20 Mencipta
Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan
yang baru, dan menemukan yang baru secara original.
Kreaktivitas dan kejujuran serta apresiasi
terhadap karya orang lain dan bangsa lain.
Pembelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah bertujuan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap atau nilai-nilai. Sejarah sebagai
mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai proses perubahan dan berkembangnya masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga
masa kini, oleh karena itu pengajaran sejarah harus mampu mendorong siwa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau
untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang.
C. Prestasi Belajar Sejarah
Menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Ada beberapa orang yang
berpendapat bahwa belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respons.
8
Menurut pengertian belajar secara psikologis, belajar juga merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
8
Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Tarsito, Bandung, 1973, hlm. 61.
21 suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
peng alamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan dalam arti belajar.
9
Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan
melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa
untuk memperoleh pengaruh sendiri self regulated.
10
Selanjutnya ada, yang mendefinisikan:” belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan
belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Jelasnya menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian
kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
11
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan
oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan
9
Slameto, Belajar faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 2.
10
Wina Sanjaya, op.cit, hlm. 107.
11
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hlm. 21.
22 persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya
mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
12
Menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
13
Dimyati mendefinisikan belajar merupakan menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru.
14
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya
adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung
seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal
sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh iktikad dan maksud tertentu. Dalam konteks merancang sistem belajar, konsep
belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses
belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan
12
Muhhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, RT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm. 87.
13
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hlm. 756.
14
Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, PT Asdi Mahasatya, Jakarta, 2006, hlm. 84-85.
23 belajar kepada para siswa untuk mencapai tujuan tertentu, dilakukan dengan cara
tertentu dan diharapkan memberi hasil tertentu pula kepada siswa. Hal ini dapat diketahui melalui sistem penelitian yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya.
15
Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja.
Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut: 1.
Kesiapan readiness; yaitu kapasitas fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi; yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.
3. Tujuan yang ingin dicapai.
Ketika faktor diatas mendorong seseorang untuk melakukan proses belajar.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi memiliki makna yang berarti hasil yang sudah dicapai. Hasil dari prestasi belajar ini ditunjukkan dengan nilai atau angka
oleh guru kepada siswanya, sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah
dikerjakan oleh siswanya.
15
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm. 154-155.
24 Kata “Sejarah” berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang berarti
pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang lebih maju. Itulah sebabnya, sejarah
diumpamakan menyerupai perkembangan sebuah pohon yang terus berkembang dari akar sampai ranting yang kecil. Dalam bahasa Inggris, kata “sejarah”
history berarti masa lampau umat manusia. Sedangkan, dalam bahasa Jerman, kata “sejarah” geschichte berarti sesuatu yang telah terjadi. Kedua kata itu dapat
memberikan arti yang sesungguhnya tentang sejarah, yaitu sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Dengan demikian,
sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke
tingkat yang lebih maju dan modern.
16
Ada beberapa definisi sejarah sebagai berikut. a.
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis W.J.S. Poerwadarminta menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian berikut.
Sejarah berarti silsilah atau asal-usul. Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau. Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. b.
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah mempertegas bahwa pengertian sejarah adalah sebagai berikut.
Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
16
I Wayan Badrika, Sejarah Untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta, 2006, hlm. 3.
25 Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
17
c. Kuntowijoyo dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah mempertegas bahwa
pengertian sejarah adalah sebagai berikut. Pengertian sejarah secara negatif sebagai berikut.
Sejarah itu bukan mitos. Sejarah itu bukan filsafat.
Sejarah itu bukan Ilmu Alam. Sejarah itu bukan Sastra.
Pengertian sejarah secara positif sebagai berikut. Sejarah ialah ilmu tentang manusia.
Sejarah ialah ilmu tentang waktu. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial.
Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satu-satunya, dan terperinci.
Jadi, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu.
18
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sejarah dalam fungsi utamanya adalah mengabadikan pengalaman masyarakat di waktu lampau, yang sewaktu-waktu
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat tersebut dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Melalui sejarah, nilai-nilai masa lampau
dapat diambil dan dipergunakan untuk menghadapi masalah-masalah yang muncul pada saat sekarang. Tanpa nilai-nilai dari masa lampau orang tidak akan
mampu membangun ide-ide tentang konsekuensi dari apa yang mereka lakukan Renier, 1961:14. Di samping itu sejarah dapat memberikan kearifan dan
kebijaksanaan bagi yang mempelajarinya Moertopo, 1978. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Collingwood 1973, yang menyatakan bahwa mengenal diri
17
Ibid, hlm. 2-3.
18
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta, 1995, hlm. 8-18.
26 sendiri berarti mengenal apa yang mampu kita lakukan dan karena tidak
seorangpun mengetahui apa dapat diperbuat oleh seorang adalah apa yang dia perbuat. Pernyataan Collingwood tersebut erat kaitannya dengan pendapat Rowse
1963, yang menyatakan bahwa sejarah hakikatnya sama mendasarnya dengan kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian, apabila sejarah dianggap salah
satu sarana utama untuk mewujudkan cita-cita nasional Indonesia, maka sejarah pada hakikatnya merupakan sumber kekuatan untuk menumbuhkan sifat, watak
serta kemampuan yang diinginkan oleh generasi yang baru. Sejarah sebagai alat pendidikan dalam pengajaran di sekolah di Indonesia
baru mulai sejak kemerdekaan. Pengajaran sejarah ini harus menghadapi masa peralihan dari pandangan Eropa Sentrisme ke Indonesia Sentrime dari pendekatan
monodimensi menuju ke multidimensi dan interdispliner Kartodirjo, 1982. Pada dasarnya pengajaran sejarah di Indonesia merupakan sesuatu yang baru dalam
tahap peralihan yang sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi di Indonesia sendiri.
Pada dasarnya dapat dibedakan adanya 1 sebagai sebagai ilmu, 2 sejarah sebagai suatu peristiwa, dan 3 sebagai suatu kisah Ali, 1963. Meskipun ketiga
unsur tersebut dapat dipahami sebagai suatu kebulatan, tetapi dapat dibedakan tujuan sejarah yang bersifat filosofis dan pengajaran sejarah yang bersifat
didaktis. Sejarah sebagai suatu mata pelajar harus mencakup kedua tujuan tersebut, yaitu ranah kognitif yang berupa sejarah sebagai peristiwa, serta
pengembangan ranah afektif yang berupa sejarah sebagai kisah. Namun, sering dalam mengajarkan masa lampau, kebenaran sejarah dikorbankan bagi
27 kepentingan kebanggaan nasional dan dipaksa untuk mengobarkan semangat
cinta tanah air Hill, 1956. Ini berarti hanya menonjolkan salah satu ranah atau hakikat sejarah tertentu, yaitu sebagai suatu kisah.
19
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran sejarah yang diukur dengan menggunakan instrument tes yang relevan.
D. Model-model Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme