Keuangan dan Akuntansi Produksi dan Operasional

Jika terdapat pesanan keripik pisang dalam jumlah yang cukup besar, usaha ini membutuhkan jumlah pekerja tambahan. Pekerja tambahan tersebut umumnya dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam usaha keripik pisang ini, pemilik merupakan pengelola utama yang bertanggungjawab terhadap setiap keputusan yang diambil dan berwenang untuk menetapkan kebijakan seluruh aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan pemasok, proses produksi hingga pengemasan produk. Hampir semua aktivitas dalam usaha keripik pisang harus ditangani juga oleh pemilik, seperti keputusan untuk memproduksi atau tidak memproduksi terletak pada pemilik usaha keripik pisang tersebut, sehingga menyebabkan sulit berkembangnya usaha keripik pisang ini. karena usaha ini menjadi hanya tergantung pada satu orang yaitu dalam hal ini tergantung pada pemilik. Kondisi jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit menyebabkan peran ganda akan dilakukan oleh seorang pekerja. Waktu yang digunakan dalam pekerjaan cenderung tidak pasti sesuai dengan kondisi pesanan produk keripik pisang. Usaha ini sudah cukup lama dijalankan yaitu sejak tahun 1990, selain itu usaha ini dari sejak awal berdirinya membutuhkan keterampilan khusus seperti ketelitian dalam pemilihan pisang yang baik, pengupasan, pengirisan pisang sehingga menghasilkan irisan-irisan yang tipis, penggorengan dan pengemasan. Jadi keterampilan tenaga kerja dalam usaha keripik pisang ini sudah tidak diragukan lagi.

6.1.2. Keuangan dan Akuntansi

Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Selama ini usaha kecil keripik pisang memperoleh modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor. Menurut koperasi karena skala usaha keripik pisang yang masih kecil menyebabkan koperasi mudah untuk memberikan modal. Sejak bergabungnya usaha keripik pisang dalam koperasi BMT yaitu sejak tahun 2007, usaha ini telat dua kali mendapatkan bantuan modal dari koperasi. Bantuan modal pertama kali diperoleh sebesar Rp. 427.000. dimana pinjaman pertama ini diberikan dalam bentuk barang. Sedangkan pinjaman kedua sebesar Rp. 500.000 diberikan dalam bentuk uang. Pinjaman-pinjaman tersebut dikembalikan dengan cara diangsur tiap minggu, yaitu dipotong dari sebagian hasil penjualan keripik pisang kepada BMT. Saat ini pinjaman pertama dan kedua tersebut sudah lunas dibayar. Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ini belum menerima bantuan modal dari Pemerintah Daerah Kota Bogor, sehingga modal yang ada hanya bersumber dari koperasi BMT Al-Ikhlaash saja. Usaha kecil keripik pisang ini tidak selalu melakukan pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum sudah tertata dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Namun karena usaha yang belum cukup besar, maka perhitungan keuntungan yang diperoleh pemilik mudah untuk diketahui.

