Jumlah pesanan atau permintaan koperasi BMT Al-Ikhlaash terhadap produk keripik pisang “Kondang Jaya” cukup stabil dan kontinu.
d. Promosi
Usaha kecil keripik pisang hingga saat ini masih melakukan kegiatan promosi secara tradisional. Promosi yang bersifat lokal yaitu hanya dilakukan
oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash melalui pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian bapak-bapak maupun Ibu-Ibu Darma
Wanita, namun untuk kedepannya ada rencana untuk melakukan promosi pada majalah-majalah lokal.
6.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha
Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri. Analisis faktor eksternal usaha kecil keripik pisang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan yang berada di luar kontrol usaha kecil keripik pisang. Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci
yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha kecil keripik pisang, sehingga memudahkan usaha ini untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang
dan menghindari ancaman.
6.2.1 Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan terlepas dari sistem operasional usaha. Analisis lingkungan umum dapat
menggambarkan lingkungan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Lingkungan umum dapat dianalisis menggunakan alat analisis PEST Politik, Ekonomi, Sosial-
Budaya, dan Teknologi dan Demografi. Hal ini juga sesuai dengan konsep yang
dipaparkan oleh Umar dalam Sidabutar 2007 yaitu bahwa analisis lingkungan eksternal meliputi faktor luar yang mempengaruhi kinerja maupun strategi-
strategi yang harus diambil oleh suatu organisasi. Berdasarkan analisis tersebut, maka faktor-faktor eksternal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” yaitu:
1. Politik Dukungan Pemerintah Daerah
Industri pengolahan pisang di Indonesia selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar
domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Buah pisang dapat diolah mejadi
beragam produk yang lezat antara lain, seperti : keripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang gorengbakar.
Kebutuhan pisang sebagai bahan baku untuk industri pengolahan skala rumah tangga 10-50 kghari, skala kecil dan menengah menghasilan: keripik
100-120 kghari, sale 1,5-2 tonbln, ledre 70-120 kghari, puree 300-500 kgh dan tepung 700-1.000 kgminggu. Skala besar, membutuhkan kapasitas +
10-12 ton pisang segarhari. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman
sekitar 5.000-6.000 ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 usaha skala besar. Industri pengolahan pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung 1,5-2
tonminggu, puree 600 kg – 1,5 tonhari dan jam 1-2 tonhari, karena untuk memproduksi produk-produk tersebut diperlukan peralatan khusus yang cukup
mahal. Kebutuhan bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun.
Sedangkan industri pengolahan pisang yang diarahkan kepada pembuatan keripik pisang umumnya berskala mikro, kecil dan menengah.
Di Kota Bogor telah terdapat dukungan Pemerintah Daerah setempat terhadap UMKM. Dukungan tersebut berupa pembinaan dan pengembangan
UMKM di Kota Bogor. Melalui berbagai program peningkatan kesejahteran masyarakat yang saat ini banyak berkembang seperti PNPM Mandiri, Pemerintah
Kota Bogor berusaha memajukan UMKM yang ada di wilayahnya. PNPM mencakup antara lain program penanggulangan kemiskinan, pembangunan
infrastruktur desa, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan agribisnis. Salah satu kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP. Pada program ini pemerintah telah mengeluarkan dana senilai Rp 69 Miliar untuk 689
desakelurahan di 76 kecamatan pada 16 kabupatenkota. Provinsi Jawa Barat pada 2008 menerima Bantuan Langsung Masyarakat BLM Rp 720,63 Miliar.
Adanya program-program PNPM Mandiri tersebut diharapkan akan mampu membantu pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya industri-industri
kecil di wilayah Kota Bogor untuk lebih berkembang. Program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui PNMP Mandiri di Kota Bogor dalam beberapa
tahun terakhir dinilai cukup berhasil, hal tersebut dapat dilihat dari penghargaan yang diperoleh dari pemerintah pusat atas kinerja PNPM Mandiri Kota Bogor
yang semakin baik. Selain itu bentuk dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor terhadap
UMKM juga dapat dilihat pada program Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Garda Emas. Garda Emas merupakan suatu bentuk dukungan
Pemerintah Daerah Kota Bogor bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota
Bogor. Pelatihan yang diberikan dimulai dari pembentukan mental para wirausaha, pengenalan alat-alat produksi hingga pemasaran. Bantuan pinjaman
modal biasanya diperoleh melalui beberapa hasil rekomendasi dan kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor.
Di sisi lain industri kecil dapat menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal, sehingga
industri ini tidak mengalami dampak yang kuat saat teriadi penurunan terhadap nilai mata uang. Industri makanan merupakan salah satu industri yang mampu
menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota Bogor Tahun 2003
No. Kelompok Industri
Unit Usaha Investasi
Tenaga Kerja
1. MenengahBesar
6 8.415.350.000
251 2.
Kecil Formal 154
3.968.440.000 1660
3. Kecil Non Formal
929 788.640.230
4.453 Sumber: www.kota bogor.go.id, 23 Januari 2007.
Berdasarkan data Tabel 13, industri kecil non formal merupakan industri yang jumlahnya terbesar, menyerap tenaga dalam jumlah terbesar, dan memiliki
nilai invesasi yang terkecil di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang sebagai salah satu industri makanan di Kota Bogor menjadi salah sati industri kecil
mampu menyerap tenaga kerja. Sehingga usaha kecil keripik pisang menjadi industri yang penting untuk terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor
dalam mengurangi pengangguran di Kota Bogor.
