Laju dekomposisi serasah dinyatakan sebagai kehilangan bobot serasah selama masa dekomposisi dan dihitung dengan rumus Anderson dan Ingram 1993
dengan persamaan berikut : Wty = W to
–Wtx .. . . . . . . . . . . . . ………………………15 Dimana
Wty
=
bobot serasah yang hilang setelah waktu pengamatan gram Wto
=
merupakan bobot serasah awal sebelum dekomposisi 10 gram Wtx
=
bobot serasah yang tinggal dari lamanya waktu pengamatan gram.
3.11.5 Analisis Kelimpahan Fitoplankton
Cacahan fitoplankton dilakukan melalui fraksi sebuah Sedwick-Rafter Counting Cell dan dinyatakan dalam sel.l
-1
. Fitoplankton diamati di bawah mikroskop, kemudian dapat ditentukan jenis-jenis yang ditemukan dengan
menggunakan bantuan buku identifikasi Wickstead 1965. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan rumus APHA 1980.
Vc x
Vs Va
x ns
N ……………………………………………………16
Dimana : N
= Kelimpahan fitoplankton sel.l
-1
ns =
Jumlah fitoplankton pada Sedwick Rafter Counting Cell. selindividu
Va =
Volume air terkonsentrasi dalam botol contoh ml Vs
= Volume dalam Sedgewick-Rafter Counting ml
Vc =
Volume air yang tersaring oleh jaring plankton l
3.11.5 Analisis Proksimat
Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Analisis
Proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat
menggolongkan komponen yang ada pada bahan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya SNI 01-2891 1992, diacu dalam Musfiroh et al. 2007.
Nilai dari komponen tersebut, selanjutnya dikalikan dengan equivalensi energinya yaitu menggunakan sistem Atwater, untuk protein sebesar 5.65 kcalgram,
karbohidrat 4.2 kcalgram, dan lemak sebesar 9.4 kcalgram Sediatama 1987.
Kadar Lemak Total
Pengukuran kadar lemak total dilakukan dengan metode Soxhétasi. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram lalu dimasukkan ke dalam kertas saring yang
dialasi kapas. Kertas saring yang berisi sampel disumbat dengan kapas, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 80 °C selama kurang lebih 1 jam dan
dimasukkan ke dalam alat Sokhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Setelah itu,
diekstrak dengan pelarut petroleum eter selama lebih kurang 6 jam. Petroleum eter disulingkan dan ekstrak lemak, selanjutnya dikeringkan dalám
oven pada suhu 105 °C. Setelah didinginkan kemudian ditimbang untuk mengetahui bobotnya. Perhitungan kadar lemak dilakukan dengan membandingkan
berat lemak dan berat sampel dikali 100.
Kadar Protein Total Kjeldahl
Pengukuran kadar abu total dilakukan dengan metode Kjehdahl. Sampel yang telah dihaluskan ditimbang 200-500 mg lalu dimasukkan ke dalam labu
Kjeldahl. Ditambahkan 10 ml asam sulfat pekat padat dan 5 gram katalis campuran K
2
SO
4
dan CuSO
4
.5H
2
0 8 : 1 lalu dilakukan destruksi dalam lemari asam hingga cairan berwarna hijau jernih. Setelah dingin larutan tersebut
diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml dalam labu ukur. Larutan tersebut dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam alat distilasi Kjeldahl lalu ditambah 10 mL
NaOH 30 yang telah dibakukan oleh larutan asam oksalat. Distilasi dijalankan selama kira-kira 20 menit dan distilatnya ditampung
dalam erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan HC1 0,1 N yang telah dibakukan oleh boraks ujung kondensor harus tercelup ke dalam larutan HC1. Kelebihan HC1
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator campuran bromkresol hijau dan metil merah.