Jaringan sistem akar memberikan banyak nutrien bagi larva dan juvenil ikan, juga menghidupkan komunitas invertebrata laut dan algae. Sebagai
gambaran tentang tingginya produktivitas habitat pantai berbakau ini, dikatakan bahwa satu sendok teh lumpur dari daerah bakau di pantai utara Queensland
Australia mengandung lebih dari 10 milyar bakteri, suatu densitas bakteri tertinggi di dunia.
Peran terpenting dari pohon mangrove adalah serasah daun yang jatuh ke dalam air. Serasah ini merupakan sumber bahan organik yang penting dalam
rantai makanan yang bisa mencapai 7 – 8 ton hatahun. Sumber kesuburan
di sekitar hutan mangrove tergantung pada serasahnya. Mangrove mempunyai nilai produksi bersih NPB, yakni biomassa 62.9
– 398.8 tonha, guguran serasah 5.8
– 25.8 tonhatahun, pada hutan tanaman mangrove umur 20 tahun. Besarnya nilai produksi primer pada hutan mangrove cukup berarti bagi
penggerak rantai pangan kehidupan jenis organisme akuatik di pesisir. Dalam satu kilometer bujur sangkar, hutan mangrove menyumbangkan kurang lebih
600 ton material tanaman setiap tahun ke dalam rantai makanan di perairan estuari.
Mengingat beberapa fungsi dan manfaat penting kawasan mengrove, perlu diterapkan serta digalakkan prinsip save it lindungi, study it pelajari, dan use it
manfaatkan. Untuk itu, diperlukan faktor-faktor pendukung agar pemanfaatan kawasan mangrove berjalan sesuai dengan tujuan pengelolaan mangrove yang lestari.
2.2.3 Produktivitas dan Serasah Mangrove
Supriharyono 2000 mengemukakan bahwa ada 7 tujuh faktor penting yang menentukan produktifitas tumbuhan mangrove, yang selanjutnya dibagi atas
dua kelompok utama, yakni: A. Fluktuasi pasang, terdiri dari empat faktor:
1 Transpor oksigen sistem perakaran, 2 Air tanah dan jumlah pertukaran air yang digunakan untuk menghalau
zat racun sulfit, 3 Arus pasang surut dan pengaruhnya terhadap deposisi dan erosi substrat
dasar, dan 4 Fluktuasi air yang berkaitan dengan keberadaan unsur hara di daerah
hutan mangrove.
B. Kimia air, terdiri dari tiga faktor: 1 Kandungan garam salinitas pada substrat dasar dan kemampuan daun-
daun bertahan, 2 Kandungan unsur hara makro makro nutrien dalam tanah, dan
3 Jumlah aliran permukaan surface run-off yang membawa unsur hara makro dari tanah.
Eong et al. 1983, diacu dalam Hilmi 2003 mengemukakan bahwa produktivitas primer adalah produktivitas primer bersih ditambah respirasi.
Produktivitas primer perairan dinyatakan sebagai berat dari fiksasi karbonunit volume atau perunit luas permukaanwaktu. Pada produktivitas primer proses
fotosintesis merupakan suatu proses yang sangat efisien yang dapat mengabsorbsi energi sekitar 95 - 99 . Energi yang disimpan akan membentuk biomassa.
Sedangkan produktivitas primer bersih adalah nilai total energi yang disimpan perunit luas per waktu.
Komponen-komponen produksi primer bersih adalah keseluruhan dari organ utama tumbuhan meliputi daun, batang dan akar. Selain itu, tumbuhan epifit
seperti alga pada pneumatofor, dasar pohon dan permukaan tanah juga memberikan sumbangan kepada produksi primer bersih Nirwani 1999.
Clough 1986, diacu dalam Nirwani 1999 mengemukakan bahwa produksi primer bersih mangrove berupa materi yang tergabung dalam biomassa
tumbuhan yang selanjutnya akan lepas sebagai serasah atau dikonsumsi oleh organisme heterotrof atau dapat juga dinyatakan sebagai akumulasi materi
organik baru dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan dari respirasi yang biasanya dinyatakan dalam berat kering materi organik.