6.1.3. Produksi dan Operasional

Usaha kecil keripik pisang sudah memproduksi keripik pisang sejak tahun 1990, dan baru bergabung dengan koperasi pada tahun 2007. Modal pengalaman yang cukup lama yaitu hampir sembilan tahun menjadi kekuatan bagi usaha ini. Pengalaman tersebut dirasakan oleh Bapak Husen sebagai pemilik usaha yang terlibat langsung dalam pengolahan produksi keripik pisang, sehingga beliau dapat mengenal baik keunggulan dan kelemahan usahanya. Pada proses produksi, usaha kecil ini dalam memproduksi keripik pisang menggunakan peralatan yang masih sedarhana. Hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya alat pengiris pisang yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa alat iris yang biasa digunakan di rumah tangga untuk pada umumnya; wajan besar untuk menggoreng; serokan untuk menyaring minyak goreng pada keripik pisang yang telah masak; kompor gas. Sejak adanya peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas usaha kecil keripik pisang ini mengganti bahan bakarnya menjadi gas. Pada kegiatan produksi dan operasi, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik pisang adalah : . 1. Bahan Baku Akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan produksi setiap usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan dalam usaha ini adalah buah pisang. Jenis pisang yang digunakan usaha ini yaitu jenis pisang Kepok Banggala. Pisang Kepok Banggala memiliki cirri-ciri buahnya berukuran relative besar, warnanya kuning, dan rasanya manis. Pemilihan jenis pisang ini dikarenakan sifat dari pisang tersebut cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik pisang. Warna dasar pisang Kepok Banggala yang asli berwarna kuning tersebut menyebabkan hasil keripik pisang yang diperoleh setelah proses penggorengan menjadi bagus. 2. Bahan Penolong Minyak goreng, mentega, garam dan penyedap merupakan bahan penolong utama yang diperlukan. Penggunaan mentega memberikan warna kuningan yang alami dan rasa yang gurih pada produk keripik pisang. Terkait dengan bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses pembuatan keripik pisang “Kondang Jaya”, baik bahan baku utama maupun bahan penolong dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang Usaha Kecil “Kondang Jaya”. 3. Bahan Bakar Pada awanya usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” menggunakan bahan bakar berupa minyak tanah, namun sejak terjadi peningkatan harga minyak tanah, usaha ini menggunakan kompor gas elpiji. Pada awalnya penggunaan kompor gas elpiji tidak memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan yaitu produk keripik pisang yang dihasilkan tidak sebagus hasil yang dihasilkan pada saat penggunaan kompor minyak tanah. Hal ini karena panas dari kompor gas elpiji tidak merata seperti pada penggunaan kompor minyak tanah. Namun dengan keuletan pemilik usaha dalam menjalankan usahanya, akhirnya saat ini dapat diusahakan sehingga kompor gas elpiji dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan. Penggunaan kompor gas elpiji relatif lebih murah daripada penggunaan kompor minyak tanah. Hanya saja pada awal peralihan dari bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji, pemilik usaha harus mengeluarkan biaya investasi kembali untuk proses produksinya. 4. Pengemasan Kemasan produk keripik pisang menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran ½ kg. Plastik tersebut didapat dari toko langganan dipasar. Dalam kemasan terdapat label yang masih sederhana bentuknya. Pada kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, alamat dan lambang koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan sebagai pembina. Pada kemasan tersebut belum tercantum logo halal, izin dari Departemen Kesehatan dan kandungan gizi keripik pisang. Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” sangat mengutamakan kebersihan dalam kegiatan produksi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan kualitas keripik pisang. Kebersihan dalam proses produksi yang terjaga dengan baik membuat kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang tetap terjaga. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu satu bulan. Kualitas produk yang cukup baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha untuk mempertahankan pelanggannya. Proses produksi keripik pisang pada usaha kecil ini menghabiskan waktu yang cukup lama dalam satu kali produksinya yaitu sekitar 8-9 jam. Hal ini dikarena dalam proses pembuatan keripik pisang ini dibutuhkan perendaman buah pisang yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan keripik pisang ini hal yang diutamakan adalah kebersihan dan kelayakan untuk dikonsumai dari dari produk yang dihasilkan. Dimana keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bahan-bahan pengawet dan pewarna. Dalam proses produksi keripik pisang dibutuhkan peralatan-peralatan diantaranya : 1 Baskom, yaitu untuk menampung buah pisang saat prendaman, 2 Pisau, untuk pengupasan atau pemisahan buah pisang dari kulitnya, 3 Penggorengan wajan beserta perangkatnya , 4 Kompor, baik kompor minyak tanah maupun kompor gas elpiji, 5 Saringan, untuk meniriskan keripik pisang yang sudah matang, 6 Tampah nyiru, tempat meletakkan keripik pisang yang sudah matang, 7 Ember plastik, untuk menampung sampah kulit dan bagian pisang yang tidak terpakai, dan 8 Kantong plastik sebagai pembungkus, serta 9 mesin press, yaitu untuk menutup plastik kemasan keripik pisang. Beberapa peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang “Kondang Jaya” Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan secara umum dalam proses pembuatan keripik pisang, meliputi: 1. Sortasi dan pengupasan Buah pisang dipilih sesuai kriteria, yaitu 1 Pisang mentah yang sudah tua Buah pisang yang sudah tua akan memberikan rasa manis dan warna kuning yang menarik pada produk keripik pisang yang dihasilkan, selain itu buah pisang mentah yang sudah tua akan memudah memberikan hasil irisan yang lebih banyak sehingga produk keripik pisang yang dihasilkan lebih banyak. 2 Berukuran cukup besar dan seragam, hal ini diperlukan agar ukuran dari keripik pisang yang dihasilkan relatif seragam, sehingga penampilan produk yang dihasilkan menjadi menarik. Proses sortasi dilakukan sendiri oleh pemilik, bahkan sampai pada penebangan pohon pisangnya. Hal ini dilakukan karena penjual bahan baku pisang kepok umumnya tidak mengetahui kriteria yang sesuai untuk pembuatan keripik pisang yang dibutuhkan oleh usaha ini. Selanjutnya pisang tersebut dikupas kulitnya sebagai tanda tahap awal dari proses produksi dilakukan. 2. Perendaman Buah pisang direndam dalam air kurang lebih sekitar 1 jam. Tujuannya untuk menghilangkan getah pada buah pisang yang baru dipetik. Jika tidak dilakukan perendaman maka hasil produk keripik pisang yang dihasilkan akan berwarna hitam sehingga menjadi tidak menarik untuk dijual. 3. Pengirisan Proses pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat iris yang masih cukup sederhana. Iris pisang tipis-tipis ± 1-2 mm secara memanjang. 4. Penggorengan Buah pisang yang telah selesai diiris harus segera digoreng, paling lambat 10 menit setelah diiris untuk mencegah pembusukan. Proses penggorengan dilakukan dalam minyak yang sangat panas, yaitu bersuhu 170 o C. Minyak harus banyak, sehingga semua bahan tercelup, dengan komposisi setiap satu kilogram pisang membutuhkan sedikitnya tiga liter minyak goreng. Selama proses penggorengan, dilakukan pengadukan secara perlahan. Proses penggorengan dilakukan hingga keripik cukup kering dan garing. Proses penggorengan tersebut dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan yang lainnya. Dalam satu kali proses penggorengan dilakukan selama ± 3 menit, tergantung pada banyak sedikitnya pisang yang digoreng. 5. Penirisan Setelah keripik berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan, keripik diangkat dengan saringan agar minyaknya dapat turun. Saringan yang digunakan dalam usaha ini terbuat dari bahan bambu. 6. Pengemasan dan penimbangan berat isi Keripik pisang yang telah ditiriskan dan sudah tidak panas dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian ditimbang dengan berat 200 gram. Selanjutnya di press dan siap dipasarkan. Diagram alur pengolahan keripik pisang pada usaha kecil ini dapat disajikan pada Gambar 10.

6.1.4. Pemasaran