Komunitas Iktiofauna di Ekosistem Mangrove

Hamid 2006 mengemukakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara gugur serasah yang dihasilkan maupun pengaruh musim dengan hasil ikan. Hasil analisis menunjukkan adanya interaksi antar faktor musim dan faktor lokasi, yaitu musim timur mempunyai jumlah individu dan biomassa ikan lebih banyak dibanding dengan yang lainnya. Kontribusi antara satu subsistem terhadap subsistem lainnya dalam rantai makanan menghasilkan pola aliran energi yang membentuk hubungan matematis antara satu subsistem dan subsistem lainnya. Hubungan-hubungan inilah yang menjadi dasar terbentuknya model aliran energi pada ekosistem mangrove. Beberapa jenis ikan, udang dan hewan air lain dimanfaatkan oleh hewan terestrial yang bermukim di atas daratan dan udara seperti burung, reptil dan lain lain. Sebagai dasar sumber makanan adalah daun bakau yang jatuh dilepaskan dari pohon ditambah dengan kulit pohon yang terkelupas, bagian akar, ranting yang patah, guano dari burung yang datang, dan sisa-sisa bahan organik dari hewan yang mati dan material yang terperangkap. Detritus menjadi sumber makanan bagi hewan yang hidup di sekitar kawasan perairan hutan bakau dan juga kadar nitrogen yang dilepas dari pada penguraian sarasah akan diambil kembali oleh pohon bakau dan sebahagian lagi digunakan oleh mikro organisma Sabri 1997 dan Mulyadi 1998. Semua ini diurai oleh bakteri dan jamur menjadi detritus yang dapat dimakan oleh hewan laut kecil, yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat bakau.

2.2.6 Komunitas Iktiofauna di Ekosistem Mangrove

Mangrove merupakan ekosistem yang produktif di dunia, baik dalam produktivitas primer maupun produktivitas serasah. Produktivitas mangrove yang tinggi ini secara langsung terkait dengan rantai makanan melalui aliran energi yang tertumpu atau di dasarkan pada jatuhan seresah dan detritus. Ekosistem mangrove merupakan daerah mencari makan pada waktu terjadi pasang tinggi bagi ikan-ikan ekonomis maupun non-ekonomis Chong et al. 1990. Komunitas ikan di perairan mangrove didominasi oleh beberapa spesies, ikan yang tertangkap relatif banyak, dan pada umumnya masih berukuran juvenil. Uji coba penangkapan berbagai spesies ikan di perairan mangrove Selangor, Malaysia, memperoleh 119 spesies. Di perairan mangrove Trinity, Quensland Utara, Australia diperoleh 55 spesies ikan, di Tudor Creek Kenya diperoleh 83 spesies ikan, dan di Puerto Rico 59 spesies ikan Gunarto 2004. Berdasarkan hasil pemantauan tangkapan ikan di perairan mangrove Tongke-Tongke, Sulawesi Selatan, dengan alat tangkap sero yang memiliki panjang 300−400 m yang dipasang di dataran lumpur 10 m di belakang hutan bakau, jumlah spesies ikan yang tertangkap meliputi 27 spesies dengan jumlah individu terbanyak dari famili Mullidae. Jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di antaranya adalah Lates calcarifer, Siganus guttatus, dan S. vermiculatus Pirzan et al. 2001. Pemantauan hasil tangkapan sero di perairan muara Sungai Lamuru, Kabupaten Bone dengan kondisi mangrove yang sudah sangat berkurang mendapatkan 17 spesies ikan Pirzan et al. 1999. Badrudin et al. 2001 mengemukakan bahwa ada 25 spesies ikan berhasil ditangkap di perairan pasang surut Indragiri Hilir, Riau. Diduga berbagai jenis ikan yang masuk ke mangrove pada saat air pasang dan kembali ke laut setelah air surut. Daerah dataran lumpur yang terdapat di sebelah luar mangrove dan langsung menghadap ke laut merupakan habitat berbagai komunitas nekton dan jumlahnya sangat melimpah. Hal ini menandakan bahwa daerah tersebut kaya akan sumber pakan sebagai hasil dari produksi primer dan sekunder yang tinggi serta adanya impor bahan organik dari laut dan mangrove. Spesies ikan yang dominan di perairan dataran lumpur yaitu ikan manyung Osteogeneiosus militaris, ikan keting Arius caelatus, ikan sembilang Plotosus canius, ikan belanak Liza argentez, ikan gulameh Pennahia argentata, ikan tiga waja Protonibea diacanthus, ikan teri Stolephorus macroleptus, dan ikan cucut Hemiscyllium indicum. 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei 2010 sampai Bulan Oktober 2010 di perairan pesisir utara Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Gambar 4, meliputi perairan Muara Landipo dan Tanjung Tiram. Kegiatan ini diawali dengan persiapan bahan dan alat, kegiatan survey lapangan hingga analisis laboratorium.

3.2 Alat dan Metode

Parameter serta alatmetode yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter fisika-kimia dan biologi yang diukur dan alatmetode yang digunakan No Parameter Satuan AlatMetode 1 2 Suhu TSS C mgl Thermometer terbalik Filtrasi 3 4 5 6 7 8 pH Oksigen terlarut Salinitas Nitrat NO 3 -N Fosfat P-PO 4 Bahan Organik sedimen - ppm ppt mgl mgl pH-meter DO meter Hand refraktometer Colorimeter Colorimeter Pipa paralon 9 10 11 12 13 Komunitas Mangrove Fitoplankton Serasah Mangrove Ikan belanak Makanan ikan Indm 2 Indl gm 2 bln Individu jenis Transect Line Plots Plankton net mikroskop Jala Penampung Jaring insang Pembedahan mikroskop Gambar 4 Lokasi penelitian, pesisir utara Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara.