Habitat dan daerah sebaran Ontogenetik makanan ikan belanak

2.1.1 Habitat dan daerah sebaran

Ikan Belanak adalah jenis ikan yang hidup di perairan pantai, sering kali masuk di perairan laguna, muara-muara dan air tawar. Sifatnya yang selalu hidup bergerombol di perairan pantai yang dangkal untuk mencari makan. Makanannya berupa mikro alga, zooplankton dan material detritus. Ikan belanak juga memakan pasir dan lumpur. Djajadiredja dan Purnomo 1974, diacu dalam Effendie 1984 mengemukakan bahwa jenis mugilidae yang dominan dijumpai di perairan Indonesia adalah L. subviridis. Ikan belanak jenis ini juga banyak dijumpai di perairan Thailan, Filipina dan Malaysia Chan 1976. Ikan belanak dewasa dan muda panjang dari 4 cm-7 cm memiliki toleransi pada kadar garam cukup lebarluas 0 ppt -35 ppt. Setelah besar akan membentuk gerombolkelompok besar pada daerah permukaan pantai berlumpur, berpasir dan perairan yang berhutan mangrove. Ikan belanak dalam kelompok yang besar akan beruaya ke lepas pantai untuk bertelur. Larvanya akan bergerak ke perairan pantai dangkal dan bervegetasi yang kaya akan makanan serta menghindari predator. Ikan belanak seringkali melompat ke permukaan air diduga karena menghindar dari pemangsa, namun kemungkinan lainnya adalah karena ikan ini waktunya lebih banyak dihabiskan pada daerah dengan kelarutan oksigen yang rendah. Ikan belanak tersebar di perairan tropik dan subtropik FAO 1974, diacu dalam Adrim et al. 1988, ditemukan di air payau dan kadang-kadang di air tawar. Tersebar di Indo-Pasifik dari Laut Merah sampai Samoa, ke utara menuju Jepang. Di kawasan Pasifik ikan belanak ditemukan di Fiji, Samoa, New Caledonia dan Australia. Di Asia, banyak ditemukan di Indonesia, India, Philipina, Thailan, Malaysia dan Srilangka.

