Produksi detritus berdasarkan karakteristik lingkungan perairan
Kelompok kedua terbentuk dari asosiasi variabel suhu, pH dan salinitas yang tinggi. Variavel variabel ini berasosiasi dengan stasiun TT
1
, TT
2
dan TT
3
yang terletak dosekitar perairan Tanjung Tiram. Stasiun stasiun tersebut di
dominasi oleh mangrove jenis Sonneratia alba. 5.7 Produksi Detritus di pesisir Utara Konawe Selatan
Di pesisir kabupaten Konawe Selatan, hutan mangrove seluas 15 963,65 hektar yang tersebar di 9 Kecamatan. Pesisir utara Konawe Selatan, ditumbuhi
hutan mangrove seluas 417 ha Lukman et al. 2006. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, untuk lokasi Muara Landipo dengan kerapatan
vegetasi 2 804 individuha, dimana 63.84 didominasi jenis Rhizophora apiculata, memproduksi detrirus sebanyak 53 kghabulan atau sama dengan 636
kghatahun. Tanjung Tiram dengan kerapatan vegetasi 2 300 individuha, jenis sonneratia alba memiliki dominansi tertinggi yaitu 40.72 menghasilkan
detritus sebanyak 35 kghabulan atau sama dengan 420 kghatahun. Bila produksi detritus yang dihasilkan di Muara Landipo dan Tanjung
Tiram dirata ratakan, maka detritus yang dapat dihasilkan di pesisir Utara Konawe Selatan sebanyak 44 kgbulanha atau sama dengan 528 kghatahun.
Hutan mangrove di pesisir Utara Konawe Selatan 417 ha Lukman et al. 2006, maka potensi detritus yang dapat dihasilkan di kawasan tersebut adalah sebanyak
18 348 tonbulan atau sama dengan 220 176 tontahun. Jumlah inilah yang menjadi sumber makanan potensial untuk ikan belanak Liza subviridis di
perairan pesisir Utara Konawe Selatan. Detritus sebagai sumber nutrisi yang berpotensi memperkaya pesisir utara Konawe Selatan serta mendukung
sumberdaya perikanan pantai, khususnya untuk ikan pemakan detritus. Dengan demikian, kehilangan hutan mangrove sebagi penghasil detritus
akan menyebabkan terputusnya awal rantai makanan yang berdampak pada penurunan populasi ikan. Diketahuinya kontribusi ekosistem mangrove sebagai
penyedia detritus sebagai makanan dan sumber energi, akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya arti ekosistem mangrove dalam menunjang perikanan
pantai di pesisir Utara Konawe Selatan.
5.8 Aspek Biologi dan Pertumbuhan Ikan Belanak 5.8.1 Indeks Isi Lambung
Nilai Indeks Isi Lambung menunjukkan tingkat keaktifan ikan dalam melakukan aktivitas mencari makan dan kondisi ketersediaan makanan yang ada
di habitatnya. Berdasarkan pengamatan terhadap Indeks Isi Lambung ikan belanak, Liza subviridis baik yang di Muara Landipo maupun Tanjung Tiram,
nilainya berfluktuasi setiap bulan pengamatan. Ikan belanak yang tertangkap di lokasi penelitian dan kondisi isi lambung saat pembedahan, disajikan pada
Lampiran 15 dan 16. Indeks Isi Lambung di Muara Landipo yaitu antara 4.27
– 8.99 dan Tanjung Tiram antara 3.89
– 6.57, dapat dikatakan bahwa tingkat keaktivan makan ikan belanak pada Muara Landipo erat kaitannya dengan ketersediaan
detritus sebagai sumber makanan ikan belanak. Hal lain adalah disebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan perairan. Krebs 1989 mengemukakan bahwa
keadaan umum fisika kimia perairan membatasi penyebaran jenis-jenis organisme, dan penyebaran dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan.
Jumlah dan kualitas makanan di daerah Muara Landipo yang tinggi diindikasikan dengan tingginya nilai ISC di daerah tersebut. Hal ini disebabkan
kerapatan mangrove yang lebih tinggi pada daerah Muara Landipo yaitu 2 804 individuha dengan jenis Rhizophora apiculata yang dominan, sedangkan Tanjung
Tiram, 2 300 individuha yang didominasi dengan jenis Sonneratia alba. Kerapatan vegetasi yang tinggi akan berdampak pada produksi detritus yang
dihasilkan. Kulitas makanan lebih baik pada Muara Landipo sangat didukung dengan kualitas air, khususnya nilai salinitas berkisar 23 - 29 ppt dan Tanjung
Tiram berkisar 30 -33 ppt. Nilai salinitas yang lebih kecil dari 30 ppt sangat mendukung aktivitas mikroba dekomposer dalam peoses dekomposisi, demikian
pula dengan jumlah dekomposernya akan jauh lebih banyak. Hal ini didukung oleh penelitian Nga et al. 2006 mengemukakan bahwa tingkat dekomposisi dan
pelepasan bahan organik lebih tinggi pada salinitas rendah 15-30 ppt dibandingkan dengan air tawar 0 ppt atau pada salinitas tinggi 30- 35 ppt.
Populasi dekomposer yang lebih banyak menjadikan detritus memiliki nilai gizi yang lebih tinggi.
Proses tersebut merupakan kemampuan daya dukung ekosistem mangrove di Muara Landipo untuk berkontribusi sebagai pemasok
makanan dan sumber energi untuk ikan belanak, Liza subviridis.