Analisis karakteristik lingkungan perairan Analisis sebaran produksi detritus

Gambar 9 Alur penelitian dari masalah hingga luaran yang diharapkan. Mangrove Kerapatan Dominansi jenis Indeks Nilai Penting Dekomposisi serasah Struktur vegetasi MASALAH LUARAN PARAMETER ASPEK KAJIAN PENDEKATAN MASALAH Lingk. Perairan Fisika, kimia dan biologi TSS, Suhu, pH , Salinitas BO, DO, Fosfat, Nitrat Fitoplankton kontribusi mangrove sebagai pemasok makanan ikan belanak Informasi kontribusi mangrove sebagai pemasok makanan ikan belanak Liza subviridis Produksi detritus Detritus non detritus Indeks Somatic Content GSI dan HSI Makanan Kuantitas Kualitas Pertumbuhan Faktor kondisi Ikan belanak Komposisi Makanan 4 HASIL 4.1 Pengukuran dan analisis vegetasi mangrove 4.1.1 Struktur Vegetasi Hasil pengukuran kerapatan vegetasi mangrove memperlihatkan adanya perbedaan komposisi dan kerapatan jenis mangrove serta Indeks Nilai Penting INP, baik di Muara Landipo maupun di Tanjung Tiram Tabel 3. Indeks Nilai Penting jenis vegetasi di setiap stasiun pengamatan, disajikan pada Lampiran 1. Tabel 3 Kerapatan jenis, INP dan produksi serasah mangrove di lokasi penelitian Jenis Muara Landipo Tanjung Tiram Kerapatan Individuha INP Kerapatan Individuha INP Rhizophora apiculata 1 790 241 530 60.2 Avicenia marina 244 17 - - Sonneratia alba - - 1 220 172.1 Bruguiera gymnorhiza 530 25 550 67.7 Lumnitzera recemosa 240 17 - - Total 2 804 300 2 300 300 Produksi serasah gram m 2 bulan 55.76 36.68 Jenis Rhizophora apiculata dalam komunitas mangrove di Muara Landipo memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi dari jenis lainnya, sedangkan pada daerah Tanjung Tiram di dominasi jenis Sonneratia alba. Kedudukan kedua jenis tersebut tergambarkan pada Indeks Nilai Pentingnya dalam komunitas mangrove di lokasi tersebut. Kerapatan vegetasi yang tinggi di Muara Landipo, berkontribusi besar terhadap produksi serasah. Kondisi dan jenis mangrove yang dominan di lokasi penelitian Muara Landipo dan Tanjung Tiram, disajikan pada Lampiran 2 dan 3. Produksi serasah setiap bulan pengamatan di Muara Landipo dan Tanjung Tiram, disajikan pada Lampiran 4.

4.1.2 Laju Dekomposisi Serasah

Laj u dekomposisi serasah Rhizophora api culat a di Muara Landipo, l ebih cepat dari serasah mangrove j enis Sonnerati a alba di Tanjung Ti ram seperti yang disajikan pada Gam bar 10. Data laju dekomposisi jenis m angrove disaji kan pada Lampi ran 5.

4.2 Produksi Detritus, Nutrien dan Fitoplankton

Rhizophora apiculata memiliki INP tertinggi di Muara Landipo, menghasilkan detritus sebanyak 53 kghabulan. Sonneratia alba dengan INP tertinggi di lokasi Tanjung Tiram, menghasilkan detritus sebanyak 35 kghabulan. Produksi detritus kedua jenis bakau tersebut berdampak pada kandungan nutrien dan kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut, seperti disajikan pada Gambar 11 dan 12. Pertumbuhan fitoplankton akan terjadi ketika konsentrasi fosfat dan nitrat tinggi. Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi yang paling penting adalah nitrat dan fosfat Nybakken 1992. Gambar 10 Dekomposisi serasah mangrove di lokasi penelitian.