b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak
maupun media eletronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi objek penelitian. 4.
Analisis Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan
dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, sedangkan metode induktif dilakukan dengan
menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik penelitian ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah , dilanjutkan
dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan diakhiri dengan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA
INTERNASIONAL TERHADAP KONFLIK LAUT INTERNASIONAL
Pada bab ini diuraikan mekanisme penyelesaian sengketa internasional terhadap konflik laut internasional yang terdiri dari
prinsip dan konsepsi hukum internasional dalam penetapan batas negara, klasifikasi batas negara, mekanisme penyelesaian
sengketa internasional menurut hukum internasional,mekanisme penyelesaian sengketa internasional terhadap konflik laut
internasional berdasarkan UNCLOS 1982 serta Peranan ITLOS sebagai lembaga penyelesaian sengketa laut internasional.
BAB III PENYELESAIAN SENGKETA RESOLUTION OF
BANGLADESH - INDIA MARITIME BOUNDARY Bab ini mengurai tentang penyebab timbulnya sengketa
Bangladesh-India maritime boundary, mekanisme penyelesaian sengketa Bangladesh-India maritime boundary, dan hasil
penyelesaian sengketa Bangladesh-India maritime boundary. BAB IV
RESOLUTION OF BANGLADESH-INDIA MARITIME BOUNDARY DALAM MODEL PENYELESAIAN SENGKETA
TERHADAP LAUT CINA SELATAN Pada bab ini dibahas mengenai kajian Resolution of Bangladesh-
India maritime boundary, perbandingan sengketa Bangladesh-India
maritime boundary dengan sengketa Laut Cina Selatan, serta mekanisme penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan.
BAB V PENUTUP
Pada bab terakhir ini akan dimuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan
saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini.
BAB II MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
TERHADAP KONFLIK WILAYAH PERAIRAN MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
A. Dasar Penetapan Perbatasan Negara
Batas adalah tanda pemisah antara suatu wilayah dengan wilayah yang lain, baik berupa tanda alamiah maupun buatan. Penetapan dan penegasan batas
wilayah suatu negara dirasakan sangat penting dan mendesak, hal tersebut didasarkan fakta semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan
pembangunan yang memerlukan ruang baru bagi kegiatan tersebut . Kebutuhan akan ruang ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hilang atau berubahnya
batas wilayah suatu negara. Apabila hal tersebut tidak diantisipasi, bukan tidak mungkin akan muncul sengketa dan saling klaim terhadap wilayah suatu negara
oleh negara lain.
39
Pengakuan Internasional terhadap suatu negara didasarkan pada terpenuhi tidaknya syarat-syarat berdirinya suatu negara, antara lain adalah menyangkut
wilayah negara, karenanya tidak ada negara yang diakui tanpa wilayah negara. Dengan kenyataan ini, maka suatu negara selalu memiliki wilayah dengan batas-
batas tertentu yang diakui secara internasional.
40
Pengertian perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua negara yang berdaulat. Perbatasan sebuah negara atau states border dibentuk
39
Suryo Sakti Hadiwijoyo,Batas Wilayah Negara Indonesia “Dimensi,Permasalahan, dan Strategi Penanganan”Sebuah Tinjauan Empiris dan Yuridis, Penerbit Gava Media,
Yogyakarta.2008.Hal 35
40
Ibid.
21
dengan lahirnya negara. Menurut pendapat ahli geografi politik, perbatasan dapat dibedakan menjadi 2 dua, yaitu boundaries dan frontier. Kedua definisi ini
mempunyai arti dan makna yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai yang strategis bagi kedaulatan wilayah negara. Perbatasan
disebut frontier karena posisinya yang terletak di wilayah bagian depan dari suatu negara. Sedangkan istilah boundary digunakan karena fungsinya yang mengikat
atau membatasi bound or limit suatu unit politik, dalam hal ini adalah negara. Semua yang terdapat di dalamnya terikat menjadi satu kesatuan yang bulat dan
utuh serta saling terintegrasi satu dengan yang lain. Boundary paling tepat dipakai apabila suatu negara dipandang sebagai unit spasial yang berdaulat.
41
Dalam kaitan dengan konsep ruang, batas wilayah kedaulatan negara boundary amatlah penting di dalam dinamika hubungan antara negaraatau
antar bangsa. Hal ini karena batas antar negara atau delimitasi sering menjadi penyebab konflik terbuka. Meskipun penentuan delimitasi telah diatur dalam
berbagai konvensi internasional. Tetapi, latar belakang sejarah setiap bangsanegara dapat memberikan nuansa politik tertentu yang mengakibatkan
penyimpangan dalam menarik garis boundary dan bertabrakan dengan negara lain.
