Model-model Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme

27 kepentingan kebanggaan nasional dan dipaksa untuk mengobarkan semangat cinta tanah air Hill, 1956. Ini berarti hanya menonjolkan salah satu ranah atau hakikat sejarah tertentu, yaitu sebagai suatu kisah. 19 Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran sejarah yang diukur dengan menggunakan instrument tes yang relevan.

D. Model-model Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme

Banyak model dalam pembelajaran sejarah yang mendasarkan diri pada pembelajaran konstruktivisme, yang terdiri dari dua model, yaitu model pembelajaran sejarah berbasis masalah dan pembelajaran interaktif.

a. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

1 Pengertian Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah aktual dan otentik. Siswa diharapkan dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri Arends, 1997. Menurut Jonassen 1999 mengusulkan sebuah model untuk mendesain lingkungan pembelajaran konstruktivis. Model ini menggunakan masalah, 19 Yohanes Rasul Subakti, Tesis , “Pengajaran Sejarah Lingkungan Budaya, dan Sikap Terhadap Nilai- Nilai Kepahlawanan”, Tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jakarta. 28 pertanyaan, atau proyek sebagai fokus lingkungan pembelajaran. Sasarannya adalah siswa menginterpretasikan dan memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, atau menyelesaikan proyek. Kegiatan ini didukung dengan sistem pendukung yang meliputi kasus-kasus terkait, sumber informasi, sarana kognitif, komunikasi atau kolaborasi, dan dukungan sosial atau kontekstual. Kasus-kasus terkait dan sumber informasi mendukung pemahaman masalah dan memberikan gagasan akan solusi yang mungkin. Sarana kognitif membantu siswa menginterpretasi dan menangani aspek-aspek masalah. Komunikasi dan kolaborasi memungkinkan komunitas siswa bernegosiasi dan mengkonstruksi bersama makna-makna yang terkait dengan masalah. Dukungan sosial dan kontekstual membantu siswa dan guru dalam mengimplementasikan lingkungan pembelajaran. Model Jonassen untuk mendesain lingkungan pembelajaran Diadaptasi dari Paradigma Y.R. Subakti. pdf. 2. Komunikasi dan kolaborasi 3. Sarana Kognitif 4. Sumber Informasi 5. Kasus-kasus terkait 6.Permasalahan B.Permodelan A.Topangan C.Bimbingan 29 Dalam model di atas digambarkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara permasalahan yang harus diselesaikan dengan berbagai faktor yang mengelelilinginya. Oleh sebab itu, pembelajaran sejarah sebenarnya harus berkaitan erat dengan kondisi senyatanya dalam kehidupan masyarakat dalam waktu kekinian. Sebab segala sesuatu yang terjadi dalam waktu kekinian merupakan akibat dari waktu yang lalu. Oleh sebab itu, bila pembelajaran sejarah dimulai dari waktu yang lalu, maka dapat terjadi kehilangan hubungan dengan waktu kekinian. Namun, sebaliknya bila dimulai dari waktu kekinian, maka akan dapat digali relevansinya dengan waktu lalu. Guru dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan inkuiri dan intelektual siswa. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inkuiri dan penemuan. Di sini guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Dalam menggunakan metode inquiry yang menjadi inti dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa-siswa dalam pembelajaran sejarah diarahkan ke kegiatan untuk membuat atau mengerjakan sendiri, misalnya ketika membahas materi kerajaan Hindhu-Budha di Indonesia kelas XII IPS semester 1 SMA. Setelah membaca materi, siswa dapat membuat sendiri bagan silsilah raja-raja Majapahit, sehingga bisa mengetahui raja yang 30 mana keturunan Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit dan raja mana yang bukan keturunan pendiri Kerajaan Majapahit. Dari tugas itu, secara otomatis siswa mengetahui juga peristiwa perebutan kekuasaan perang saudara yang pernah terjadi dan muaranya adalah perpindahan pusat kekuasaan atau pusat kerajaan ke beberapa kota di Jawa Timur. Siswa juga dapat diberi tugas menggali silsilah keluarganya sendiri dari penuturan orang tuanya, baik dari keluarga ayah maupun dari keluarga ibu, sehingga mereka mengetuhi cikal-bakal dari mana sebenarnya nenek moyangnya berasal. Masih banyak contoh materi yang dapat menggunakan metode inquiry ini. Pembelajaran menggunakan metode ini perlu dikembangkan, yaitu siswa bekerja dengan menemukan sendiri akar permasalahan yang dipelajari. 2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Sejarah Berdasarkan Masalah a Pengajuan Masalah atau Pertanyaan Pengaturan pembelajaran berdasarkan masalah berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. 20 Menurut Arends 1997, pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Otentik: masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. Dengan kata lain pemecahan masalah harus bersifat multi disiplin. 20 Y. R. Subakti, Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Kontruktivisme. online http:usd.ac.idlembagalppmf1l3Jurnal20Historia20Vitaevol24no1april2010PARADIG MA20PEMBELAJARAN20SEJARAH20YR20Subakti.pdf Download, Jumat, 16 Mei 2014 jam 09:20 31 2. Jelas: masalah dirumuskan dengan jelas, tidak ambigu, artinya tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. 3. Mudah dipahami: masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 4. Luas dan Sesuai dengan Tujuan Pembelajaran: masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 5. Bermanfaat: masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. b Keterkaitannya dengan Berbagai Disiplin Ilmu Masalah yang diajukan dalam Model Pembelajaran Picture and Picture hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu multidisiplin. c Pengkajian atau Analisis yang Otentik Pengkajian atau analisis yang diperlukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah bersifat otentik. Selain itu, pengkajian diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan 32 masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat kesimpulan. d Menghasilkan dan memamerkan hasilkarya Pada pembelajaran berdasarkan masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya atau kajiannya dalam bentuk karya karya tulis atau penyelesaian dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau disusun laporannya. e Kolaborasi Pada pembelajaran berdasarkan masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru. 3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN YANG DILAKUKAN GURU 1. Orientasi siswa pada masalah 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. 2. Mengorganisir siswa dalam belajar. 2. Guru membagi siswa kedalam kelompok. Guru membantu siswam dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas- tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. 3. Membimbing pengkajian atau analisis individual maupun kelompok. 3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan pengkajian untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan 33 model dan membantu mereka membagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

E. Strategi model Picture and Picture dalam pembelajaran sejarah

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture di Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dengan Model Picture and Picture pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Siswa Kelas III SD Negeri Bandungan 01 Kabupaten Semarang Semester II 2014/2015

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Siswa Kelas III SD Negeri Bandungan 01 Kabupaten Semarang Semester II 2014/2015

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Siswa Kelas III SD Negeri Bandungan 01 Kabupaten Semarang Semester II 2014/2015

0 0 26

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Definisi Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS

0 0 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS 2 SMA Kristen Satya Wa

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS 2 SMA Kri

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa X IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

0 1 64