Penyebab Timbulnya Sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA RESOLUTION OF BANGLADESH-INDIA MARITIME BOUNDARY

A. Penyebab Timbulnya Sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary

Timbulnya sengketa antara Bangladesh-India mengenai batas maritim masih merupakan suatu upaya dalam memperebutkan Teluk Benggala yang sebelumnya sengketa ini sendiri melibatkan 3 tiga negara yaitu: Myanmar, Bangladesh dan India. 105 Teluk Benggala adalah sebuah teluk yang terletak di bagian timur laut Lautan Hindia dan di bagian barat Semenanjung Malaya dan Timur India. Teluk Benggala kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi dan cadangan gas, ini terbukti dengan ditemukannya cadangan gas sebanyak 4-6 triliyun kubik di Teluk Benggala kawasan Myanmar oleh Perusahaan Korea Selatan, Daewoo. India juga menemukan sekitar 100 triliyun kubik hidrokarbon di Teluk Benggala kawasan India. 106 Sengketa antara Myanmar dan Bangladesh bermula pada tahun 1974 dari upaya kedua negara untuk menguasai sebagian perairan di Teluk Benggala yang kaya akan cadangan minyak dan gas A.1. Sengketa antara Myanmar dan Bangladesh. 107 105 Nilawati Peran The International Tribunal For The Law Of The Sea ITLOS Dalam Penyelesaian Sengketa Di Teluk Benggala Antara Myanmar Dan Bangladesh : Ejournal Ilmu Hubungan Internasional.2014, 22:439-448. Hal 441. 106 Ibid. 107 Ibid. . Konflik ini muncul karena belum adanya kesepakatan garis batas landas kontinen antar Myanmar dan Bangladesh di Teluk Benggala sehingga memunculkan sengketa antara Myanmar dan Bangladesh, yaitu Myanmar melakukan eksplorasi minyak dan gas secara sepihak di perairan Teluk Benggala tanpa persetujuan Bangladesh yang juga merasa bahwa Teluk Benggala adalah wilayahnya. Kedua sisi negara ini yang bertetangga ini saling bersitegang pada bulan Oktober 2008 ketika Myanmar memberikan ijin eksplorasi lepas pantai kepada perusahaan Korea Selatan, Daewoo; yang mana mendapatkan tantangan keras dari pemerintahan militer Myanma. Keadaan bertambah panas ketika Myanmar mengirimkan dua kapal perangnya sebagai kapal pengawal ketika kapal-kapal pengeboran dari perusahaan Daewoo mulai mengebor di kawasan lepas pantai Teluk Benggala dimana Myanmar mengangapnya sebagai daerah lepas pantainya. Daerah pengeboran ini terletak pada perairan di sepanjang tepi barat Myanmar dan sekitar 93 km barat daya pulau St. Martin kepunyaan Myanmar. Pemerintahan Bangladesh mengajukan protes resmi kepada pemerintahan Myanmar dan juga kepada perusahaan Daewoo, serta mengirimkan tiga kapal perangnya ke daerah sengketa, keadaan di daerah tersebut menjadi tegang karena adanya paksaan untuk meminta eksplorasi segera dihentikan. 108 Kedua negara yang bertetangga ini segera mengerahkan kekuatan militernya di perbatasan, akan tetapi ketengangan ini dengan cepat mereda ketika perusahaan Daewoo pada tanggal 6 November 2008 menghentikan 108 Kartika Sari Sukowati, Sengketa Teluk Benggala Antara Myanmar Dan BangladeshThe Dispute of The Bay of Bengal Between Myanmar and Bangladesh: Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.2009.Hal 9. pengeboran lepas pantainya. Menurut pemerintah Myanmar, perlu mengadakan survey di daerah tersebut dengan lebih lengkap dan pengeboran sumur lepas pantai akan diperluas hingga ke bagian timur daerah lepas pantai. 