2. Faktor Sosial-Budaya
Faktor sosial-budaya dapat mempengaruhi usaha karena selalu terjadi perubahan sebagai akibat dari upaya orang untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Yusmarini dalam Agus 2008, menyatakan bahwa dewasa ini, pola konsumsi
masyarakat telah bergeser dari bahan makanan hewani ke bahan makanan nabati. Hal ini terjadi karena masyarakat berusaha menghindari makanan kadar kolesterol
tinggi, setelah diketahui adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati
cenderung semakin diminati. Selain itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet
dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk makanan ringan seperti keripik pisang.
3. Faktor Demografi
Peningkatan jumlah penduduk di suatu negara akan menciptakan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha. Selama periode tahun 2001-2006 jumlah
penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 2,019 persen Tabel 14. Tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar
yaitu 5,37 persen dengan jumlah penduduk sebanyak 214.374.096 jiwa BPS, 2007.
Tabel 14. Penduduk Indonesia Tahun 2001-2006
Tahun Jumlah Penduduk jiwa
Pertumbuhan
2001 201.703.537
- 2002
203.441.676 0,862
2003 214.374.096
5,374 2004
217.854.745 1,624
2005 219.204.724
0,620
2006 222.746.900
1,616 Rata-Rata
2,019
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2007 Keterangan : Angka Sementara
Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat pada data Tabel 15, yaitu pada periode tahun 2001-2006 jumlah penduduk
Kota Bogor pengalami petumbuhan setiap tahunnya sekitar 2,951 persen. Peningkatan jumlah pendududk dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi
pertumbuhan penduduk sebanyak 24.053 jiwa atau 2.813 persen yaitu 855.085 jiwa pada tahun 2005 menjadi 879.138 jiwa pada tahun 2006.
Tabel 15. Penduduk Kota Bogor Tahun 2001-2006
Tahun Jumlah Penduduk jiwa
Pertumbuhan
2001 760.329
- 2002
789.423 3,827
2003 820.707
3,963 2004
831.571 1,324
2005 855.085
2,828 2006
879.138 2,813
Rata-Rata 2,951
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007
Peningkatan jumlah penduduk dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha karena tingkat upah menjadi kecil, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah
penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih besar. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat secara
langsung akan dapat meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan akan makanan. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan meningkatkan permintaan
terhadap makanan ringan yang saat ini semakin digemari.
4. Ekonomi
Kinerja usaha dan industri akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu negara. Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan
sebesar 5,60 persen dibanding tahun 2004. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun 2004 sebesar
Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik sebesar Rp 468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar
Rp 2.729,7 triliun pada tahun 2005. Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2005 yang dibarengi oleh rendahnya laju inflasi membuat secara umum
kondisi makro ekonomi Indonesia semakin membaik. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 17,11 persen jauh
lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 6,40 persen dan tahun 2003 sebesar 5,06 persen. Faktor-faktor yang cukup dominan mempengaruhi inflasi selama
tahun 2005 antara lain meningkatnya harga bahan makanan, nilai tukar rupiah dan adanya rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM.
Kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak BBM yang berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2005 tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.
552005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri tanggal 30 September 2005, secara tidak langsung telah mengakibatkan kenaikan harga
bahan baku keripik pisang dan bahan baku penolong bagi usaha keripik pisang. Berdasarkan data yang diperoleh sejak adanya kenaikan BBM harga minyak
tanah meningkat dan juga harga input-input lain menjadi cenderung meningkat, misalnya saja minyak goreng dan mentega yang harganya menjadi cukup tinggi
di pasaran hingga menjadi dua kali lipat dari sebelum terjadi kenaikan harga BBM.
Pada awalnya kenaikan harga BBM hanya berdampak langsung pada kenaikan biaya transportasi. Namun selanjutnya kenaikan harga BBM tersebut
juga berdampak pada industri-industri yang menggunakan BBM. Data kenaikan harga BBM per l Oktober 2005 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 Rpliter
Jenis BBM 1 Maret 2005
1 Oktober 2005 Kenaikan
Minyak Tanah 700,00
2.000,00 185,71
Premium 2.400,00
4.500,00 87,50
Solar 2.100,00
4.300,00 104,76
Sumber: PT. Pertamina dan Menteri Perekonomian Kompas, Sabtu 1 Oktober 2005
Kenaikan harga BBM pada industri menyebabkan industri cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak
terkecuali industri-industri yang berada di wilayah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini juga melakukan perubahan bahan bakar yang digunakan dari
minyak tanah ke gas elpiji.
5. Teknologi
Faktor teknologi dapat memberikan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Teknologi yang terus berkembang dapat mempengaruhi strategi usaha
dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang antara lain teknologi di bidang produksi, informasi,
komunikasi dan transportasi. Usaha kecil keripik pisang dapat menggunakan teknologi tradisional maupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini terletak
pada jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. Usaha yang
menggunakan teknologi modern, proses produksi akan semakin cepat dan dapat menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
usaha yang menggunakan teknologi sederhana. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi dapat
menjadi peluang bagi usaha untuk mempromosikan dan memasarkan produknya. Adanya alat komunikasi seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat
proses komunikasi antara prosdusen dengan pembeli dan pemasok. Media informasi seperti internet dapat digunakan
usaha untuk mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas, sedangkan perkembangan
teknologi di bidang transportasi seperti jasa pengiriman juga memberikan peluang bagi usaha untuk memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari
pihak pemasok ke usaha maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi ini masih belum dimanfaatkan
oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Usaha kecil keripik pisang ini cenderung masih menggunakan teknologi
tradisional. Hal ini terlihat pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini, selain itu usaha ini juga belum memanfaatkan internet sebagai media
promosi. Jadi dapat dikatakan usaha kecil keripik pisang ini memiliki kelemahan berupa teknologi yang digunakan.
6.2.2. Lingkungan Industri