Sebagai produser primer, mangrove memberikan sumbangan berarti terhadap produktivitas pada ekosistem estuari dan perairan pantai melalui siklus
materi yang berdasarkan pada detritus atau serasah Head 1969, diacu dalam Nirwani 1999. Produktivitas merupakan faktor penting dari ekosistem mangrove
dan produksi daun mangrove sebagai serasah dapat digunakan untuk menggambarkan produktivitas Chapman 1976.
Serasah adalah bahan organik dari bagian pohon yang mati yang jatuh di lantai-hutan daun, ranting dan alat reproduksi. Produksi serasah adalah berat
dari seluruh bagian material yang mati yang diendapkan di permukaan tanah pada suatu waktu.
Brown 1984 mengemukakan bahwa serasah adalah guguran struktur vegetatif dan reproduktif yang disebabkan oleh faktor ketuaan, stress, faktor
mekanik misalnya angin, ataupun kombinasi dari keduanya dan kematian serta kerusakan dari keseluruhan tumbuhan oleh iklim hujan dan angin. Produksi
serasah diketahui dengan memperkirakan komponen-komponen dari produksi primer bersih yang dapat terakumulasi pada dasar hutan yang selanjutnya
mengalami remineralisasi melalui tahapan-tahapan dekomposisi. Daun-daun mangrove yang jatuh didefinisikan oleh Chapman 1976
sebagai bobot materi tumbuhan mati yang jatuh dalam satuan luas permukaan tanah dalam periode waktu tertentu. Produksi serasah dapat diketahui dengan
memperkirakan komponen-komponen dari produksi primer bersih yang dapat terakumulasi pada lantai hutan yang selanjutnya mengalami remineralisasi melalui
tahapan-tahapan dekomposisi yang selanjutnya menghasilkan energi potensial bagi kehidupan konsumer.
Serasah dari pohon mangrove merupakan sumber bahan organik yang penting. Melalui proses dekomposisi akan dirombak oleh mikroba menjadi energi
dan berbagai senyawa sederhana seperti karbon, nitrogen, fosfor, belerang, kalium dan lain lain Alrasjid 1988. Sebagian serasah terdekomposisi oleh bakteri dan
fungi menjadi zat hara nutrien terlarut yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, alga ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses
fotosintesis, sebagian lagi sebagai partikel serasah detritus dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting sebagai makanannya Bengen 2002.
Dari berbagai penelitian mengenai serasah nampaknya terdapat perbedaan mengenai hasil yang diperoleh di masing-masing tempat. Perbedaan ini disebabkan
faktor-faktor yang mempengaruhi gugur mangrove di setiap tempat tidaklah sama. Cracc 1964 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gugur
mangrove adalah sebagai berikut: 1 Iklim, 2 Ketinggian tempat, 3 Kesuburan tanah, 4 Kelembaban tanah, 5 Kerapatan pohon dan bidang dasar, 6 Pengaruh
waktu musim, 7 Variasi tahunan, dan 8 Umur pohon.
Besarnya produktivitas serasah pada ekosistem mangrove dipengaruhi oleh 1 besarnya diameter pohon, 2 produksi daun-daun baru sebagai adaptasi dari
salinitas yang tinggi akibat fluktuasi pasang surut air laut, dan 3 keterbukaan dari pasang surut dimana makin terbuka makin optimal Kusmana et al. 2000.
Snedaker 1974, diacu dalam Nirwani 1999 mengemukakan bahwa produksi serasah daun untuk setiap kawasan mangrove adalah berbeda.