109 Kawasan teluk Benggala terus menerus menjadi daerah yang genting semenjak perusahaan Daewoo menemukan adanya cadangan gas yang sangat banyak di daerah lepas pantai Myanmar, tepat pada garis lepas pantai negara bagian Rakhine dekat dengan Siitway dan sebelah timur dari zona perbatasan maritim yang rawan sengketa pada tahun 2003. Perusahaan Daewoo memperkirakan penemuan cadangan gas sebanyak 4-6 trilyun kaki kubik dengan kedalaman yang tidak begitu dalam sekitar 150 meter dan ini memberikan prospek yang sangat menjanjikan dan potensial kelak biusa memberikan hasil mencapai 14-20 trilyun kaki kubik. 110 Oleh karena itu semenjak tahun 2001, perusahaan Daewoo mengoperasikan kerja sama permanen dengan perusahaan minyak India dan perusahaan gas alam ONGC,GAIL serta perusahaan gas India dan Korea. Pada awal tahun 2004, perusahaan Daewoo juga mendapatkan kontrak kerja di bagian timur daerah lepas pantai yang dekat sekali dengan lepas pantai negara bagian Rakhine dekat dengan Siitway dan sebelah timur dari zona perbatasan maritim yang rawan sengketa dan selanjutnya juga mendapatkan hak eksploitasi di daerah sebelah barat lepas pantai pada bulan Febuari 2007. 111 109 Ibid. 110 Ibid. 111 Ibid. Selanjutnya perusahaan minyak Tiongkok yakni CNOOK memasuki kawasan Teluk Benggala pada tahun 2004; lalu perusahaan ESSAR yang merupakan perusahaan minyak swasta India pada tahun 2005; perusahaan GAIL mendapatkan hak operasi bebas di daerah ini semenjak tahun 2006; dan dilanjutkan oleh China Natural Gas Petroleum Corporation CNPC Petro Tiongkok pada tahun 2007; dan ONGC mendapatkan hak eksplorasi sejak September 2007. 112 Dengan adanya kemungkinan daerah yang kaya akan minyak serta cadangan gas di daerah perairan yang rawan menyebabkan sulitnya dicapai kesepakatan. Ketegangan itu didorong oleh kecemasan antara Myanmar dan Bangladesh mengenai keamanan cadangan sumber daya energi yang dimilikinya, dan tidak satupun diantara kedua negara itu menyadari akan potensi bahanya masuknya kepentingan negara adidaya ke daerah yang bersengketa. Yang menjadi ketegangan antara pemerintah Myanmar dan Bangladesh adalah berpusat pada cadangan minyak yang akan dieksploitasi dan bagaimana pembagiannnya lalu kedua negara tersebut saling mengirimkan kapal perangnya. Teluk Benggala yang menjadi objek sengketa antara Myanmar dan Bangladesh dapat menyumbangkan devisa bagi negara dalam jumlah yang luar biasa besar, seperti misalnya India berminat akan melakukan penyaluran bahan bakar gas alam yang diperlukan dari wilayah tersebut, sebagaimana hal ini diklaim juga oleh Myanmar untuk pasaran domestiknya. Sistem penyaluran bahan bakar gas alam dari Teluk Benggala ke bagian barat India ini memberikan jalur angkutan 112 Ibid. bahan bakar yang efisien menggunakan jalur pipa, namun yang menjadi kendala terbesar adalah jalur ini melintasi Bangladesh yang secara posisi geografisnya berada di tengah antara India dan Myanmar dan Teluk Benggala tebentang diantara 3 tiga negara ini, maka hak transit melalui Bangladesh perlu diperhatikan oleh pemerintah Myanmar dan pemerintah India. 113 Ketengangan ini berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, dan diperlukan langkah bertahap dalam mengatasi masalah antar bangsa. Antara Myanmar dan India untuk ide pembangunan jalur pipa minyak ke India. Perusahaan swasta yang berada di Bangladesh, termasuk Chevron, Shell dan Chairn Energy dan juga badan multilateral seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia juga sepakat memberikan dana untuk pembangunan pipa minyak dengan pandangan untuk kebutuhan eksport, namun hal ini sangat tidak menguntungkan posisi Bangladesh terutama dalam hal posisi geografis. 