42
Berkaitan dengan perbatasan antarnegara, hukum internasional memberikan konstribusi yang penting, terutama dalam pelaksanaan perundingan
atau perjanjian batas antar negara. Hukum internasional secara jelas dan tegas
41
Suryo Sakti Hadiwijoyo,Perbatasan Negara dalam dimensi Hukum Internasional,Graha Ilmu,Yogyakarta.2011.Hal 63
42
Ibid.
memberikan batasan tentang pemanfaatan sementara wilayah perbatasan antar negara. Persetujuan atau perjanjian perbatasan di wilayah darat atau di wilayah
laut batas maritim yang telah disepakati dengan negara lain secara tidak langsung merupakan bukti pengakuan kedaulatan negara atas wilayahnya, akan
tetapi kesepakatan tersebut seyogianya perlu dituangkan dalam bentuk perjanjian, sedangkan yang sudah diratifikasi dalam bentuk undang-undang, hal ini pada
dasarnya untuk mempermudah bagi para pihak sekiranya terjadi perbedaan penafsiran terhadap pelaksanaan persetujuan atau perjanjian tersebut.
Menurut Adi Sumardiman
43
1. Ketentuan Tidak Tertulis
secara garis besar terdapat 2 dua hal yang menjadi dasar dalam penetapan perbatasan, yaitu:
Ketentuan seperti ini pada umumnya berdasarkan pada pengakuan para pihak yang berwenang di kawasan perbatasan, oleh para saksi atau berdasarkan
petunjuk. Tempat pemukiman penduduk, golongan ras, perbedaan cara hidup, perbedaan bahasa, dan lain sebagainya dapat dijadikan dasar atau pedoman dalam
membedakan wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Kondisi alam wilayah membatasi manusia dalam menentukan permukimannya. Seiring dengan
perkembangan waktu, tanda-tanda alam tersebut dapat pula berkembang menjadi batas wilayah. Melalui proses kebiasaan yang berlangsung lama, perbatasan
sedemikian dapat tumbuh menjadi perbatasan tradisional. Perbatasan tradisional ini yang kemudian dipertegas dalam suatu perjanjian antar negara yang
berbatasan.
43
Ibid.Hal.77.
Penetapan batas antar negara yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis ini, pada kenyataannya lebih banyak mengalami kesulitan,
karena menyangkut juga faktor historis dan kultural, yang secara politis lebih rumit dari pada faktor teknis.
Berkaitan dengan penetapan dan penegasan batas wilayah,penamaan unsur geografis memegang peranan penting dalam membantu penentuan lokasi
perbatasan. Hasil inventarisasi dan penamaan unsur geografis yang dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan pemuka masyarakat inilah yang dijadikan
dasar hukum dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan aktivitas pemerintahan. Lokasi perbatasan yang memiliki kepastian hukum hanya dapat diwujudkan
dengan cara formal dalam deskripsi tertulis dan cara materiil diwujudkan dengan adanya tanda-tanda batas di lapangan.
2. Ketentuan Tertulis
Dalam studi Hubungan Internasional,perbatasan antar negara merupakan faktor yang mempengaruhi hubungan antar negara. Perjanjian perbatasan anatar
negara berbentuk treaty yang kemudian diratifikasi dengan undang-undang. Dalam perjanjian perbatasan antar negara seyogianya dilandasi oleh kepastian
negara yang berbatasan dalam penentuan, penetapan dan penegasan batas wilayah yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk perjanjian antar negara.
Kepastian dan ketegasan tersebut dimaksudkan agar tidak timbul berbagai tafsiran yang dapat mengurangi legalitas dari sebuah perjanjian perbatasan antar
negara. Hal ini disebabkan karena perumusan perjanjian perbatasan tidak dapat memuaskan baik para ahli hukum, penyelenggara pemerintahan maupun para ahli
pemetaan. Perubahan-perubahan kedudukan perbatasan antar negara yang telah ditetapkan di dalam suatu perjanjian merupakan bukti adanya ketidakpuasan dari
negara yang saling berbatasan. Dalam penyusunan dan penetapan perjanjian perbatasan antar negara, peta
memegang peranan yang sangat penting, yaitu sebagai alat bantu untuk menemukan dan menentukan lokasi distribusi spasial dari kawasan perbatasan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam setiap perjanjian perbatasan biasanya dilengkapi dengan peta sebagai lampiran yang berfungsi untuk mempermudah
dan memperjelas letak dan lokasi dari masing-masing titik batas maupun area perbatasan yang telah disepakati oleh negara yang berbatasan.
B. Prinsip dan Konsepsi Hukum Internasional dalam Penetapan Batas