Saran Resolution Of Bangladesh-India Maritime Boundary Dalam Model Penyelesaian Sengketa Terhadap Laut Cina Selatan

Putusan PCA bersifat final dan mengikat. Oleh karena itu penyelesaian sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary melalui PCA dapat dijadikan role model dalam penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan.

B. Saran

Melihat berbagai kondisi yang ada, maka penulis mengajukan beberapa saran,yakni : a. Dalam menyelesaikan sengketa antar negara khususnya bagi negara dunia ke-3 dan mengenai sengketa laut internasional, dapat memilih Permanent Court of Arbitration. Melihat dari struktur pemilihan hakim, mahkamah arbitrase ini lebih netral dan dalam putusannya lebih dapat memberikan rasa adil , ini dilihat dari perbandingan putusan Bangladesh-India dengan Bangladesh-Myanmar yang diputuskan oleh ITLOS. b. Sengketa Laut Cina Selatan sebaiknya dilakukan secara bilateral antara tiap-tiap negara yang bersengketa agar dapat memberikan batas delimitasi maritim yang lebih jelas dan tidak terjadi tumpang tindih pada batas wilayah masing-masing negara. c. Sengketa Laut Cina Selatan diharapkan dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase oleh Permanent Court of Arbitration. Mengingat sebagian besar negara yang terlibat sengketa tersebut adalah negara dunia ke-3 dalam sengketa ini melawan Tiongkok yang merupakan negara adidaya di wilayah Asia , maka Permanent Court of Arbitration lebih dapat memberikan rasa adil pada putusannya. Permanent Court of Arbitration dapat menjadi “win-win solution” dalam penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan dimana hal ini dapat menjadikan putusan Permanent Court of Arbitration atas sengketa Teluk Benggala antara Bangladesh –India menjadi “role model” untuk sengketa Laut Cina Selatan. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adolf, Huala. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Jakarta. Rajawali Press. 1991. Anwar, Chairul. Hukum Internasional: Horizon Baru Hukum Laut Internasional Konvensi Hukum Laut 1982. Jakarta. Penerbit Djambatan. 1989. Collier, John Vaughan Lowe. The Settlement of Disputes in International Law. Oxford University Press. 1999. Dimyati, Khudzaifah Kelik Wriono. Metode Penelitian Hukum. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2004. Gardiner, Richard K..International Law. Person Education Limited. England. 2003. Garner, Bryan A. Black’s Law Dictionary. Goh, Evelyn. Meeting the China Challenge: The U.S. in Southeast Asian Regional Security Strategies. East-West Center Washington. 2005. Hadiwijoyo, Suryo Sakti. Batas Wilayah Negara Indonesia “Dimensi,Permasalahan, dan Strategi Penanganan”Sebuah Tinjauan Empiris dan Yuridis. Yogyakarta. Gava Media. 2008. Hadiwijoyo, Suryo Sakti. Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum Internasional. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2011. Koers, Albert W. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 1994. Malcolm N. Shaw. International Law. United States of America. Cambridge University Press. 2008. Mauna, Boer. Hukum Internasional Pengertian,Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global edisi ke-2. Bandung. P.T.Alumni. 2005. Mertokusumo, Soedikno. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta. Liberty. 1988. Oberg, Marco Divac. The Legal Effect of Resolution of The UN Security Council and General Assembly in The Jurisprudence of The ICJ. 16 Eur.J.Int’l.L.2006. 131 Reus, Christian dan Smit, Politik Hukum Internasional. Bandung. Nusa Media. 2015. Sefriani. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Bandung. Rajawali Press. 2010. Sodik, Dikdik Mohamad. Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia. Bandung. Refika Aditama. 2011. Soematri, Ronitidjo Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta. Ghalia Indonesia, 1990. Starke, J.G.. Pengantar Hukum Internasional 1 Edisi ke-Sepuluh. Jakarta. Sinar Grafika. 2008. Starke, J.G.. Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi ke-Sepuluh. Jakarta. Sinar Grafika. 2007. Suwardi, Sri Setianingsih. Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta. Universitas Indonesia. 2006.

B. Peraturan-peraturan