114 Upaya penyelesaian sengketa yang telah dilakukan oleh Myanmar dan Bangladesh melalui upaya negosiasi dan konsiliasi antara kedua negara yang bersengketa pada tahun 1974. Jalur penyelesaian negosiasi yang dilakukan oleh Myanmar dan Bangladesh, dilakukan di Dhaka yang dihadiri oleh para pakar yang mewakili kedua negara dan membahas mengenai perbatasan wilayah laut antara Myanmar dan Bangladesh. Dalam perundingan ini Bangladesh menyerukan kepada Myanmar agar mengendalikan diri dalam melakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas di daerah sengketa yakni di Teluk Benggala, sampai mereka mencapai kesepakatan mengenai perbatasan wilayah laut 113 Nilawati.Op.Cit.Hal 466. 114 Ibid masing-masing negara. 115 Sengketa mengenai perbatasan wilayah laut antara Myanmar dan Bangladesh pada akhirnya diselesaikan melalui penyelesaian secara hukum. Dimana Myanmar pada tanggal 4 November 2009 dan Bangladesh pada tanggal 12 Desember 2009 secara resiprokal meyepakati bahwa sengketa mengenai Teluk Benggala antara Myanmar dan Bangladesh ini akan dibawa ke Mahkamah Internasional Hukum Laut International Tribunal for the Law of the Sea atau yang selanjutnya disebut ITLOS. Namun penyelesaian sengketa yang memakan waktu hingga tiga dekade ini berjalan alot, antara Myanmar dan Bangladesh tidak dapat mencapai kata sepakat. 116 Mengenai penyelesaian sengketa mengenai laut antar negara hal ini diatur pula di dalam Pasal 287 ayat 1UNCLOS 1982 yaitu melalui: 117 5 Mahkamah Internasional Hukum Laut International Tribunal for the Law of The Sea yang dibentuk berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982; 6 Mahkamah Internasional International Court of Justice; 7 Arbitrase atau Prosedur Arbitrase Khusus Arbitration or Special Arbitration Procedures yang diatur dalam Annex VII dan Annex VIII dari UNCLOS 1982. 8 Konsiliasi Conciliation : Perselisihan-perselisihan tertentu dapat diselesaikan melalui Konsiliasi, yang diatur di dalam Annex V, yaitu 115 Ibid 116 Ibid 117 Chairul Anwar, S.H.Op.Cit. Hal. 123. melalui prosedur yang keputusannya tidak mengikat pihak-pihak yang berselisih. Menurut mekanisme UNCLOS 1982, negara-negara pihak diberi kebebasan yang luas untuk memilih prosedur yang diinginkan sepanjang itu disepakati bersama. Dengan sistem UNCLOS 1982 maka tidak ada lagi ruang bagi negara-negara pihak UNCLOS 1982 untuk menunda-nunda sengketa hukum lautnya dengan bersembunyi di belakang konsep kedaulatan negara karena UNCLOS 1982 secara prinsip mengharuskan negara-negara pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui mekanisme UNCLOS 1982. Kedua negara kemudian melakukan deklarasi, adapun deklarasi kedua negara tersebut,yaitu: 118 118 Nilawati.Op.Cit.Hal.442 Deklarasi Myanmar menyatakan : “ Sesuai dengan Pasal 287 ayat 1 UNCLOS 1982, Pemerintah Myanmar dengan ini menyatakan bahwa menerima yurisdiksi Mahkamah Internasional Hukum Laut ITLOS dalam penyelesaian sengketa Myanmar dan Bangladesh yang berkaitan dengan permasalahan batas laut antara kedua negara di Teluk Benggala. Deklarasi Bangladesh menyatakan: “Berdasarkan Pasal 287 ayat 1 UNCLOS 1982, Pemerintah Bangladesh menyatakan bahwa menerima yurisdiksi Mahkmah Internasional Hukum Laut ITLOS dalam penyelesaian sengketa antara Bangladesh dan Myanmar berkenaan mengenai delimitasi batas laut antara kedua negara di Teluk Benggala. Putusan ITLOS No.16 Tanggal 14 Maret 2012 merupakan penyelesaian dari sengketa antara Myanmar dan Bangladesh 119 Permohonan Bangladesh dalam pembelaannya agar dipenuhinya batas wilayah