Perbedaan jumlah serasah ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas, kesuburan tanah, kelembaban
tanah, kerapatan, musim dan tegakan. Selain faktor-faktor tersebut ketipisan tajuk dan morfologi daun juga ikut mempengaruhi besar kecilnya serasah. Semakin tipis
penutupan tajuk semakin berkurang produksi serasah. Sebutan serasah biasanya digunakan untuk bahan dalam ekosistem daratan khususnya bahan yang berasal
dari tumbuhan tingkat tinggi, sedang detritus digunakan untuk bahan dalam ekosistem perairan Mason 1977.
Lear dan Turner 1977 mengemukakan bahwa bagian terbesar dari serasah merupakan bahan pokok tempat berkumpulnya bakteri dan fungi. Kemudian bahan-
bahan tersebut mangalami penguraian dan merupakan rantai makanan dari hewan- hewan laut. Bagian partikel daun yang kaya akan protein ini dirombak oleh bakteri
dan seterusnya dimakan oleh ikan-ikan kecil. Perombakan partikel daun ini akan berlanjut sampai menjadi partikel-partikel yang berukuran sangat kecil detritus dan
akhirnya dimakan oleh hewan-hewan pemakan detritus, seperti moluska dan krustasea kecil. Selama perombakan ini substansi organik terlarut yang berasal dari
serasah sebagian dilepas sebagai materi yang berguna bagi fitoplankton dan sebagian lagi diabsorbsi oleh partikel sedimen yang menyokong rantai makanan.
Sediadi dan Pamudji 1987 mengemukakan bahwa penimbunan serasah juga dipengaruhi oleh umur dan jenis tumbuhan mangrove. Mangrove dengan
tegakan tua akan menghasilkan jatuhan serasah lebih banyak, dan tegakan Rhizophora spp. menghasilkan serasah lebih banyak dibandingkan tegakan
Avicennia spp. Jumlah jatuhan serasah Rhizophora spp. meningkat secara nyata sesuai dengan pertambahan umur dan jumlah maksimumnya didapatkan pada
usia 10 tahun.
Pelepasan nutrisi selama dekomposisi serasah sangat penting dalam mempertahankan keberlangsungan siklus nutrisi di lingkungan alam. Dengan
terpeliharanya siklus nutrisi maka pertumbuhan makrofita dapat berlangsung secara lestari. Produksi hara dalam siklus ini tidak saja sebagai faktor penting
bagi produksi makrofita, akan tetapi juga untuk pertumbuhan plankton pada perairan pantai yang mempunyai hubungan dengan ekosistem mangrove.
Odum 1971 menggambarkan peranan serasah daun mangrove dalam rantai makanan di daerah Florida Selatan seperti disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Rantai pangan berdasarkan pada daun-daun mangrove yang jatuh ke dalam perairan muara di Florida Selatan Odum 1971.
Brown 1984 mengemukakan bahwa ada perbedaan antara serasah pada suatu waktu litter-layer dan serasah yang dihasilkan dalam jangka waktu
tertentu litter-fall yaitu : 1. Standing crop atau litter-layer serasah di lantai hutan merupakan serasah yang
ada pada suatu waktu pada wilayah tertentu dan dinyatakan dalam berat atau unit energi per area permukaan gramm
2
, kcalhatahun, dan 2. Produksi litter-fall merupakan tingkat gugurnya serasah dalan jangka waktu
tertentu gramm
2
hari, kcalhatahun.
Turnover rate rata-rata perputaran unsur hara dinyatakan sebagai tingkat total dari sejumlah zat yang dilepas atau yang dimasukkan dalam suatu bagian
untuk suatu periode misal, gramha. Konsep turnover rate berguna membandingkan tingkatnilai pertukaran diantara bagian yang berbeda dari suatu
ekosistem. Odum 1971 mendefinisikan Turnover rate sebagai rasio dari kandungan yang ada misal rasio produksi serasah terhadap standing crop atau
litter-layer. Serasah yang telah terurai merupakan sumber utama unsur karbon, nitrogen baik untuk ekosistem hutan itu sendiri maupun ekosistem sekitarnya.
2.2.4 Proses Dekomposisi Serasah