Hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku minum obat

kepatuhan minum obat adalah P= 0,757 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan minum obat.

10. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku minum obat

Hasil analisis dengan menggunakan Pearson correlation didapatkan P tabel 0,589 dengan P Value 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku minum obat anti filaria. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin 1970 dan Green 1991 yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah salah satu faktor pembentuk perilaku manusia. Penyebab utama ketidaksesuaian ini adalah bahwa petugas kesehatan tidak memberikan pendidikan kesehatan secara merata kepada semua kelompok umur. Petugas hanya memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu pengajian dan pertemuan warga. Sedangkan kelompok remaja tidak mendapatkan pendidikan kesehatan dari petugas. Selain itu, petugas tidak memberikan obat secara langsung kepada masyarakat pada waktu obat akan diminum malam hari. Waktu pemberian obat juga menentukan bagaimana sikap dan perilaku masyarakat terhadap obat tersebut, karena jikalau ada sesuatu yang akan ditanyakan, masyarakat bisa langsung bertanya dan petugas bisa langsung memberikan pengarahan. Selain itu, petugas bisa melihat secara langsung ketika masyarakat minum obat yang dibagikan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Bahavior Intention yang dikemukakan oleh Snehedu Kar 1988 dalam Notoatmodjo 2010 yang mengatakan bahwa perilaku dalam kesehatan dipengaruhi oleh niat, dukungan sosial, pengetahuan, otonomi pribadi, dan situasi yang memungkinkan.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini bersifat Retrospektif yaitu mengingat sesuatu yang telah berlalu. Kelemahan dari penelitian ini adalah faktor daya ingat responden yang lemah dan peneliti tidak bisa observasi secara langsung sehingga kemungkinan bias sangat tinggi. 2. Instrumen penelitian: belum adanya standar instrumen terkait pengetahuan dan sikap terhadap filariasis, sehingga kuisioner yang dibuat peneliti memungkinkan banyak ditemukan kelemahan. Instrumen perilaku tidak bisa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, sehingga sangat dimungkinkan hasil bias. 3. Peneliti kurang mendalam dalam mengkaji variabel sikap petugas kesehatan yang seharusnya heterogen, dimasukkan ke dalam homogen sehingga tidak ikut ke dalam variabel yang diteliti. 4. Tidak adanya data dasar dari Puskesmas ataupun dinas kesehatan tentang pencapaian program pencegahan filariasis di RW 2 Kelurahan Pondok Aren, sehingga data yang dipakai adalah data hasil penelitian ini. 84

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Masyarakat RW 2 Kelurahan Pondok Aren adalah suatu komunitas dengan keadaan demografi rata-rata berada pada tingkat yang cukup. Data demografi yang didapatkan dari responden adalah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 70,8, responden berusia dewasa sebanyak 61,5, responden berpendidikan rendah sebanyak 60, responden dengan pendapatan menengah sebanyak 41,5, responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 43,1, responden dengan sikap cukup sebanyak 49,2, dan responden dengan perilaku minum obat anti filaria sebanyak 69,2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan perilaku masyarakat tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan seperti yang telah dipaparkan pada teori Health Belief Model Lewin, 1970 dan Green 1991. Sikap dan perilaku masyarakat RW 2 Kelurahan Pondok Aren cenderung dipengaruhi oleh budaya masyarakat dalam berperilaku kesehatan. Budaya masyarakat di RW 2 menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memilih pengobatan alternatif dalam mendapatkan pengobatan, sehingga telah membentuk suatu sikap anti terhadap obat. Kejadian inilah yang menyebabkan ketidaklancaran program yang dijalankan. Target pencapaian program adalah 100, namun hasil penelitian menunjukkan