Tidak adanya hubungan ini dimungkinkan karena faktor afektif dari responden. Komponen afektif dapat dilihat dari kecenderungan sikap
responden selama hidupnya. Jika orang yang memiliki sikap selalu menolak dengan pengobatan atau program pemberian obat, maka meskipun umur
semakin bertambah, sikap akan tetap cenderung sama karena sikap dan persepsi seseorang akan cenderung stabil dan menetap. Hal ini dapat dilihat
dari terdapatnya lansia yang memiliki sikap kurang terhadap program pencegahan filariasis 1,5.
Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Joni 2008 di Tangerang, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia
dengan kepatuhan responden dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis paru di Pusksesmas Panunggangan Kota Tangerang.
3. Hubungan antara pendidikan dengan sikap
Hasil analisis menggunakan Spearman correlation didapatkan P tabel 0,889 dengan P values 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan sikap. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin 1970 dan Green 1991 yang mengatakan bahwa pendidikan adalah salah
satu komponen pembentuk sikap. Ketidaksesuaian ini dimungkinkan karena belum adanya gejala atau
tanda penyakit yang dilihat preceived Lewin 1954 dalam Notoatmodjo 2010. Dalam teori Health Belief Model, Lewin mengungkapkan bahwa
pendidikan bisa menjadi komponen sikap jika telah mendapatkan suatu
gejala yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Seseorang dengan level pendidikan tinggi, akan cenderung melihat bahwa jika sakit, baru minum
obat. Hal ini tidak sejalan dengan teori Azwar 2013 yang mengatakan
bahwa salah satu komponen pembentuk sikap adalah lembaga pendidikan dan lembaga agama. Teori Azwar menjelaskan bahwa ada enam komponen
pembentuk sikap, dan pendidikan adalah komponen kelima dalam pembentukan sikap.
4. Hubungan antara pendapatan dengan sikap
Hasil analisis dengan menggunakan Pearson correlation didapatkan P tabel 0,574 dengan P Value 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau
tidak adanya hubungan antara pendapatan dengan sikap. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin dan Green yang dipakai pada penelitian ini.
Lewin mengatakan bahwa kelas ekonomi adalah salah satu faktor pembentuk sikap.
Ketidaksesuaian ini dimungkinkan karena tidak adanya biaya yang dikeluarkan saat responden menerima atau menolak program ini. Lewin
1954 dalam Notoatmodjo 2010 mengatakan bahwa masyarakat akan memiliki sikap yang baik jika dapat melihat manfaat yang dikurangi biaya
dalam pengambilan keputusan. Biaya disini memiliki peran yang penting dalam menentukan sikap selanjutnya karena cenderung orang akan merasa
rugi jika telah membayar sesuatu tapi tidak dimanfaatkan. Dalam penelitian