Akibat Ketika Manusia tidak Didakwahi dan Tidak Melaksanakan Dakwah Prinsip dasar metode berpikir yang diturunkan dari al-

Page 37 of 223 atau Majusi, sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat āadanya?” Berdasarkan hadits ini, lingkungan keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak-anak dalam membentuk akhlak, moral, dan kepribadiannya. Pendidikan dalam hal ini bisa disebut dakwah.

D. Akibat Ketika Manusia tidak Didakwahi dan Tidak Melaksanakan Dakwah

Melihat dan mengingat pentingnya dakwah bagi manusia berdasarkan hakikat manusia, hakikat dakwah dan teori kebutuhan manusia, maka akibat yang akan diperoleh manusia apabila manusia tidak didakwahi atau dakwah tidak dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Karena manusia pada hakikatnya pelupa, maka manusia akan tetap dalam kebodohan terhadap akhlak dan moralitas sebagaimana yang terjadi pada zaman jahiliyyah. 2. Manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya, yang memang sangat penting kebutuhan itu terpenuhi. 3. Cahaya hati pada manusia selalu dalam keadaan berkurang 4. Akal tidak akan dipandu oleh pengetahuan- āengetahuan agama syari’at Islam, sehingga perilakunya cenderung mengikuti akal dan hawa nafsu. Page 38 of 223 5. Eksistensi Tuhan tidak akan dikenal oleh manusia, karena melalui dakwah para utusan-Nya lah eksistensi Tuhan ada. 6. Potensi baik pada manusia yang Allah anugerahkan tidak akan termaksimalkan, malahan potensi keburukan lah yang akan lebih menguasai, disebabkan oleh akal dan nafsu yang membimbingnya. Bagian Ketiga: Prinsip Dasar dan Metode Berpikir Dalam Filsafat Islam

A. Prinsip dasar metode berpikir yang diturunkan dari al-

Qur’an Prinsip dasar metode berpikir yang diturunkan dari al- Qur’an adalah sebagai berikut: 58 1. Berpegang teguh pada etika ulû al-albâb yang terdiri dari enam belas prinsip, yaitu: a. Bertakwa dan menegakan hak asasi manusia QS al-Baqarah, 2: 179. b. Mengambil pelajaran dari hikmah ibadah haji dan memerjuangkan bekal takwa dalam kehidupan QS al-Baqarah, 2: 197. 58 Syukriadi Sambas, Sembilan λ, hal. 14. Page 39 of 223 c. Memahami ayat-ayat al-Qur’an baik yang mukhamât maupun yang mutasyâbihât QS li ‘Imrân, 3: 7. d. Menjadikan ruang angkasa, geografi, meteorologi, dan geofisika sebagai objek pikir QS li ‘Imrân, 3: 190. e. Bisa membedakan antara kebenaran dan kebukurukan, tidak tergoda oleh keburukan, dan selalu bertakwa dalam mencari keberuntungan QS al-Mâidah, 5: 100. f. Mengimani dan mengambil pelajaran dari kisah para nabi dan rasul Allah QS Yûsûf, 12: 111. g. Memahami dan memerjuangkan kebenaran mutlak yang datang dari Allah QS ar- Ra’d, 13: 19. h. Meyakini keesaan Allah SWT, dan memberi peringatan kepada umat manusia dengan dasar al- Qur’an QS Ibrâhîm, 14: 52. i. Mengambil kebaikan dan berkah yang banyak dengan mendalami kandungan al- Qur’an QS Shâd38: 29. j. Mengambil pelajaran dari kisah nabi Zakaria a.s. dan nabi Yusuf a.s., dengan menggunakan pendekatan sejarah QS Shâd38: 43. k. Mensyukuri ilmu dengan sujud atau shalat pada waktu malam dalam upaya mendapatkan rahmat Allah serta merasa takut terhadap adzabNya QS az-Zumar39: 9. Page 40 of 223 l. Menyeleksi informasi terbaik dengan tolak ukur hidayah dan norma Allah QS az-Zumar39: 18. m. Menjadikan flora dan fauna zoologi dan botani sebagai objek kajian QS az-Zumar39: 21. n. Mengambil pelajaran dari kitab Taurat yang dibawa oleh nabi Musa a.s., yang diwariskan kepada orang Israel atau Yahudi QS al- Mu’min, 40: 54. o. Beriman dan bertakwa kepada Allah, memiliki kesadaran tinggi, serta takut terhadap siksaaan- Nya yang dahsyat QS ath-Thalaq65: 10. 2. Memikirkan, memahami, menghayati, dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah sebagai objek pikir, baik ayat kauniyah dan segala hukumnya realitas alam dan hukum alam maupun ayat- ayat Qur’aniyah melalui āetunjuk dan isyarat ayat-ayat al-Q ur’an tentang akal yang terdiri dari 49 kali penyebutan dalam lima bentuk yang kesemuanya diungkapkan dalam bentuk kata kerja fi’il. 59 Di kalangan kaum rasionalis, hanya akal yang menjadi sumber pengetahuan, sedangkan yang lainnya hanya memerkuat atau membantu memberi bahan-bahan pemikiran bagi akal. Akal tersebut terbagi menjadi dua, yaitu akal praktis dan akal teoritis. 59 Ibid., hal. 15. Page 41 of 223 1. Mengacu kepada 49 empat puluh sembilan term ‘aql yang dimuat dalam al-Qur’an, maka ditemukan prinsip-prinsip pentingnya berpikir 60 , yaitu: a. Salah satu ciri yang membedakan manusia dari hewan terletak pada potensi nalar nâthiq, kegiatan nalar, atau kegiatan berpikir dalam merenungkan objek pikir. Eksistensi dan fungsionalisasi akal dapat meningkatkan derajat dan status keberadaan manusia dalam menjalankan tugas sebagai pemegang amanat, ibadah, risalah, dan khilafah di muka bumi. b. Berpikir termasuk kegiatan bersyukur terhadap nikmat Allah, sedangkan mensyukuri nikmat Allah termasuk ketaatan yang bernilai ibadah. Jadi, berpikir itu pada hakikatnya adalah ibadah yang merupakan bagian dari amanat kemanusiaan. c. Al-Qur’an mengecam orang-orang yang taqlid dan orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi inderawinya. d. Rasulullah SAW, penerima al-Qur’an yang pertama dalam sabdanya sering menerangkan kemulyaan orang-orang yang berilmu. Bahkan, nilai kerja seseorang yang lahir dari pemikiran dipandang lebih baik dari pada pekerjaan yang tidak berdasarkan pemikiran ilmu. 60 Ibid. , hal. 16. Page 42 of 223 e. Bahwa berpikir itu sangat penting, apalagi mengetahi metodologi berpikir yang akan menjadi penuntun ke arah berpikir benar dalam menegakan kebenaran yang sebenar-benarnya.

B. Langkah-Langkah Berpikir Filosofis Berdasarkan al-