Bangladesh sesuai Pasal 15,74,76, dan 83 UNCLOS 1982. Berikut pula permohonan Bangladesh juga meliputi agar dipenuhinya batas laut teritorial yang diukur dari Pulau St.Martin yang merupakan pulau terluar dari Bangladesh sampai ke Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen Bangladesh.Klaim Bangladesh agar pengukuran laut teritorial dimulai dari Pulau St. Martin agar mencegah eksplotasi minyak di pantai Barat Daya Pulau St. Martin yang dilaksanakan Myanmar dengan perusahaan Korea Selatan, Daewoo. Bangladesh juga mengajukan permohonan agar penentuan delimitasi batas maritim Bangladesh- Myanmar sesuai dengan hasil uji proposionalitas yakni 1:1.06. , penentuan batas maritim diselesaikan melalui International Tribunal for the Law of the Sea Mahkamah Hukum Laut Internasional atau yang disebut ITLOS dalam sengketa penentuan batas maritim Bangladesh dan Myanmar di Teluk Benggala. Hukum yang digunakan oleh ITLOS adalah berdasarkan Pasal 23 statuta ITLOS yang menyatakan bahwa ITLOS akan menggunakan hukum internasional yang relevan dan berkaitan dengan Pasal 293 UNCLOS 1982 . 120 Permohonan Myanmar dalam pembelaannya meminta agar Pulau St. Martin tidak menjadi bagian dari kedaulatan Bangladesh namun menjadi sebuah wilayah independen, kemudian Myanmar juga meminta agar ITLOS dapat melakukan ekstensi wilayah landas kontinen Myanmar diatas 200 mil serta 119 Ibid 120 Ibid mengenai penentuan delimitasi batas maritim Bangladesh-Myanmar dengan perbandingan 1:1.25. 121 Melalui Putusan No.16 Tanggal 14 Maret 2012, ITLOS mengeluarkan putusan sebagai penyelesaian sengketa Bangladesh-Myanmar. Dimana di dalam putusan tersebut secara garis besar memutuskan: 122 a. ITLOS menolak klaim Bangladesh mengenai pengukuran batas laut teritorial Bangladesh dari Pulau St.Martin. ITLOS memberikan pengukuran laut teritorial dari Pulau St. Martin sejauh 12 mil ke Zona Ekonomi Eksklusif . b. ITLOS menolak permohonan Myanmar yang meminta agar Pulau St. Martin dijadikan sebagai wilayah independen karena dianggap akan menimbulkan distorsi dalam hal proyeksi garis pantai masing-masing negara. c. ITLOS menolak permohonan Myanmar agar dilakukannya ekstensi wilayah landas kontinen Myanmar lebih dari 200 mil, karena hal tersebut tidak termasuk dalam wewenang ITLOS sebagaimana yang tertera pada bagian XV dalam UNCLOS 1982. d. ITLOS menetapkan delimitasi batas maritim antara Bangladesh dan Myanmar dengan perbandingan 1:1.42, dimana batas maritim untuk Bangladesh adalah 423 km dan untuk Myanmar 587 km. Dimana luas 121 Ibid 122 www.itlos.org. diakses tanggal 27 Maret 2014. wilayah laut yang dimiliki oleh Bangladesh menjadi 111.631 km 2 dan luas wilayah laut Myanmar menjadi 171.832 km 2 . A.2. Sengketa antara Bangladesh-India. Sengketa Teluk Benggala merupakan sebuah sengketa multilateral dimana melibatkan negara Bangladesh, Myanmar dan India. Teluk Benggala memiliki area dengan luas 2,2 juta km 2 , dengan kedalaman rata-rata 2.200 meter dan bisa mencapai 3.000 meter, dimana kedalamannya semakin bertambah terbentang dari utara ke selatan. Teluk Benggala merupakan muara dimana Sungai Gangga mengalir, Sungai Gangga terdapat di barat daya sejauh 2.500 meter dari Teluk Benggala. Sengketa Teluk Benggala antara India dan Bangladesh memiliki sedikit perbedaan dengan sengketa antara Bangladesh dan Myanmar mengenai Teluk Benggala. Jika Bangladesh dan Myanmar memperebutkan Teluk Benggala dikarenakan perebutan sumber daya energi yang terkandung di dalamnya, sengketa antara Bangladesh dan India memiliki 2 dua unsur permasalahan yakni: a unsur sejarah pembagian wilayah antara kedua negara dimulai dari masa pasca kemerdekaan Bangladesh dan b perebutan wilayah atas dasar sumber daya energi yang terkandung di Teluk Benggala. 