Hasil Penyelesaian Sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary.

C. Hasil Penyelesaian Sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary.

Pada Tanggal 8 Oktober 2009, Pemerintah Bangladesh dan India sepakat untuk menyelesaiakan sengketa kedua negara mengenai delimitasi batas maritim.Kebijakan yang diambil oleh kedua negara ini terkait dengan Pasal 287 ayat 1 dan Annex VII UNCLOS 1982. Selama tahun 2010-2013, dilakukan analisa terhadap sengketa dan juga pada wilayah sengketa di Teluk Benggala. Sidang pertama dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 , perkara ini ditangani oleh 5 orang hakim yakni: Rudiger Wolfrum Jerman juga sebagai Presiden dari PCA, Jean-Pierre Cot Perancis, Thomas A.Mensah Ghana, Dr.Pemmaraju Sreenivasa Rao India, dan Prof. Ivan Shearer Australia. Hal-hal yang dibahas mengenai delimitasi batas maritim antara kedua negara termasuk penetapan garis pantai, delimitasi laut teritorial dan delimitasi ZEE serta landas kontinen. 144 Berdasarkan UNCLOS 1982, sebuah negara pantai memiliki kedaulatan atas 12 mil laut dari garis pantai Pasal 3. Di luar zona ini maka batas sejauh 200mil laut negara mempunyai hak kedaulatan atas zona ZEE Pasal 55. Kemudian batas maksimal 350 mil laut dan dengan kedalaman 2500 meter negara mempunyai kedaulatan atas zona landas kontinen. Dalam menyelesaikan sengketa ini, PCA mencari metodologi yang tepat utuk diaplikasikan mengenai penentuan garis batas yang provisi dan seimbang serta juga memperhatikan kondisi yang spesial serta relevan untuk menemukan solusi yang adil bagi kedua belah pihak. Menurut PCA hal ini adalah hal yang sangat logis dan dapat diterapkan secara menyeluruh sebagai hal yang objektif, transparan dan seimbang. Dalam 144 www.mcnairchambers.com,diakses pada tanggal 4 April 2015. menerapkan metodologi ini, PCA menolak metodologi yang disaranakan sebagai alternatif oleh pihak Bangladesh yakni metode garis “angle bisector”. Namun pada akhirnya penentuan garis yang ditentukan oleh PCA hampir mendekati metode garis “angle bisector” yang disarankan oleh pihak Bangladesh dimana penentuan garis ini ditentang oleh Dr.Pemmaraju Sreenivasa Rao hakim arbitrase yang ditunjuk oleh India. 145 Dalam memorial yang disampaikan oleh Bangladesh terkait dengan delimitasi batas maritim, Bangladesh meminta PCA dalam menentukan pemberian batas wilayah untuk mempertimbangkan “special circumtances”. Pertama,mengenai adanya perubahan iklim yang mengakibatkan adanya ketidakstabilan garis pantai. PCA menolak argumen Bangladesh terkait dengan alasan “ ketidakstabilan ekstrim pada delta Teluk Benggala” yang mana diakibatkan oleh perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut dan pihak Bangladesh menyatakan hal ini sebagai “special circumtances”. Menurut PCA, argumen seperti ini jika diterima maka akan merusak objektivitas dari penentuan delimitasi dan definisi dari batas maritim tersebut, hanya keadaan geografis pada saat ini yang dianggap relevan dalam penentuan batas maritim. Evolusi alam, ketidakpastian dan kurangnya kemampuan untuk memprediksi sebagai dampak dari perubahan iklim pada wilayah maritim, terutama bagian pantai terdepan suatu negara, membuat semua prediksi terkait dengan jumlah erosi pantai atau pertambahan yang tidak dapat diprediksi. Keputusan ini akan menjadi 145 Ibid. kepentingan bagi negara-negara yang memiliki dataran pantai yang rendah atau garis pantai yang tidak stabil. 146 Kedua, mengenai adanya hak untuk menangkap ikan. PCA juga menolak argumen Bangladesh yang mana populasi penduduknya banyak yang sangat tergantung pada ikan di Teluk Benggala akan mempertajam ketidakadilan dalam pembatasan terhadap suatu daerah yang sempit yang dihasilkan oleh garis equiditas. Menurut PCA, Bangladesh tidak menyerahkan cukup bukti untuk menghadapi suatu ujian ketat yang diperlukan untuk mengandalkan keadaan tersebut. 