Tinjauan Kepustakaan Resolution Of Bangladesh-India Maritime Boundary Dalam Model Penyelesaian Sengketa Terhadap Laut Cina Selatan

skripsi ini merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada hal itu adalah diluar sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Resolusi menurut Black’s Law Dictionary “a formal expression of the opinion or will of an official body or a public assembly, adopted by vote; as a legislative resolution” 20 Istilah “resolusi”sebagaimana yang digunakan oleh PBB memiliki arti yang luas, yakni tidak hanya mencakup akan suatu rekomendasi melainkan juga Hal ini bererti bahwa suatu resolusi merupakan suatu bentuk pernyataan yang resmi mengenai suatu pendapat atau kehendak dari suatu badan yang resmi atau suatu majelis yang bersifat umum serta disahkan melalui pemungutansuara serta dinyatakan bahwa suatu resolusi merupakan sebagai suatu bentuk penyelesaian legislatif. 20 Bryan A Garner, Black’s Law Dictionary. Hal 457. keputusan. 21 Pada umumnya resolusi merupakan suatu pernyataan tercatat yang berisi kesepakatan oleh negara-negara anggota. 22 Kesepakatan–kesepakatan antar negara tersebut mereka tuangkan dalam bentuk suatu perjanjian yang mengikat antar negara tersebut. Keputusan-keputusan atau resolusi yang dilahirkan suatu organisasi internasional ada yang mengikat pada ruang lingkup intern organisasinya saja. Namun ada juga organisasi internasional yang mana keputusan yang dikeluarkannya tidak hanya berlaku dan mengikat bagi negara-negara non anggota. Oleh karena itu pengaruh dan ruang lingkup berlakunya keputusan- keputusan tersebut sangat besar dan luas. Hal ini dapat dilihat pada keputusan- keputusan yang dikeluarkan oleh Majelis Umum ataupun Dewan Keamanan PBB dimana ruang lingkup resolusi yang dikeluarkannya juga berlaku bagi negara non anggota PBB. 23 Dalam praktiknya, adapun fungsi-fungsi suatu resolusi yang dikeluarkan oleh suatu organisasi internasional adalah : 24 1. Menciptakan kewajiban, hak dan atau kekuatan maupun wewenang fungsi subtantif 2. Menentukan fakta atau keadaan hukum yang dapat menentukan fungsi subtantif tersebut. 3. Menentukan bagaimana dan kapan suatu fungsi subtantif tersebut dapat berlaku. 21 Marco Divac Oberg,The Legal Effect of Resolution of The UN Security Council and General Assembly in The Jurisprudence of The ICJ,16 Eur.J.Int’l.L.2006. Hal. 879. 22 Richard K.Gardiner,International Law, Person Education Limited,England, 2003. Hal. 254 23 Ibid 24 Marko Divac Oberg,Op.Cit, Hal .881. Maritime Boundaries atau disebut juga dengan batas maritim. Batas Maritim didefinisikan dengan segmen garis batas yang menghubungkan titik-titik batas yang telah disepakati. Dalam batas maritim dikenal ada dua pengertian dasar yang penting yaitu limit batas maritim maritime limits dan batas maritim maritime boundaries. 25 Limit batas maritim adalah batas terluar zona maritim sebuah negara laut teritorial, zona tambahan, ZEE, landas kontinen yang lebarnya diukur dari garis pangkal. Pada dasarnya limit batas maritim ini ditentukan secara unilateral sepihak, jika tidak ada tumpang tindih dengan negara lain. Penentuan limit batas maritim dilakukan oleh suatu negara yang letaknya di tengah samudera dan jauh sekali dari negara-negara lain, maka negara tersebut bisa menentukan batas terluar zona maritimnya secara sepihak tanpa harus berurusan dengan negara tetangga, batas terluar ini disebut dengan limit batas maritim maritime limits. 