123 India merupakan sebuah negara yang merdeka pada tahun 1947 dan dalam hal ini terbagi menjadi dua negara yaitu India dan Pakistan dan kemerdekaan ini dicatat dalam sebuah perjanjian kemerdekaan India pada Tanggal 15 Agustus 1947. Sedangkan Bangladesh merupakan sebuah negara yang memisahkan diri 123 Piyush Singh dan Pranay Kotasthane Resolving the Indo-Bangladesh Maritime Dispute : Takshashila Institution: Juni,2014 Hal.1 dari Pakistan dan merdeka pada bulan Maret 1971, wilayah Bangladesh yakni berada pada timur Pakistan. 124 Pada Tanggal 14 Febuari 1974, Bangladesh menetapkan batas wilayah perairan dan batas maritim negaranya melalui sebuah perjanjian. Pada perjanjian tersebut tercatat bahwa terdapatnya wilayah tambahan pada wilayah maritim Bangladesh sejauh 6 mil sebagai zona tambahan.Terkait dengan dikeluarkannya perjanjian Bangladesh mengenai penetapan wilayah perairan dan batas maritim serta wilayah tambahannya, tidak ada klaim keberatan dari negara manapun, hal ini juga termasuk India sebagai negara tetangga tidak pernah mengeluarkan nota keberatan terhadap perjanjian yang telah ditetapkan oleh Bangladesh tersebut. 125 Pada Tanggal 9 Mei 1974 , Perdana Menteri Bangladesh diundang oleh pemerintah India guna membahas mengenai batas darat antara India dan Bangladesh. Pada saat iru, menteri luar negeri Bangladesh mengambil suatu inisiatif agar antara India dan Bangladesh juga disepakatinya batas maritim antar kedua negara, pemerintah India sepakat untuk mengadakan perjanjian batas maritim antara kedua negara tersebut dan berjanji akan mengundang pemerintah Bangladesh untuk membahas hal tersebut di awal bulan Juni 1974. Namun, sampai dengan tanggal 7 Juni 1974 belum ada undangan dari pihak India untuk membicarakan hal tersebut, hal ini dikarenakan negara-negara tengah mempersiapkan diri untuk mengadiri sidang kedua UNCLOS III yang diadakan di Caracas pada Tanggal 20 Juni-29 Agustus 1974. 126 124 Ibid. 125 Ibid. 126 Ibid. Setelah sidang kedua UNCLOS III di Caracas, Bangladesh sebagai sebuah negara yang baru mendapatkan kemerdekaannya melakukan perubahan pada perjanjian yang berisi batas maritimnya . Dimana batas maritim yang baru, menurut pemerintah Bangladesh akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam UNCLOS, yakni 12 mil batas laut teritorial dan 200 mil untuk batas zona ekonomi eksklusif begitu pula untuk zona tambahan dan landas kontinen. Namun Bangladesh meminta dimana pengukuran batas lautnya dari garis pantai tidak dapat mengikuti pengukuran pada garis pantai normal atau pun lurus , hal ini disebabkan garis pantai Bangladesh yang tidak rata dan cenderung menjorok kedalam sehingga Bangladesh pada penetapan garis pantainya meminta untuk dilakukan cara pengukuran yang lain diluar dari yang telah ditetapkan didalam UNCLOS. Penetapan batas negara tidak hanya dapat dilakukan oleh negara tersebut secara sepihak, namun batas negara tersebut dengan negara-negara sekitarnya juga harus ada pembagian wilayah yang jelas, dan hal ini pula yang harus dipertimbangkan oleh Bangladesh dalam penetapan batas wilayah negaranya. 