14 a.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial; b.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dan guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar;
c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan
konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah;
d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus; e.
Evaluasi dalam pembelajaran, dalam pandangan konstruktivis, evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan
keterampilan yang terintegrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata; menggali munculnya berpikir divergen, pemecahan ganda, bukan hanya
satu jawaban benar; evaluasi harus diintegrasikan ke dalam tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang
dipelajari dalam konteks nyata, bukan sebagai kegiatan yang terpisah.
4
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah- langkah saintifik dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan
berpikir kreatif siswa Alfred De Vito, 1989. Model pembelajaran yang
4
Ibid.
15 dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar Joice
Weil: 1996, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan
sikap itu diperoleh peserta didik Zamroni, 2000; Semiawan, 1998.
5
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu Beyer, 1991. Model ini menekankan pada
proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk
melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan
scientist dalam melakukan penyelidikan ilmiah Nur: 1998, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun
konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan Semiawan: 1992. Model ini juga
5
http:martinis1960.wordpress.com20100729model-pembelajaran-scoffolding Download, Rabu, 11 Juni 2014 jam 17:20.
16 tercakup penemuan makna meanings, organisasi, dan struktur dari ide atau
gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri discover pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-
prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi Houston, 1988. Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru
lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi
membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap.
Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar basic learning tools yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk
landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri Chain and Evans: 1990.
6
Pembelajaran dirancang dengan basis fakta dan fenomena yang bisa diobservasi. Pembelajaran memberi peluang kepada siswa untuk secara aktif
mengkonstruksi membangun konsep, prinsip, hukum berdasarkan fakta dan data.
Pembelajaran dilaksanakan
dengan tahapan
mengamati untuk
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
6
Ibid.
17 mengumpulkan
data, mengananalisis
data, menarik
kesimpulan, dan
mengkomunikasikan konsep, prinsip, hukum yang ”ditemukan”.
Pembelajaran adalah kegiatan ilmiah karena itu pendekatan dalam pembelajaran harus memenuhi kriteria ilmiah, seperti berbasis fakta fenomena
dan data, melalui penalaran ilmiah, dapat diuji dengan teori yang diakui. Dengan demikian pembelajaran terhindar dari kegiatan non ilmiah seperti intuisi,
prasangka, penemuan, coba-coba untung-untungan. Pembelajaran adalah proses siswa mengkontruksi konsep, prinsip dan hukum. Pendekatan saintifik
memperlakukan siswa sebagai ”saintis muda” yang menjalankan proses ilmiah untuk ”menemukan” konsep, prinsip dan hukum. Dengan demikian, pembelajaran
tidak sekedar guru mentransfer pengetahuan ”guru memberi tahu”, siswa mengumpulkan pengetahuan dan menghafal.
Adapun langkah pendekatan saintifik yaitu: a.
Mengamati, b.
Menanya, c.
Mengumpulkan informasi, d.
Mengasosiasi, dan e.
Mengkomunikasikan. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran ilmiah yaitu:
Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran
yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau
materi pembelajaran.
18 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pembelajaran berpusat pada siswa itu, dan menghilangkan verbalisme, serta membentuk
student’s self concept. Pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasikan konsep, prinsip dan hukum. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa,
khususnya berpikir tingkat tinggi higher order thingking. Adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip dan hukum yang dikontruksi
siswa dalam struktur kognitifnya. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi. Adapun macam-macam pembelajaran saintifik, yaitu:
Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Discovery
7
Langkah Pembelajaran
Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Dikembangkan Mengamati
Observe Membaca, mendengar,
menyimak, dan melihat tanpa atau dengan alat.
Melatih kesungguhan, kesabaran, ketelitian,
dan kemampuan membedakan informasi
yang umum dan khusus, kemampuan berpikir
analitis, kritis, dedukatif, dan komprehensif.
Menanya Question Ask
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari pada yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati dimulai dari Mengembangkan
kreaktivitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk
critical minds yang perlu untuk hidup cerdas
7
Tim Sanata Dharma Yogyakarta, Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013, Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan, tidak diterbitkan, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma.
19 pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik.
dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan informasi
experiment explore
Melakukan eksperimen Membaca sumber lain
selain buku teks Mengamati objek
kejadian aktivitas Wawancara dengan
narasumber. Mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasikan mengolah informasi
analyze associate Mengelola informasi yang
sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan eksperimen maupun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengelolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan. Mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan.
Mengkomunikasikan Communicate
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa
dengan baik dan benar.
20 Mencipta
Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan
yang baru, dan menemukan yang baru secara original.
Kreaktivitas dan kejujuran serta apresiasi
terhadap karya orang lain dan bangsa lain.
Pembelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah bertujuan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap atau nilai-nilai. Sejarah sebagai
mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai proses perubahan dan berkembangnya masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga
masa kini, oleh karena itu pengajaran sejarah harus mampu mendorong siwa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau
untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang.
C. Prestasi Belajar Sejarah