2.1.2 Ontogenetik makanan ikan belanak

Pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai habitat oleh ikan belanak sangat erat kaitanya dengan upaya untuk mencari kondisi terbaik bagi kelangsungan hidupnya. Pada dasarnya pemanfaaan ekosistem mangrove sebagai habitat oleh ikan belanak biasanya disesuaikan dengan orientasi untuk mencari makan, berpijah atau untuk berlindung dari predator. Namun demikian, ikan belanak memanfaatkan habitat mangrove sesuai dengan tahap perkembangannya. Dapat dikatakan bahwa keterkaitan antara perkembangan ontogenetik ikan belanak dengan pemanfaatan ekositem mangrove sebagai habitatnya sangat erat. Dalam pola pemanfaatan habitat, ikan yang berukuran kecil akan membutuhkan kondisi yag lebih spesifik bila dibandingkan dengan ikan yang sudah besar Reichard et al. 2002. Misalnya ikan belanak yang berada pada stadia larva maka kehadirannya di ekoistem mangrove lebih ditujukan untuk mendapatkan perlindungan dan kecocokan makanan sesuai dengan bukaan mulutnya. Sementara pada ikan dewasa penempatan habitat lebih ditujukan untuk mencari makan, sehingga ekosistem mangrove yang dipilih merupakan habitat dengan ketersediaan makanan yang melimpah. Diketahui ikan belanak adalah suatu jenis ikan yang hidup di perairan pantai, sering masuk di perairan muara dan air tawar. Dalam siklus hidup ikan belanak berbagai variasi strategi telah dikembangkan dan seringkali menunjukkan fleksibilitas fenotipik dalam merespon pola dan proses faktor - faktor abiotik dan biotik. Strategi yang digunakan menggambarkan pola perpindahan ikan belanak berdasarkan ruang dan waktu misalnya migrasi pemijahan dari daerah laut lepas menuju habitat pengasuhan di daerah pantai. Ikan belanak saat juvenil kebiasaan makanannya berbeda dengan ikan belanak yang dewasa. Perubahan ontogenetik dalam variasi makanan yang terjadi berhubungan dengan habitatnya di estuari, saat juvenil ke remaja atau dewasa meninggalkan daerah estuari yang berhubungan dengan perubahan morfologi rahang atau gigi atau ukuran. Ikan pemakan makro dan mikrobentik dan detritus seperti ikan belanak, akan mengalami perubahan pada jenis makanannya selama proses pertumbuhan, hal ini disebabkan : 1 perubahan ukuran mulut, ukuran bukaan mulut akan berubah sejalan dengan perubahan ukuran ikan, dengan demikian ukuran yang dapat dimakan ditentukan oleh ukuran bukaan mulut, 2 selera serta kebutuhan ikan, dan 3 kemampuan dalam mencerna suatu material makanan. Bertambahnya umur ikan serta makin sempurnanya organ-organ tubuh maka ikan akan merubah makanannya sesuai dengan kebutuhan, yang berarti bahwa kebiasaan makanan ikan akan mengalami perubahan komposisi sesuai dengan tingkat pertumbuhannya atau kelompok ukuran, dan 4 ketersediaan makanan di dalam perairan, ditentukan oleh kehadiran dan kelimpahan relatif dari tipe makanan tertentu. Blaber 1997 mengemukakan bahwa juvenil ikan belanak mengalami perubahan ontogenetik antara ukuran 10 dan 50 mm dan setelah dewasa makanannya tidak lagi mengalami perubahan. Di estuari makanannya mengalami perubahan; ukuran 10-15 mm dari pemakan zooplankton menjadi pemakan bentik zooplankton, ukuran 10-20 mm pemakan meiobentos, ukuran 15-25 mm pemakan meiobentos pada partikel pasir dan mikrobentik. Setelah berukuran 40 mm, makanannya tidak lagi mengalami perubahan yaitu hanya mengkonsumsi mikrobentik namun pada saat matang gonad pada ukuran 23 cm makanannya didominasi oleh detritus. Ikan belanak sebagai pemakan detritus dari tanaman, cara mengambil makanannya sangat khas. Ikan belanak yang berukuran sampai 30 mm sebagai pemakan larva nyamuk, copepoda dan zooplankton. Effendie 1997 mengemukakan bahwa ikan belanak pada ukuran dewasa mengambil makanannya atau memilih makanannya dengan tiga cara yaitu: 1. Menghisap lapisan atas permukaan air dengan menonjolkan mulutnya untuk memakan mikro alga, 2. Sambil berenang melakukan penghisapan bagian atas permukaan lumpur, dan 3. Untuk makan butiran pasir, ikan menukikan tubuh dan kepalanya membentuk sudut 15 –20 derajat sambil menonjolkan premaxilla. Spesialisasi kebiasaan makanan ikan tidak terlepas dari kualitas dan kuantitas makanan yang akan dimakan serta bagaimana cara pengambilan makanan tersebut di dalam perairan. Hal tersebut disebabkan kebiasaan atau kesukaan ikan terhadap macam-macam makanan yang ada di perairan berhubungan dengan morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat pencernaan makanan suatu jenis ikan yang merupakan faktor pembatas dari kebiasaan makan yang timbul selama masa pertumbuhan ikan. Proses pencernaan di lambung dilakukan pada ikan ada yang kimiawi dan ada pula pencernaan secara mekanik juga dilakukan di lambung. Pada ikan hebivora contohnya ikan ini menggerus makanan pada lambung, lambung tersebut sering disebut gizzard atau lambung khusus Fujaya 2004. Ikan belanak sebagai pemakan detritus yang banyak berasal dari serasah mangrove yang memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan sulit dicerna. Pada ikan belanak bagian pylorus dan lambung membesar menggelembung dan menebal akibat terjadi penebalan otot melingkarnya dan pada bagian epitelumnya sering terdapat lapisan yang mengeras seperti zat tanduk. Untuk memudahkan pencernaan, lambung ikan belanak bermodifikasi menjadi alat penggiling, yang disebut gizzard. G izzard yang dindingnya tebal dan berotot berfungsi untuk menggerus makanan. Dalam proses penggiligan makanan dalam gizz ard menggunakan pasir. Pasir dalam lambung bertindak sebagai “gigi” untuk memotong dan menggiling makanan dengan demikian sangat membantu pencernaan. Affandi et al. 2009 mengemukakan bahwa pada bagian gizzard tidak terdapat kelenjar macam apapun, sehingga gizzard benar benar berfungsi untuk menggerus makanan pencernaan secara fisik. Gizzard merupakan kompensasi ketidaksempurnaan atau ketidak beradaan gigi pada rongga mulut. Gizzard ini dianggap sebagai lambung khusus pada golongan ikan mikrofagus makanannya berukuran kecil.

2.2 Ekosistem Mangrove