127 Perundingan antara India dan Bangladesh mengenai delimitasi batas maritim kedua negara dilakukan pertama kalinya pada Tanggal 3 Juli 1974. Perundingan kedua negara ini mengenai batas maritimnya, tidak berlangsung sebagaimana perundingan batas darat wilayah negaranya.Pada pertemuan Tanggal 3 Juli 1974 tersebut, Bangladesh menyatakan bahwa negaranya akan mematuhi peraturan UNCLOS dalam menetapkan batas-batas maritim 127 Ibid. negaranya, termasuk luas zona maritim dan penggunaan serta kegiatan yang akan berlangsung pada wilayah lautnya.Dalam pertemuan ini, India mengutarakan kepada pihak Bangladesh bahwa; pemerintah India menginginkan pengukuran pada garis pantai antara India dan Bangladesh dilakukan sesuai dengan Pasal 5 UNCLOS tentang normal base-line. Pada pertemuan kedua yaitu pada Tanggal 16 Juli 1974, Bangladesh pada pernyataannya menyatakan bahwa; mengenai penentuan batas maritim negaranya, pemerintahan Bangladesh menginginkan metode pengukuran straight base-line pada Pasal 7 UNCLOS, yang mana mengingat kontur pantai Bangladesh yang jauh masuk kedalam dan tidak sejajar ataupun letaknya tidak berdampingan dengan garis pantai India. Pertemuan pada Tanggal 16 Juli 1974 ini, tidak menghasilkan kesepakatan karena pernyataan Bangladesh ditolak oleh India, dan pemerintah India bersihkukuh untuk mengukur garis pantai menggunakan metode normal base- line. 128 Pada tahun 2007, terjadi pembatalan proyek pembangunan pipa gas untuk menyalurkan gas alam antara Myanmar, Bangladesh dan India. Penyaluran gas alam ini dilakukan dari Teluk Benggala dan dialurkan ke bagian barat India. Proyek ini mendapat penolakan keras dari pemerintah Bangladesh, hal ini dikarenakan, kerja sama antara India dan Myanmar ini bukan untuk mengalirkan sebagian dari kuota gas tersebut ke wilayah Bangladesh, namun dalam hal ini Bangladesh merupakan negara yang hanya dilintasi saja, baik India ataupun Myanmar tidak memperhatikan hak transit Bangladesh, dan perjanjian 128 Ibid. tersebut dibuat hanya antara Myanmar dan India tanpa menyertakan Bangladesh sebagai negara yang akan dilewati serta tidak mempertanyakan kesediaan Bangladesh atas ditanamnya pipa gas pada wilayah maritim negaranya. 129 Berbagai upaya telah dilakukan untuk menemukan solusi dari permasalahan perbatasan batas maritim di Teluk Benggala antara India dan Bangladesh. Kedua negara tetap teguh mempertahankan pendapat dari masing- masing pihak, Bangladesh tetap akan mengikuti Pasal 7 UNCLOS tentang straight base-line dalam delimitasi batas maritim dengan India; dan India juga tetap berpegang teguh untuk mengikuti metode pengukuran straight base-line. India melakukan pernyataan resminya untuk tetap mengikuti metode pengukuran straight base-line sepanjang garis pantainya termasuk dengan batas pantai dengan Bangladesh, ini dinyatakan pada bulan Mei 2009. Mengenai batas maritim antara India dan negara-negara yang berbatasan dengannya Myanmar, Thailand, Sri Lanka, Indonesia, dan Maladewa, hanya Bangladeshlah negara yang masih belum ditentukan batas maritimnya dengan India, dan hal ini berlangsung selama beberapa dekade dan menimbulkan sengketa, hingga pada tahun 2012 sengketa ini dibawa ke Permanent Court of Arbitration selanjutnya disebut PCA, dan putusan dari PCA yang dikeluarkan pada Tanggal 7 Juli 2014 menjadi penyelesaian masalah sengketa batas maritim di Teluk Benggala antara India dan Bangladesh. 130 129 K. Yhome The Bay Of Bengal At The Crossroads Potential For Coorperation Among Bangladesh, India and Myanmar; Friedrich Ebert Stiftung; FES India Press;New Delhi, October.2014 Hal.6. 130 Piyush Singh dan Pranay Kotasthane.Op.Cit.Hal.3.

B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary.