengelolaan hutan kota dengan menjalin kerjasama dengan sektor privat, BUMNBUMSBUMD dan masyarakat S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4 3,25 2 Meningkatkan jenis tanaman lokal yang memiliki kondisi fisik pohon yang baik S1, S2, S5, O1, O2, O3, O4 3,00 3 Meningkatkan keragaman jenis vegetasi dengan mengutamakan jenis lokal dan sesuai dengan tipe hutan kota S1, S5, O1, O2, O3, O4 2,85 4 Membangun jalinan kerjasama dengan pemerintah maupun dengan pihak swasta untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan kualitas hutan kota W4, O1, O2, O3, O4 2,17 5 Sosialisasi peranan hutan kota serta pemeliharaan dan pengelolaan hutan kota yang baik W1, W3, O1, O2, O4 1,92 6 Pemilihan jenis tanaman sesuai dengan tipe hutan kota S1, S4, S5, T2, T4 1,78 7 Pelatihan bagi SDM di lapang agar berkompeten dan berdedikasi tinggi untuk monitoring dan evaluasi kondisi hutan kota W1, W2, W3, W5, O1 1,18 8 Peningkatan ketegasan pengelola terhadap segala bentuk upaya penurunan kualitas hutan kota W2, W5, T1 0,86 9 Pemantapan political will yang mengikat terhadap pengembangan jenis pohon lokal di hutan kota W1, W2, W3, T3 0,74 10 Penetapan insentif yang konkrit dan konsisten bagi pihak privat swasta dan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas hutan kota W1, T3 0,52

5. PEMBAHASAN

Hutan kota di DKI Jakarta menurut PP 63 tahun 2002 yang telah dikukuhkan oleh SK Gubernur mempunyai fungsi dan desain tersendiri sesuai tujuan yang ditetapkan oleh pihak pengelola. Tidak hanya fungsi ekologi, namun fungsi sosial dan fungsi ekonomi juga masuk di dalam hutan kota ini yaitu bermanfaat bagi masyarakat sekitar sebagai tempat beraktivitas dan meningkatkan perekonomian. Penanganan hutan kota secara khusus dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Bidang Kehutanan. Kegiatannya dimulai pertama kali pada tahun anggaran 19901991 hingga saat ini. Setelah berjalan hampir 20 tahun, maka hingga 2011 tercatat 604,04 ha hutan kota dan terdapat 14 hutan kota seluas 149,18 ha yang telah dikukuhkan dengan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan selebihnya dalam proses pengukuhan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta 2011. Hutan kota dengan beragam jenis tanaman di dalamnya membuat pengunjung dapat merasakan banyak manfaat, tidak hanya manfaat langsung yang dirasakan pengunjung seperti sumber oksigen namun juga pendidikan lingkungan bagi penduduk DKI Jakarta yang saat ini pengetahuan akan jenis tanaman lokal sudah semakin menipis, padahal daerah di Jakarta banyak yang menggunakan nama-nama tumbuhan sebagai toponiminya pada nama kelurahan seperti kelurahan di Jakarta Selatan yang berasal dari nama tumbuhan diantaranya Cipete Selatan, Gandaria Selatan, Pondok Labu, Bintaro, Duren tiga, dan masih banyak lagi. Berikut adalah pembahasan dari tiga hutan kota yang diteliti lebih mendalam berdasarkan keragaman tanaman, kondisi fisik pohon, tipe hutan kota terhadap daerah di sekitarnya dan rekomendasi pengelolaan hutan kota bagi konservasi keragaman tanaman di DKI Jakarta.

5.1 Keragaman Tanaman

Hutan Kota Kampus UI menurut konsep penanamannya terbagi menjadi tiga lokasi yaitu zona Wales Barat, zona Wales Timur dan zona Vegetasi Asli. Hal tersebut serupa dengan penelitian Toni 2009, bahwa indeks kesamaan komunitas Sorenson antara zona di Hutan Kota UI ini memiliki nilai rendah dan sangat rendah yang menunjukkan adanya perbedaan perencanaan penanaman pada setiap zona Hutan Kota UI. Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen dan akasia daun besar Acacia mangium Willd pada awalnya memang sengaja ditanam di Hutan Kota UI sebagai jenis yang cepat tumbuh pioneer legum untuk mengatasi dominasi penutupan lahan oleh alang-alang Imperata cylindrica L. P. Beauv dan rumput gajah Pennisetum purpureum Schumach yang mencakup areal 85 dari luas seluruh kampus Waryono 2008. Perubahan vegetasi di Hutan Kota UI terjadi karena penghijauan tahun 1984, 1998, 1999, 2000, 2004 dan 2008 Toni 2009. Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh modifikasi habitat, kompetisi dengan spesies introduksi, tuntutan manusia untuk spesies tertentu dan sebagai produksi, serta perubahan lingkungan yang cepat seperti fluktuasi iklim Alvey 2006. Jika dilihat kondisi pada Hutan Kota UI, variasi ini terjadi umumnya disebabkan faktor antroposentris. Hal ini pun terjadi pada Hutan Kota PT. JIEP dan Hutan Kota Srengseng. Perbedaan INP antara