147 Ketiga,mengenai cekungan wilayah pantai Bangladesh yang menjorok jauh kedalam. Hal ini diakui oleh PCA melihat fakta dimana wilayah pantai Bangladesh yang menjorok kedalam. PCA menerima argumen Bangladesh mengenai cekungan pada wilayah pantai dinyatakan sebagai “special circumtances” dan patut diperhitungkan. Secara khusus PCA menandai bahwa cekungan ini menghasilkan suatu “efek patahan” yang tidak masuk akal dan hal ini mencegah Bangladesh untuk memperluas batas maritimnya sejauh batas yang ditetapkan oleh hukum internasional. Untuk memperbaiki dampak dari efek ini, PCA menyesuaikan garis equiditas yang sesuai agar Bangladesh dapat menerima batas maritim yang lebih luas terutama untuk bagian zona ZEE dan zona landas kontinen. 148 Pada tanggal 7 Juli 2014, PCA memberikan putusan final atas sengketa India-Bangladesh mengenai delimitasi batas maritim. Luas wilayah Teluk 146 Piyush Singh dan Pranay Kotasthane.Op.Cit.Hal.7. 147 Ibid. 148 Ibid. Benggala yang menjadi sengketa antara India dan Bangladesh adalah 25.602 km 2 , dan PCA dalam putusannya memutuskan wilayah Teluk Benggala yang menjadi wilayah Bangladesh adalah 19.467km 2 . Pada saat ini, Bangladesh telah memiliki wilayah laut seluas 118.813 km 2 , dan pembagian luas untuk tiap-tiap zona maritimnya adalah; laut territorial seluas 12 mil laut, ZEE diperluas hingga 200 mil laut dan landasan kontinen diperluas hingga 345 mil laut. India juga mendapatkan pembagian wilayah laut seluas hampir mendekati luas 6.000km 2 , yang mana dari oembagian luas wilayah laut ini, India mempunyai hak atas pulau New Moore. 149 Putusan PCA tersebut telah secara menyeluruh diterima oleh kedua negara sebagai sebuah perkembangan yang positif terhadap konsolidasi yang lebih jauh dan hubungan yang bersahabat terutama dalam hal geopolitis secara signifikan terhadap wilayah Samudera Hindia dan Asia Selatan. Terlebih lagi putusan ini telah memberikan keamanan dan implikasi ekonomi tidak hanya untuk India dan Bangladesh tetapi juga seluruh wilayah Teluk Benggala. 150 Putusan ini juga memberikan kontribusi dalam membangun strategi persaudaraan antara negara-negara dalam pembagian batas negara di wilayah laut. Putusan PCA ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam forum multilateral yang penting. Kedua negara telah menerima putusan ini, dan ini dianggap sebagai sebuah pintu yang terbuka lebar bagi kesempatan untuk mengeksplorasi minyak dan gas di Teluk Benggala, situs yang mengandung cadangan energi yang besar. Para ahli hukum internasional telah mengakui bahwa 149 http:www.idsa.inidsacommentsDelimitationofIndoBangladesh_rbhattacharjee_ 190814.html. diakses pada tanggal 4 April 2014. 150 Ibid. melalui putusan ini, PCA telah memberikan dukungan yang besar kepada kedua belah pihak untuk mempergunakan hak atas kedaulatan mereka dan melaksanakan tugas mereka sesuai dengan konvensi dan saling menghormati hak kedua negara satu sama lain. 151 151 Ibid. Putusan PCA mengenai delimitasi batas maritim India dan Bangladesh ini, memberikan sebuah kabar baik bagi jutaan nelayan bagi kedua negara. Perihalnya, kebijakan yang bersahabat telah membuka zona yang lebih luas bagi mereka, yang mana selama 4 dekade mereka tidak dapat melaut di daerah tersebut. Terlebih lagi kedua negara dapat melakukan kerjasama dalam bidang konservasi keragaman hayati yang terdapat di Teluk Benggala. Dengan jelasnya delimitasi batas maritim antar kedua negara dapat meningkatkan keamanan didaerah pantai dan laut pada wilayah tersebut. Menyangkut hal ini, putusan PCA merupakan suatu “win-win solution” untuk kedua negara. Gambar.2. Hasil Keputusan PCA mengenai Pembagian Wilayah di Teluk Benggala antara India dan Bangladesh Sumber : The Arbitral Tribunal Award In The Matter Of The Bay Of Bengal Maritime Boundary Arbitration Between The People’s Republic of Bangladesh and The Republic of India. BAB IV RESOLUTION OF BANGLADESH-INDIA MARITIME BOUNDARY DALAM MODEL PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP SENGKETA LAUT CINA SELATAN

A. Kajian Resolution of Bangladesh – India Maritime Boundary