menggunakan teknologi modern, proses produksi akan semakin cepat dan dapat menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
usaha yang menggunakan teknologi sederhana. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi dapat
menjadi peluang bagi usaha untuk mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat
proses komunikasi antara prosdusen dengan pembeli dan pemasok. Media informasi seperti internet dapat digunakan
usaha untuk mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas, sedangkan perkembangan
teknologi di bidang transportasi seperti jasa pengiriman juga memberikan peluang bagi usaha untuk memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari
pihak pemasok ke usaha maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi ini masih belum dimanfaatkan
oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Usaha kecil keripik pisang ini cenderung masih menggunakan teknologi
tradisional. Hal ini terlihat pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini, selain itu usaha ini juga belum memanfaatkan internet sebagai media
promosi. Jadi dapat dikatakan usaha kecil keripik pisang ini memiliki kelemahan berupa teknologi yang digunakan.
6.2.2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang mempengaruhi langsung terhadap operasional usaha. Kemampuan untuk
memperoleh laba suatu usaha bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat industrinya saja, melainkan juga oleh kedudukan usaha di dalam industri tersebut, sehingga
hal-hal seperti ini seharusnya juga dipertimbangkan dalam penentuan strategi usaha. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pearce dan Robinson 1997,
terkait dengan kekuatan-kekuatan persaingan, maka dalam analisis lingkungan industri penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu: 1 Pembeli
cenderung membeli dalam jumlah yang kecil, 2 Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan
pasarnya dan 3 Pembeli mudah pindah ke produk lain sejenis. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk
tersebut. Produk keripik pisang yang diproduksi oleh usaha kecil ini, selama ini
cenderung berproduksi berdasarkan pesanan dari koperai BMT Al-Ikhlaash. Untuk menghadapi kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang
ini dapat dikatakan cukup kuat, pihak pengusaha keripik pisang dan koperasi BMT Al-Ikhlaash harus berusaha untuk lebih gencar mempromosikan produk
keripik pisang yang dihasilkan selain itu juga harus menjaga kontinuitasnya.
2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Usaha kecil keripik pisang koperasi BMT perumahan BSI Kota Bogor membeli bahan baku berupa pisang dari petani-petani pisang di sekitar Bogor,
yaitu di daerah Parung Aleng, Kampung Pasir dan Leuwiliang. Dalam memperoleh bahan baku, usaha ini cukup mengalami kesulitan karena bahan baku
berupa pisang jenis kepok banggala tidak mudah diperoleh di pasar.
Pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang cukup kuat. Usaha keripik pisang ini cenderung bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya,
jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya
dari pemasok lain. Terkait dengan pemasok lain, terdapat pemasok bahan baku di luar wilayah Bogor yaitu seperti di Cianjur dan Lampung, Namun bahan baku dari
pemasok di luar wilayah Bogor tersebut baru dapat diakses jika jumlah yang diminta dalam jumlah besar karena jika hanya dalam jumlah kecil akan
menyebabkan biaya yang jauh lebih besar bagi usaha kecil keripik pisang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa usaha kecil keripik pisang ini cukup mengalami
kesulitan untuk mendapat pemasok.
3. Ancaman Produk Pengganti
Terkait dengan produk-produk pengganti adalah yaitu mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Faktor
harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif
lebih murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah. Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi
produk pengganti adalah berbagai jenis keripik, misalnya keripik nangka, keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang substitusi
dari keripik pisang memberikan ancaman bagi usaha untuk menguasai pasar dengan inovasi produk. Meskipun produk pengganti mempengaruhi industri keripik pisang
dalam menarik pasar, konsumen bebas memilih produk makanan ringan yang sesuai dengan selera masing-masing. Pada kenyataannya keripik pisang yang
memiliki nilai gizi tinggi dan cita rasa yang enak dapat bersaing dengan produk makanan ringan lain yang memiliki fungsi sama.
4. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada
Persaingan diantara pesaing produk keripik pisang cukup ketat. Hal ini dapat dilihat dari persaingan harga oleh masing-masing usaha. Persaingan harga
yang ditetapkan oleh masing-masing usaha dengan berbagai merek dagang yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Daftar Harga Produk Keripik Pisang Berbagai Merek Dagang di Kota Bogor
Merk Dagang Harga Rp200 gr
Cap Pohon Kelapa 5.000
Diva Keripik Pisang 6.500
Eka Sari 4.500
Indo Sari 8.500
Sumber: Swalayan Ngesti dan Swalayan Greenmart Data Tanggal 20-25 Januari, 2009
Berdasarkan Tabel 20, Perbedaan harga yang ditetapkan oleh masing- masing usaha dipengaruhi biaya produksi dan biaya promosi yang dilakukannya.
Meskipun usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum banyak melakukan promosi sudah menetapkan harga yang relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut
membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Dalam proses produksinya usaha ini menggunakan mentega yang harganya cukup tinggi serta minyak
goreng yang harganya cenderung naik turun. Penggunaan mentega tersebut diperlukan untuk menjaga kualitas rasa keripik yang dihasilkan.
5. Ancaman Pendatang Baru
Keberadaan pendatang baru dalam industri dapat menunjukkan tingkat persaingan yang akan dihadapi oleh suatu usaha dalam industri tersebut. Jika
semakin banyak pendatang baru yang memasuki wilayah industri maka akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi usaha yang ada, misalnya terjadi perebutan
pangsa pasar yang ada dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada
rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Untuk memulai usaha keripik
pisang ini tidak membutuhkan investasi yang besar. Hal ini menyebabkan mudahnya para pendatang baru untuk masuk ke dalam usaha ini. Pada usaha kecil
keripik pisang “Kondang Jaya”, pemiliki dapat memulai usahanya hanya dengan modal sebesar Rp 500.000.
VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI
7.1. Identifikasi Faktor Internal