Karakteristik Fisika - Kimia Perairan S u h u
Salinitas
Salinitas pada saat pengukuran di lokasi penelitian memiliki variabilitas antara muara Landopo dan Tanjung Tiram. Muara Landipo berkisar 23.0
– 28.0 ppt Tanjung Tiram berkisar 30.0
– 33.0 ppt. Rendahnya tingkat salinitas pada muara sungai Landopo, lebih dipengaruhi oleh pemasukan air tawar yang teratur dari
aliran sungai yang bermuara ke perairan tersebut. Dahuri et al. 2002 mengemukakan bahwa pada daerah yang terdapat aliran sungai akan terjadi
percampuran dua atau lebih massa air yang berbeda sifatnya. Hal inilah yang menyebabkan penurunan slinitas air laut sebagai efek masuknya air tawar ke
perairan. Bila diperhatikan dari parameter salinitas, maka kisaran salinitas antara 26
–31 ppt masih mendukung pertumbuhan mangrove pada dua lokasi tersebut.
Bahan Organik sedimen
Kandungan bahan organik yang terdapat dalam sedimen berhubungan erat dengan jenis sedimen. Kandungan bahan organik yang tinggi dijumpai pada
muara sungai Landipo 2.7 – 3.4 persen, sedang Tanjung Tiram berkisar 1.3 -1.5
persen. Perbedaan ini memberikan gambaran bahwa tinggi rendahnya kandungan bahan organik ini dipengaruhi secara langsung oleh perbedaan volume serasah
daun mangrove yang kemudian jatuh ke sedimen dan akhirnya terdekomposisi hingga menjadi bahan organik.
Sukardjo 1994 mengemukakan bahwa hutan mangrove merupakan penyumbang unsur hara bagi organisme yang hidup di dalam dan sekitarnya
dimana besarnya biomasssa serasah lantai hutan merupakan petunjuk pentingnya hutan mangrove sebagai sumber bahan organik. Kebanyakan massa detritus akan
tertahan oleh akar mangrove dan terdekomposisi sehingga mendorong akumulasi bahan organik pada lantai hutan mangrove. Detritus membentuk substrat untuk
pertumbuhan bakteri dan alga, yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi binatang pemakan suspensi dan detritus.
Oksigen Terlarut
Hasil pengukuran oksigen terlarut di Muara landipo selama penelitian adalah 6.6
– 7.1 mgl sedang perairan Tanjung Tiram yaitu 5.1
– 6.1 mgl. Kelarutan oksigen lebih tinggi di Muara Landipo, hal ini berkaitan dengan adanya aliran air yang keluar masuk di sungai, memberi proses
pengadukan sehingga memperkaya nilai oksigen, selain itu sumber oksigen dalam perairan dapat diperoleh dari hasil proses fotosintesis fitoplankton atau tumbuhan
hijau dan proses difusi dari udara, serta hasil proses kimiawi dari reaksi-reaksi oksidasi.
Hasil pengukuran oksigen terlarut di wilayah perairan lokasi penelitian ini masih bagus dan bersifat alami. Apabila oksigen terlarut lebih rendah dari 4
mgl dapat diindikasikan perairan tersebut mengalami gangguan kekurangan oksigen akibat kenaikan suhu pada siang hari dan pada malam hari akibat
respirasi organisme air atau adanya lapisan minyak di atas permukaan air laut dan masuknya limbah organik yang mudah terlarut. Standar Baku Mutu Air Laut
untuk Biota Laut yang diperbolehkan 4 mgl Kepmen LH 2004b.
