Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada

Tabel 12. Daftar Nilai Random Indeks Ordo Matriks n Indeks Random RI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 0,5 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,19 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 Sumber: Saaty, 1993

b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada

tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila Cv ij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke- i terhadap sasaran utama, maka :      1 1 ; a VW i t CH CV t ij ij Untuk ; i = 1, 2, 3, ... n; j = 1, 2, 3, ... n; t = 1, 2, 3, ... n di mana : 1 ;  i t CH ij = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal 1  i VW t = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke i-t terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal P = jumlah tingkat hierarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-t c. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgement pada tahap MBB Matriks Banding Berpasangan terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen yang lainnya, sehingga diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP penyimpangan diperbolehkan dengan toleransi Rasio Inkonsistensi di bawah sepuluh persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing- masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsisten Pemilihan responden untuk analisis AHP dilakukan dengan metode Purposive Sampling , yaitu metode pengambilan contoh responden tidak secara acak tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu atau lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan baik langsung maupun tidak langsung pada pelaksanaan keputusan atau memberi masukan kepada para pengambil keputusan. Untuk melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem-sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Abstraksi sistem hirarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, yang tersusun dari sasaran utama tingkat 1, turun ke faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi tujuan tingkat 2, kemudian ke pelaku-pelaku tingkat 3, lalu ke tujuan-tujuan pelaku tingkat 4 dan terakhir skenario tingkat 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Tingkat 1 Tingkat 2 … … Tingkat 3 … … Tingkat 4 … … Tingkat 5 … … Gambar 4. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Dalam penelitian ini hirarki akan diperoleh dari hasil indentifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan dan ancaman terlebih dahulu. Kemudian selanjutnya diperoleh strategi yang akan dianalisis hirarkinya dalam metode analisis AHP ini. Menurut Saaty 1993, penentuan perangkat komponen sistem hirarki dalam AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti yang telah disebutkan di atas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para analisis terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan. G F 1 A 1 O 1 S 1 F 2 A 2 O 2 S 2 S n O n A n F n

BAB V GAMBARAN UMUM

USAHA KECIL KERIPIK PISANG “KONDANG JAYA”

5.1. Sejarah Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya”

Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” yang menjadi fokus penelitian merupakan usaha kecil hasil binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini dalam proses produksinya masih menggunakan mesin peralatan yang relatif sederhana dan dikemas dengan sangat sederhana. Usaha ini didirikan oleh Bapak M. Husen dikenal dengan nama Bapak Uteng pada tahun 1990. Usaha keripik pisang ini awalnya memasarkan sendiri produknya dari warung ke warung di sekitar perumahan BSI, seperti daerah Kampung Sawah dan Kampung Pasir. Saat itu produk dijual dalam bungkus kecil dengan harga hanya Rp. 800bungkus. Modal yang dipergunakan hanya berasal dari modal pribadi, sehingga hasil produksi yang dihasilkan masih sangat rendah, yaitu sekitar 30 bungkus per minggu. Sejak tahun 2007, usaha keripik pisang ini resmi bergabung dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash, tepatnya pada tanggal 15 Maret 2007. Pada awalnya berdirinya usaha keripik pisang ini mendapat bantuan modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash sebesar Rp. 427.000. Bantuan modal tersebut diberikan dalam bentuk barang. Jenis barang yang diberikan berupa : 1 Wajan Besar, 2 Alat parut 3 Serokan, 4 Impuls Sealer, 5 Kantong Plastik 2 kg dan 6 Gunting dan Cutter. Sistem pengembalian modal yang diberikan tersebut dilakukan dengan cara diangsur tiap minggu. Sejak bergabung dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash, sistem pemasaran keripik pisang “Kondang Jaya” ditanganin oleh koperasi BMT.