BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hukum internasional, penyelesaian sengketa secara damai
diatur didalam Pasal 2 ayat 3 Piagam PBB dan dijelaskan selanjutnya dalam Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB mengenai cara penyelesaian sengketa
secara damai. Dan penyelesaian hukum diatur di dalam Pasal 36 ayat 2 Piagam PBB. Di dalam pasal-pasal tersebut mengandung prinsip dimana
masyarakat internasional untuk melakukan penyelesaian sengketa secara damai dalam mewujudkan perdamaian internasional dan keamanan serta
keadilan. Mengenai penyelesaian sengketa laut internasional, diatur di dalam Pasal 287 ayat 1 UNCLOS 1982, tiap negara yang bersengketa
diperbolehkan untuk memilih cara penyelesaian sengketa yang ditetapkan di dalam Pasal 287 ayat 1 UNCLOS 1982 ini dan tidak ada paksaan.
Selain dari Pasal 287 ayat 1 mekanisme penyelesaian sengketa laut internasional lebih rinci diatur di dalam ANNEX V mengenai konsiliasi,
ANNEX VI mengenai mahkamah laut internasional ITLOS, ANNEX VII mengenai arbitrase, ANNEX VIII mengenai arbitrase khusus, dan ANNEX
IX mengenai partisipasi oleh organisasi internasional. Penyelesaian
sengketa tidak boleh dibiarkan berlarut terlalu lama, untuk hal itu harus segera diputuskan oleh negara-negara yang bersengketa untuk memilih cara
penyelesaiannya. 2.
Penyelesaian sengketa dalam Resolution of Bangladesh-India Maritime Boundary pertama kali dilakukan melalui penyelesaian sengketa secara
damai yakni jalur diplomatik negosiasi. Namun, proses penyelesaian sengketa melalui proses negosiasi ini tidak berjalan lancar dan masalah
Bangladesh-India mengenai delimitasi batas maritime di Teluk Benggala ini tidak dapat terselesaikan dalam kurun waktu tiga dekade lamanya.
Kemudian pada tahun 2009, Bangladesh mengambil suatu kebijakan dengan memilih PCA Permanent Court of Arbitration sebagai pilihan
untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Hasil keputusan PCA dikeluarkan pada tanggal 7 Juli 2014 dimana keputusan ini diterima oleh kedua belah
pihak yang bersengketa karena dirasa dapat memenuhi rasa adil dan kepentingan kedua belah pihak.
3. Penyelesaian sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary melalui PCA
Permanent Court of Arbitration merupakan suatu pilihan yang lebih efektif dalam menyelesaikan suatu sengketa internasional, khususnya
dalam menyelesaikan sengketa laut karena waktu yang dibutuhkan lebih singkat. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan sengketa Bangladesh-
Myanmar dengan Bangladesh-India. Dan dari segi biaya dalam penyelesaiannya biaya penyelesaian sengketa ditanggung oleh pihak yang
bersengketa dan ini diatur dalam Pasal 85 Konvensi Den Haag tahun 1907.
Putusan PCA bersifat final dan mengikat. Oleh karena itu penyelesaian sengketa Bangladesh-India Maritime Boundary melalui PCA dapat
dijadikan role model dalam penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan.
B. Saran