Page 121 of 223 suatu terminal akhir kebahagiaan surga penuh ridha
Allah SWT.
131
Setiap muslim adalah d â’i. Kalau bukan dai kepada
Allah, berarti ia adalah dai kepada selain Allah, tidak ada pilihan ketiganya. sebab dalam hidup ini, kalau bukan
Islam berarti hawa nafsu. Dan hidup di dunia adalah jenak-jenak dari bendul waktu yang tersedia untuk
memilih
secara merdeka,
kemudian untuk
dipertanggungjawabkan di hadapan Rabbul insan kelak. Bagi muslim, dakwah merupakan darah bagi tubuhnya,
ia tidak bisa hidup tanpanya. Aduhai, betapa agungnya agama Islam jika diemban oleh rijal orang mulia.
2. Hakikat Manusia Sebagai Objek Dakwah Mad’û
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’û, yaitu
manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam maupuntidak atau secara keseluruhan manusia, sesuai
dengan firman Allah:
131
http:imoet28.wordpress.com20110616hakikat- manusia-sebagai-objek-dan-subjek-lingkungan
Page 122 of 223 “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
Mengetahui.” QS Saba’34: 28 Kepada manusia yang belum beragama Islam,
dakwah bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang
sudah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas Iman, Islam, Ihsan.
Mad’û objek, yang selanjutnya bisa diperankan menjadi mitra dakwah terdiri dari berbagai macam
golongan manusia. Oleh karena itu, golongan mad’û
sama dengan menggolongkan manusia itu terdiri, profesi, ekonomi dan seterusnya.
Muhammad Abduh membagi mad’û menjadi tiga
golongan yaitu: a.
Golongan cerdik-cendikiawan
yang cinta
kebenaran, dapat berpikir secara kritis, cepat menangakap persoalan.
b. Golongan awam, yaitu, kebanyakan orang yang
belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang
tinggi
c. Golongan yang berbeda dengan golongan di atas
mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalam
benar
Page 123 of 223 Mad’û juga dapat dilihat dari derajat pemikirannya
sebagai berikut: a.
umat yang berpikir kritis, yaitu orang-orang yang berpendidikan, yang selalu berpikir mendalam
sebelum menerima sesuatu yang dikemukakan padanya
b. umat yang mudah dipengaruhi, yaitu masyarakat
yang mudah dipengaruhi oleh paham baru tanpa menimbang-nimbang
secara mantapapa
yang dikemukakan kepadanya.
c. umat bertaklid, yaitu golongan fanatik, buta
berpegang pada tradisi, dan kebiasaan turun- menurun tempat menyelidiki salah satu benar.
Jadi yang dikatakan mad’û adalah orang yang
menjadi sasaran dakwah dimana mad’û terdiri dari
berbagai macam keadaan yang harus disiasati oleh para pendakwah untuk sesuai memberikan dakwah sesuai
dengan kemampuan mad’ûnya, maka seorang dâ’i harus
tepat membaca mad’ûnya.
3. Kondisi Manusia Sebagai Mad’û