1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia secara individu maupun kelompok untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
1
Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa
depan. Dalam suatu proses belajar mengajar PBM guru dapat menemukan peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru akan menjumpai pula peserta didik yang cukup mengusai bahan pelajaran yang telah diberikan guru. Bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar cara mengatasinya dengan pengajaran remedial. Namun bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan akademik
yang tinggi, tidak mengalami kesulitan belajar juga perlu mendapat penanganan tersendiri dalam bentuk pengayaan dengan harapan peserta didik akan
memperoleh kepuasan intelektual.
2
1
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, UNY Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 3-4.
2
Ibid , hlm. 186.
2 Pelajaran sejarah merupakan salah satu pelajaran yang ada di kurikulum
sekolah. Pelajaran sejarah di sekolah selama ini masih dengan metode ceramah atau pembelajaran konvensional. Pelajaran sejarah tanpa disertai dengan strategi,
media, cara mengajar,dan metode yang menarik akan membuat siswa bosan. Karena sesungguhnya siswa tersebut menganggap bahwa pelajaran sejarah itu
tidak menarik dan membosankan. Guru sejarah hanya membeberkan fakta dan dianggap tidak mampu memberikan motivasi belajar kepada siswa karena guru
menggunakan cara mengajar yang konvensional yaitu bercorak hafalan dengan menggunakan metode ceramah.
3
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas X C SMA Negeri 1 Mlati rata-rata prestasi siswa mata pelajaran sejarah cukup rendah yang
dibuktikan dari 32 siswa yang mengikuti tes pra siklus sebanyak 9 siswa 29
yang mencapai KKM dan siswa yang tidak berhasil mencapai KKM 23 siswa 71, dengan KKM yang ditentukan pihak sekolah sebesar 75. Faktor
penyebabnya adalah keterbatasan siswa dalam menerima pembelajaran sejarah, penggunaan metode ceramah yang dominan serta siswa tidak punya wawasan
terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. Perubahan pembelajaran dilakukan penggunaan model pembelajaran yang variatif, media pembelajaran
yang memancing siswa untuk terlibat aktif seperti film, gambar dan sebagainya. Berdasarkan
data tersebut maka perlu dilakukan peningkatan dalam hal jumlah siswa yang mencapai KKM dan nilai rata-rata. Dari hasil yang didapat ini, bisa
3
Isjoni, dan Moh. Arif. Hj. Ismail, Model-model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia- Malaysia, Pustaka Belajar, Pekan Baru, 2007, hlm. 160.
3 dipastikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar
terhadap siswa kurang bisa diikuti dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil prestasi belajar yang rendah.
Dalam proses pengembangan pembelajaran sejarah maka peneliti mencoba melakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK di SMA Negeri 1 Mlati. Hal ini
perlu dilakukan karena melihat guru hanya menerapkan suatu metode ceramah yang dinilai kurang meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, sehingga
dengan penerapan pembelajaran model Picture and Picture ini dapat memungkinkan siswa membangun motivasi, pengetahuan dan pemahaman sendiri
serta meningkatkan prestasi belajar sejarah. Perubahan yang dilakukan dalam pembelajaran sejarah akan mendukung siswa aktif dengan penggunaan model
pembelajaran yang variatif. Peneliti menggunakan model Picture and Picture dalam pembelajaran sejarah. Picture and Picture adalah suatu metode belajar
yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Dengan pemahaman ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran juga berlangsung alamiah, siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
4
Penerapan model Picture and Picture mempunyai keunggulan dalam melatih siswa berpikir logis dan sistematis. Dalam pelaksanaan model Picture and
Picture kesempatan kepada siswa untuk berpikir logis dan sistematis. Kelebihan model Picture and Picture dapat melatih siswa berpikir logis dan sistematis, dan
4
Siregar, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 117.
