Periode Tâbi at-Tâ bi’în Pasca Periode Tâ bi’ at-Tâbi’în

Page 55 of 223 Umar bin Abd al-Aziz dan Abu Hanifah. Umar bin ‘Abd al-Aziz adalah seorang khalifah pada zaman Daulah Bani Umayah. Adapun hikmah praktis yang dikembangkan oleh keempat tokoh pada periode ini adalah memulai dengan memerbaiki diri sendiri, memerbaiki keluarga, memerbaiki umat, mengembangkan dakwah dengan surat, menanamkan perasaan takut kepada Allah, berpegang teguh pada agama Allah, dan memerhatikan umat non-muslimin. Pada zaman ini, metode pemikiran dakwah lebih banyak menggunakan penalaran metode muhadditsin, yang lebih banyak berorientasi pada naql daripada ‘aql sebagaimana digunakan dalam penalaran metode mutakallimîn .

D. Periode Tâbi at-Tâ bi’în

Sebutan Tâbi at- Tâbi’în adalah ditujukan bagi generasi yang hidup setelah tabi ’in yang mendapat nilai keutamaan. Tokoh utama pada periode ini yang tergolong Rijâl ad- Da’wah Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Periode a dan b dapat dikategorikan pula sebagai periode Salaf, dan setelah periode salaf disebut periode Khalaf. Kajiannya lebih berorientasi pada syari’at sebagai pesan dakwah. 67 67 Ibid. , hal. 35. Page 56 of 223 Adapun hikmah praktis yang dikembangkan pada periode ini tidak jauh berbeda dengan hikmah praktis bagian ”A” Periode Nubuwah yang telah dikemukakan. Namun dapat ditambahkan bahwa rijâl ad-da ’wah pada periode ini menonjolkan sikap dan perilaku hikmah, yaitu berpikir sebelum menjawab dalam berdialog, menolak sesuatu secara bijak dan bertindak tegas dalam hal kebenaran. Sedangkan hikmah teoritis yang dikembangkan pada periode Tâbi’ at-Tâbi’în adalah metode penalaran mutakallimîn dengan tidak mengabaikan metode penalaran muhadditsîn.

E. Pasca Periode Tâ bi’ at-Tâbi’în

Pada periode ini dapat dikategorikan sebagai periode khalaf, suatu periode dengan 300 tahun setelah zaman nubuwah. Hikmah teoritis dan hikmah praktis dikembangkan dengan metode penalaran yang pernah berkembang sebelumnya dengan ditandai munculnya berbagai corak pemikiran di dalam berbagai bidang kajian keIslaman sebagai hasil dari akumulasi interaksi antarbudaya dalam perjalanan aktivitas dakwah sebagai aktualisasi dari hikmah pemikiran filosofis tentang dakwah. 68 Dalam tataran hikmah teoritis dari segi metodologi pada periode khalaf ini dapat digolongkan kepada: 68 Ibid. , hal. 36. Page 57 of 223 Pertama, kelompok pengguna penalaran isyrâqi iluminasionisme pendukung metode yang dikembangkan oleh Plato dengan tidak mengabaikan metode naql. Kedua, kelompok pengguna penalaran masyâ ’i peripatetisisme pendukung metode yang dikembangkan oleh Aristoteles dengan tidak mengabaikan metode naql. Rijâl ad-da ’wah pendukung metode sebagaimana disebutkan di atas adalah kelĀmāĀk Mu’tazilah, Asyariyah dan Syi’ah. Mereka telah mengkaji tentang konsep teologi sebagai pesan dakwah, konsep manusia dan konsep alam. Dari kalangan sufi yang menggunakan metode irfan, pemikiran mereka lebih menekankan pada konteks da ’wah nafsiyyah internalisasi ajaran Islam pada tingkat intra-personal, antar-pribadi dan kelompok di atas dasar cinta kepada Tuhan dengan tidak mengabaikan dasar syari’at yang lebih mengatur aspek perilaku lahiriyah.

F. Periode Modern