Hikmah Dalam al-Q ur’an dan Kegiatan Dakwah

Page 193 of 223 dakwah dengan cara kerja ilmiah. Produk metode ketiga ini menjadi teori ketiga dalam Ilmu Dakwah. Selanjutnya dalam permasalahan verifikasi pengujian, pada tahap verifikasi ini karena disadari bahwa Tuhan Allah SWT menurunkan ayat-ayat-Nya ayat Kauniyah dan Qauliyah semuanya untuk dijadikan pelajaran dan sekaligus petunjuk hudan li an-nâs untuk mencapai kebenaran yang di dalamnya tidak ada pertentangan di antara keduanya maka proses verifikasi pada suatu penyelidikan, diadakan langkah-langkah pembenaran konfirmasi dan justifikasi satu dengan lainnya untuk mendapatkan hasil penyelidikan yang di dalamnya tidak terjadi pertentangan antara pengujian terhadap ayat kauniyah dengan ayat qauliyah.

C. Hikmah Dalam al-Q ur’an dan Kegiatan Dakwah

Dalam surat al-Baqarah2: 269 Allah SWT berfirman: ۚ “Allah menganugerahkan al-Hikmah kefahaman yang dalam tentang al- Qur’an dan as-Sunnah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Page 194 of 223 hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah. ” QS al-Baqarah2: 269 Dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah “kemamāuan ruhani yang diberikan Allah kepada manusia yang di kehendaki Nya”. Orang yang diberi hikmah akan memeroleh banyak kebaikan dan berbuat kebajikan untuk kepentingan dirinya maupun masyarakat. Allah adalah pemilik dan pemberi hikmah bagi manusia,karena Allah memunyai namasifat al- Hakîm . Istilah hakim mengingatkan orang kepada lembaga pengadilan yang berfungsi sebagai pemberi keadilan. Allah sebagai Hâkim memang memunyai sifat Maha Adil. Adil adalah memberikan termasuk melakukan dan memutuskan sesuatu kepada orang lain yang nilainya sesuai dengan yang diharaplan jika pemberi diberi orang lain. Dalam hal ini terkandung sifat empati dan pemberi, sehingga dia merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam sifat adil terkandung sifat tepo seliro karena seseorang tidak memberi sesuatu kepada orang lain apa yang bagi dirinya sendiri tidak senang kalau orang lain melakukan kepada dirinya. Dalam kaitannya dengan dakwah dâ’i yang memunyai hikmah seharusnya adil dalam perbuatannya, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain, ia juga harus adil ketika berdakwah maupun dalam kehidupan di luar dakwah. Dengan demikian dapat disimpulkan Page 195 of 223 bahwa adil merupakan manifestasi dan adanya hikmah. Sifat hikmah pada seorang dâ’i terpancar dari perbuatan adilnya. Karena itu dakwah tidak akan sukses jika dâ’i tidak memiliki sifat adil atau hikmah . Dari perspektif etika, adil termasuk sikap batin yang di dalamnya terkandung getaran yang disebut prasangka baik husnu zhan artinya orang yang adil tidak akan berprasangka jelek sû ’u zhan terhadap orang lain, sama halnya kita tidak berharap orang lain berprasangka jelek kepada kita. Prasangka baik sebagai pancaran dari sifat adil harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan sehari hari dan dalam kegiatan dakwah. Hikmah itu adalah cahaya karunia Allah yang berselubung kaca, kaca yang menyatu dengan cahaya itu membuat cahanya semakin dan terang menembus ke luar kaca menyinari objek dakwah. Kaca selubung itu berupa sifat adil dan berprasangka baik. Pada diri dâ’i, hakikat hikmah diketahui dari sikap, tutur kata dan perilakunya, dan jika hal ini sudah nampak pada diri dâ ’i, maka objek dakwah akan menerima diri dan dakwahnya dengan simpati. Dengan begitu dâ’i akan sukses apabila dâ’i memunyai sikap, tutur kata yang baik dan perilaku yang adil serta berprasangka baik terhadap objek dakwahnya . Hikmah dengan jari –jari sinarnya menembus kaca selubung adil dan prasangka baik menerangi objek dakwah , sehingga mereka mudah kembali ke jalan Allah yaitu ad-Dîn al-Islâm. Page 196 of 223 Dengan demikian tutur kata yang baik kepada objek dakwah harus didasarkan atas etika dâ’i adil dan berprasangka baik sebagai pancaran hikmah. Demikian juga sesuatu diskusi yang lebih baik harus dilakukan dengan adil dan prasangka baik termasuk dalam menyusun dan memilih materi, metode dan sistematika dakwah serta penggunaan sarana dan media. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hikmah itu: 1. Hikmah menjadi hakikat atau prinsip dasar dari metode dan semua perangkat dakwah . 2. Semua perangkat dakwah harus di jiwai dan diacukan kepada prinsip prinsip dasar atau hakikat hikmah tersebut agar dakwah sukses, hikmah harus menjadi dasar dalam pemilihan metode, teknik dan model dakwah, begitu juga dengan hikmah dalam pengenalan kondisi dan profil objek, pemilihan materi, waktu,media dan sarana serta tutur kata. 3. Dengan demikian hikmah dalam dakwah dapat diartikan sebagai “seāerangkat kemamāuan yang dimiliki dâ ’i, yang diperoleh dari pemahaman terhadap al- Qur’an, al-Hadits dan sejarah dakwah, guna memahami, memilih dan menerapkan perangkat dakwah secara tepat dan benar.

D. Pancaran Adil dan Hikmah Dalam Dakwah