4 guru juga lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Siswa diharapkan
sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawaban karena guru menunjuk atau memanggil siswa bergantian memasang atau mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Model Picture and Picture menekankan agar dapat melatih siswa berpikir logis dan sistematis untuk
menguasai materi pelajaran sejarah. Melalui penerapan model Picture and Picture siswa dapat bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu dan berkolaborasi dalam menuangkan ide untuk merekonstruksi pengetahuan. Proses belajar dengan menggabungkan
realita, maka makna dari pembelajaran dapat diresapi oleh siswa yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti berharap dengan penggunaan
penerapan model Picture and Picture dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah sehingga prestasi siswa dalam pelajaran sejarah juga
meningkat. Model pembelajaran Picture and Picture ini berhasil digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas seperti penelitian yang dilakukan oleh Sriyana Jumiasih 2008 penerapan CTL dengan model Picture
and Picture untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS sejarah pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Ngaglik. Penelitian ini mendapat hasil bahwa
penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas XI IPS 1 SMA Ngaglik. Peningkatan tersebut dapat dilihat
dimana pada saat pra tindakan ada 15 siswa 42,85 yang mencapai KKM
5 sebesar 75, sedangkan 20 siswa 57,14 yang dinyatakan tidak tuntas KKM
karena memiliki nilai di bawah 75, pada siklus 1 sebanyak 16 siswa 45,71 yang mencapai KKM karena memiliki nilai di bawah 75, sedangkan 19 siswa
52,28 yang dinyatakan tidak tuntas KKM karena memiliki nilai di bawah 75, pada siklus 2 sebanyak ada 27 siswa 81,81 yang mencapai KKM sebesar 75,
sedangkan 6 siswa 18,18 yang dinyatakan tidak tuntas KKM karena memiliki nilai di bawah 75.
5
Eka Wahyuningsih telah berhasil meneliti dengan judul: Meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada materi kehidupan masa pra aksara di
Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Picture and Picture kelas X 1 SMA Negeri 1 Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dimana pada saat pra tindakan ada 21 siswa 70 yang mencapai KKM sebesar 75, sedangkan 9 siswa 30 yang dinyatakan tidak tuntas KKM
karena memiliki nilai di bawah 75, pada siklus 1 sebanyak 25 siswa 83,33 yang mencapai KKM karena memiliki nilai di bawah 75, sedangkan 5 siswa
16,66 yang dinyatakan tidak tuntas KKM, pada siklus 2 sebanyak ada 28 siswa 93,33 yang mencapai KKM sebesar 75, sedangkan 2 siswa 6,6 yang
dinyatakan tidak tuntas KKM.
6
5
Sriyana Jumiasih, Skripsi, ”Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Siswa melalui Pendekatan
Contextual Teaching and Learning Model Picture and Picture”, Tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
6
Eka Wahyuningsih, Skripsi, “Meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada materi
kehidupan masa pra aksara di Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Picture and Picture”, Tidak diterbitkan, Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat.
6 Yosefin Fitri Wijayanti yang telah melakukan penelitian dengan judul:
Peningkatan prestasi dan kepuasan belajar sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture kelas XI IPS 1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini mendapat hasil bahwa penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat dimana pada saat pra tindakan ada 23 siswa 76,67 yang mencapai
KKM sebesar 78, sedangkan 7 siswa 23,33 yang dinyatakan tidak tuntas KKM karena memiliki nilai di bawah 78, pada siklus 1 sebanyak 30 siswa 100 yang
mencapai KKM karena memiliki nilai di bawah 78, pada siklus 2 sebanyak 30 siswa 100 yang mencapai KKM sebesar 78.
7
Kesimpulannya bahwa berdasarkan contoh diatas, membuktikan bahwa
model pembelajaran Picture and Picture mampu memberikan keberhasilan dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa di dalam kelas. Maka dari itu, dengan
mengacu pada penelitian dengan model pembelajaran Picture and Picture mengalami keberhasilan di atas. Diharapkan model pembelajaran Picture and
Picture yang digunakan dalam penelitian di SMA Negeri 1 Mlati ini mengalami keberhasilan seperti contoh di atas. Sehingga, dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran sejarah.
7
Yosefin Fitri Wijayanti, Skripsi, “Peningkatan prestasi dan kepuasan belajar sejarah siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture ”, Tidak
diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
7 Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah melalui Penerapan Model Picture And Picture Siswa Kelas X c SMA Negeri 1 Mlati
”.
B. Identifikasi Masalah