Konsentrasi Ion Hidrogen pH
Hasil pengukuran
pH selama penelitin berkisar 7.1-7.2 di Muara Landipo dan 7.4
– 7.5 di perairan Tanjung Tiram. Nilai
tersebut menunjukkan pada kisaran yang dapat
ditoleransi oleh biota l
aut. Derajat keasaman ini berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup
biota perairan. Derajat keasaman juga dapat mempengaruhi kecepatan dan bentuk reaksi kimia dan interaksi biologis air. Sebagian besar biota perairan sensitif terhadap
perubahan nilai pH dan hidup optimal pada pH sekitar 7 - 8.5. Perubahan nilai pH secara mendadak pada kisaran tertentu dapat menyebabkan kematian biota
perairan. Senyawa kimia toksik dapat dihasilkan oleh perubahan reaksi potensial redoks akibat perubahan nilai pH.
Bengen et al. 1994 mengemukakan bahwa konsentrasi pH perairan laut selalu dalam keseimbangan, karena ekosistem laut mempunyai kapasitas
penyangga untuk mempertahankan kisaran nilai pH. Kisaran
pH yang masih
dapat ditoleransi oleh biota
laut adalah 6 sampai 9 Kepmen LH 2004b.
5.6 Anakisis Kualitas Lingkungan Perairan 5.6.1 Indeks Kualitas Lingkungan
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia dan biologi selama penelitian Lampiran 11, diperoleh Indeks kualitas lingkungan untuk perairan Muara
Lanipo 95.05 dan Tanjung Tiram 68.80 Lampiran 12. Jika merujuk pada skala indeks kualitas lingkungan oleh Ramakrishnaiah et al. 2009, maka
perairan pesisir Utara Konawe Selatan memiliki kriteria kualitas habitat yang baik
untuk ikan belanak. 5.6.2 Sebaran spasial karakteristik lingkungan perairan
Variabel karakteristik lingkungan perairan yang digunakan dalam Analisis Komponen Utama untuk melihat sebarannya berdasar stasiun penelitian disajikan
dalam Lampiran 13. Hasil Analisis Komponen Utama yang dilakukan pada matriks korelasi Lampiran 13A menunjukkan bahwa informasi penting
menggambarkan korelasi antar variabel yang terkait pada struktur spasial stasiun terpusat pada dua sumbu utama F1 dan F2. Kualitas informasi pada
kedua sumbu ini ditunjukan oleh besarnya akar ciri, dimana masing masing sumbu menjelaskan 90.28 dan 6.66 dari ragam total Lampiran 13B.
Pada sumbu 1 F1 terlihat adanya korelasi negatif antara variabel suhu, salinitas dan pH. Sedang variabel nitrat, fosfat, O2, BO, muatan partikel terlarut,
kelimpahan fitoplankton, jumlah serasah dan produksi detritus memperlihatkan adnya korelasi positif Gambar 17A. Dalam grafik sebaran stasiun pada sumbu 1
dan 2 F1xF2 Gambar 17 B terlihat bahwa Tanjung Tiram TT
1
, TT
2
dan TT
3
yang mencirikan sumbu 1 negatif dicirikan oleh suhu, pH dan salinitas yang tinggi. Sebaliknya mengarah pada sumbu 1 positif stasiun Muara Landipo
ML
1
, ML
2
dan ML
3
dicirikan oleh kandungan nitrat, fosfat, O2, Bahan Organik, muatan partikel terlarut, kelimpahan fitoplankton, jumlah serasah dan produksi
detritus yang tinggi. Stasiun stasiun yang terletak di sekitar muara dengan dominasi jenis
mangrove Rhizophora apiculata mempunyai Indeks Nilai Penting INP sebesar 240 445 menyumbangkan produksi detritus sebesar 53 kghabulan.
Stasiun yang terletak disekitar Tanjung Tiram, didominasi jenis mangrove Sonneratia alba memiliki Indeks Nilai Penting INP sebesar 172.087 memberi
kontribusi detritus sebesar 35 kghabulan.
A
B
Gambar 17 Grafik Analisis Komponen Utama karakteristik lingkungan perairan di lokasi penelitian. A Korelasi antar variabel
pada sumbu 1 dan 2 F1xF2; B Sebaran stasiun penelitian pada sumbu 1 dan 2 F1xF2.