26 Meski demikian jarang ada satu negara yang bisa menentukan batas zona maritim tanpa berurusan dengan negara lain. Misalnya di Selat Malaka, Indonesia tidak mungkin mengklaim 200 mil ZEE karena jaraknya dengan Malaysia dekat, sementara itu, Malaysia juga berhak atas ZEE. Disinilah diperlukan usaha membagi laut, prosesnya disebut maritime delimination. Proses martime delimination ini akan menghasilkan maritime boundaries batas maritim. 27 Sengketa dispute menurut Merrils adalah ketidaksepahaman mengenai sesuatu. Adapun John CollierVaughan Lowe membedakan antara sengketa 25 M.George Cole, Water Boundaries, Manchester University Press.1997. 26 Ibid 27 Ibid dispute dengan konflik conflict. Sengketa dispute adalah : “a specific disagreement concerning a matter of fact, law or policy in which a claim or assertion of one party is met with refusal,counter claim or denial by another.” 28 Sedangkan konflik adalah istilah umum atau genus dari pertikaian hostility antara pihak-pihak yang sering kali tidak fokus. 29 Sengketa internasional adalah sengketa yang bukan secara eksklusif merupakan urusan dalam negeri suatu negara. Sengketa internasional juga tidak hanya eksklusif menyangkut hubungan antar negara saja mengingat subjek-subjek hukum internasional saat ini sudah mengalami perluasan sedemikian rupa melibatkan banyak aktor non negara. Terkait dengan sengketa internasional sangat menarik kiranya apa yang dikemukakan oleh John Collier bahwa fungsi hukum penyelesaian sengketa internasional manakala terjadi sengketa internasional adalah to manage, rather than to supress or to resolve a dispute. 30 Pasal 36 ayat 2 Statuta Mahkamah menegaskan bahwa sengketa hukum yang dapat dibawa ke Mahkamah menyangkut hal-hal sebagai berikut : 31 1. Interpretation of a treaty. 2. Any question of international law 3. The existence of any fact which, if established, would constitute a breach of an international obligation 28 John Collier Vaughan Lowe, The Settlement of Disputes in International Law,Oxford University Press.1999. 29 Sefriani,S.H.,M.Hum.,Hukum Internasional Suatu Pengantar, Rajawali Press.2010.Hal 322. 30 Ibid 31 Ibid 4. The nature or extent of the reparation to be made for the breach of an international obligation Pasal 2 ayat 4 Piagam PBB, melarang negara anggota menggunakan kekerasan dalam hubungannya satu sama lain. 32 Hal ini juga ditegaskan oleh Pasal 33 Piagam PBB yang meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa mereka sambil menyebutkan bermacam-macam prosedur yang dapat dipilih oleh negara yang bersengketa. 33 Karena kebebasan ini, negara-negara pada umumnya memberikan prioritas pada prosedur penyelesaian secara politik,ketimbang penyelesaian melalui arbitrase atau secara yuridiksional karena penyelesaian secara politik akan lebih melindungi kedaulatan mereka. Bila terjadi ketegangan internasional yang bersumber pada suatu sengketa maka negara-negara berpendapat akan lebih baik bila sengketa tersebut dapat terlebih dahulu diselesaikan secara politik mengingat sistem penyelesaian melalui cara tersebut lebih luwes, tidak mengikat dan mengutamakan kedaulatan masing-masing pihak. Kalau tidak berhasil maka baru diambil prosedur penyelesaian secara hukum,sekiranya sengeketa tersebut memiliki aspek hukumnya pula. 34 Secara garis besar penyelesaian sengketa dalam hukum internasional sebagai berikut : 35 1. Secara damai : a. Jalur politik : 32 DR.Boer Mauna,Hukum Internasional Pengertian,Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global,edisi ke-2 , P.T.Alumni,Bandung,2005.Hal 193. 33 Ibid 34 Ibid 35 Sefriani,S.H.,M.Hum.,Op.cit. Hal 325. 1 Negosiasi 2 Mediasi 3 Jasa baik good offices 4 Inquiry b. Jalur hukum : 1 Arbitrase 2 Pengadilan internasional 2. Secara kekerasan : a. Perang b. Non perang: pemutusan hubungan diplomatik, retorsi, blokade, embargo, reprisal.

F. Metode Penulisan