Rantai makanan Detritus Ekosistem Mangrove

Dengan dekomposisi, komponen serasah yang berukuran besar ini kemudian dipecah menjadi molekul-molekul organik. Molekul-molekul ini antara lain seperti polisakarida, asam organik, lignin, senyawa aromatik dan hidrokarbon alifatik, gula, alkohol, purin, asam amino, lipid protein dan asam nukleat yang merupakan ciri dari kehidupan Landecker 1996. Keefektifan bakteri, fungi dan hewan tanah lainnya dalam proses dekomposisi ditentukan dari cepat atau lambatnya penyusutan bobot serasah yang telah terdekomposisi. Air dan CO2 merupakan senyawa sederhana yang mudah dihasilkan melalui dekomposisi. Proses dekomposisi serasah mangrove menghasilkan unsur hara yang diserap kembali oleh tumbuhan dan sebagian larut terbawa oleh air surut ke perairan sekitarnya. Penguraian serasah mangrove dalam perairan pantai menghasilkan unsur hara seperti nitrogen organik dan senyawa fosfat. Di Victoria, Australia materi yang berasal dari mangrove api-api A. marina ternyata sangat kaya unsur hara tersebut, terutama senyawa fosfat. Peranan mangrove begitu aktif dan penting dalam proses daur unsur hara.

2.2.5 Rantai makanan Detritus

Hasil dekomposisi mangrove menghasilkan detritus, yang didefinisikan sebagai bahan organik yang masih dalam proses dekomposisi yang kaya akan energi karena mengandung populasi mikroba yang besar Odum dan Heald 1975; Bano et al. 1997. Selain bakteri dan jamur, organisme lain juga berkontribusi untuk pembentukan detritus DCroz et al. 1989. Penulis menyimpulkan bahwa, detritus adalah semua sisa-sisa materi partikel bahan organik yang dihuni oleh organisme dekomposer seperti jamur, bakteri, protozoa dan mikroalga. Aktivitas jamur yang mengurai serasah bakau mengluarkan pektinase, protease, dan amilase untuk menurunkan senyawa lignoselulosa Findlay et al. 1986.. Detritus berfungsi sebagai sumber nutrisi dan merupakan dasar dari jaring makanan yang luas untuk organisme perairan yang memiliki nilai komersil. Melimpahnya material tanaman yang dihasilkan oleh mangrove adalah merupakan sumber makanan untuk organisme estuari. Namun demikian, umumnya biota tersebut tidak secara langsung memanfaatkan tetapi dimanfaatkan dalam bentuk detritus. Detritus mangrove menunjang populasi ikan setelah terbawa arus sepanjang pantai. Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang terjadi adalah rantai makanan detritus. Rantai makanan detritus detritus food chain berawal dari proses dekomposisi luruhan daun dan ranting mangrove bahan organik yang telah mati yang dipecah oleh mikroorganisme bakteri dan fungi menghasilkan detritus. Detritus kemudian dimakan oleh hewan pemakan detritus, kemudian dimakan predatornya. Rantai makanan detritus adalah rantai memakan selalu lebih pendek dari rantai makanan penggembalaan secara umum. Dalam beberapa perkiraan, sebanyak 10 kali lebih banyak energi mengalir melalui rantai makanan detritus sebagai rantai makanan merumput. Rantai detritus, kurang energi yang hilang secara signifikan pada setiap tingkat piramida pada setiap transfer energi dari mangsa konsumen. Selama proses dekomposisi, serasah mangrove berangsur-angsur meningkat kadar proteinnya dan berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai organisme pemakan deposit seperti moluska, kepiting dang cacing polychaeta. Sumber utama detritus diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian mengalami penguraian dan berubah menjadi partikel kecil yang dilakukan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dan menghasilkan detritus. Hancuran bahan organik detritus ini menjadi bahan makanan penting nutrien bagi cacing, crustaceae, moluska dan hewan lainnya. Bengen 2002 mengemukakan bahwa sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi dan selanjutnya mengalami mineralisasi menjadi nutrien terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, algae ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses fotosintesis, sebagian lagi sebagai partikel serasah detritus dimanfaatkan oleh ikan sebagai makanannya. Bakteri dan fungi yang berperan dalam proses dekomposisi serasah mangrove akan melepas zat hara nutrien anorganik terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, algae, ataupun tumbuhan mangrove sendiri dalam proses fotosintesis; sebagian lagi sebagai partikel serasah detritus dimanfaatkan oleh ikan, udang, dan kepiting sebagai makanannya. Proses makan memakan dalam berbagai kategori dan tingkatan biota membentuk suatu jalarantai makanan Bengen dan Dutton 2004. Hamid 2006 mengemukakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara gugur serasah yang dihasilkan maupun pengaruh musim dengan hasil ikan. Hasil analisis menunjukkan adanya interaksi antar faktor musim dan faktor lokasi, yaitu musim timur mempunyai jumlah individu dan biomassa ikan lebih banyak dibanding dengan yang lainnya. Kontribusi antara satu subsistem terhadap subsistem lainnya dalam rantai makanan menghasilkan pola aliran energi yang membentuk hubungan matematis antara satu subsistem dan subsistem lainnya. Hubungan-hubungan inilah yang menjadi dasar terbentuknya model aliran energi pada ekosistem mangrove. Beberapa jenis ikan, udang dan hewan air lain dimanfaatkan oleh hewan terestrial yang bermukim di atas daratan dan udara seperti burung, reptil dan lain lain. Sebagai dasar sumber makanan adalah daun bakau yang jatuh dilepaskan dari pohon ditambah dengan kulit pohon yang terkelupas, bagian akar, ranting yang patah, guano dari burung yang datang, dan sisa-sisa bahan organik dari hewan yang mati dan material yang terperangkap. Detritus menjadi sumber makanan bagi hewan yang hidup di sekitar kawasan perairan hutan bakau dan juga kadar nitrogen yang dilepas dari pada penguraian sarasah akan diambil kembali oleh pohon bakau dan sebahagian lagi digunakan oleh mikro organisma Sabri 1997 dan Mulyadi 1998. Semua ini diurai oleh bakteri dan jamur menjadi detritus yang dapat dimakan oleh hewan laut kecil, yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat bakau.

2.2.6 Komunitas Iktiofauna di Ekosistem Mangrove