Etiologi dan penularan FILARIASIS

50.000 mikrofilaria per hari ke dalam darah. Nyamuk kemudian menghisap mikrofilaria pada saat menggigit manusia, selanjutnya larva tersebut akan berkembang dalam tubuh nyamuk, dan ketika nyamuk menggigit manusia, larva infektif akan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva akan bermigrasi ke saluran limfe dan berkembang menjadi bentuk dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi setelah 6 bulan-1 tahun setelah terinfeksi dan bisa bertahan 5-10 tahun. Vektor utama filaria adalah nyamuk Anopheles, Culex, Mansonia, dan AedesWidoyono, 2008.

3. Tanda dan Gejala Filariasis

Penderita filariasis bisa tidak menunjukkan gejala klinis asimtomatis. Hal ini disebabkan oleh kadar mikrofilaria yang terlalu sedikit dan tidak terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium atau karena memang tidak terdapat mikrofilaria dalam darah. Apabila menunjukkan gejala, maka yang sering ditemukan adalah gejala akibat manifestasi perjalanan kronik penyakit. Gejala penyakit pada tahap awal fase akut bersifat tidak khas seperti demam selama 3-4 hari yang dapat hilang tanpa diobati, demam berulang, lagi 1-2 bulan kemudian, atau gejala lebih sering timbul bila pasien bekerja terlalu berat. Tahap kedua fase kronis dapat timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak dengan tidak ada luka di badan. Dapat teraba garis seperti urat dan berwarna merah, serta terasa sakit dari benjolan menuju ke arah ujung kaki atau tangan. Gejala terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Cacing akan menyebabkan fibrosis dan penyumbatan pembuluh limfe. Penyumbatan ini akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah yang bersangkutan. Tanda klinis yang sering ditemukan adalah pembengkakan skrotum hidrokel dan pembengkakan anggota gerak terutama kaki elefantiasis. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah Widoyono, 2008.

4. Penatalaksanaan filariasis

Depkes RI melalui Direktorat Jenderal PP dan PL 2007 menentukan jenis obat yang dipakai buat pengobatan filariasis di Indonesia yaitu: 1. Dietilkarbamazin DEC DEC merupakan obat filariasis terpilih terhadap mikrofilaria dan makrofilaria. DEC bersama Albendazol digunakan untuk mengontrol limfatik filariasis, dapat menurunkan mikrofilaria dengan baik selama setahun. Pemberian sekali setahun selama 4-6 tahun bertujuan untuk mempertahankan kadar mikrofilaria dalam darah tetap rendah, sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan. Periode pengobatan ini diperhitungkan dengan masa subur cacing dewasa. 2. Albendazol Albendazole adalah obat yang dapat meningkatkan efek DEC dalam melemahkan dan membunuh mikrofilaria. Albendazole adalah obat yang telah digunakan secara luas sebagai obat cacing usus cacing gelang, kremi, cambuk, dan tambang. Dalam penggunaannya, albendazole jarang menimbulkan efek samping pada pemakaian jangka pendek. Namun jika albendazol digunakan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping berupa mual, nyeri ulu hati, pusing, sakit kepala, diare, keluar cacing, demam, lemas, dan asma.

5. Pencegahan

Menurut Widoyono 2008, angka kejadian filariasis dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu: 1. Pengobatan massal Cara pencegahan penyakit yang paling efektif adalah mencegah gigitan nyamuk pembawa mikrofilaria. Apabila suatu daerah sebagian besar sudah terkena penyakit ini, maka pengobatan massal dengan DEC, Ivermectin, atau albendazol dapat diberikan setahun sekali dengan sebaiknya dilakukan paling sedikit selama lima tahun. WHO 2010 melaporkan bahwa pengobatan secara massal sangat efektif untuk memberantas filariasis. Di Amerika, terdapat 3,4 juta penduduk yang terinfeksi mikrofilaria dan 2,7 juta diantaranya dapat sembuh karena menjalani pengobatan secara massal. Tidak jauh berbeda dengan di kawasan Timur Tengah, filariasis telah menginfeksi sebanyak 550.000 penduduk di Mesir, Sudan, dan Yaman. Dengan adanya pengobatan massal ini, 510.000 penduduk dapat sembuh. Sedangkan di Asia Tenggara, 587 juta penduduk terinfeksi filariasis di tahun 2008. Pengobatan massal di tahun tersebut hanya efektif pada 426 juta penduduk saja. Dari gambaran hasil di atas, pengobatan massal adalah salah satu cara yang efektif untuk memberantas filariasis di dunia apabila semua lapisan masyarakat sadar dan ikut dalam program tersebut. 2. Pengendalian vektor Kegiatan pengendalian vektor adalah pemberantasan tempat perkembangbiakan nyamuk melalui pembersihan got atau saluran pembuangan air, pengaliran air tergenang, dan penebaran bibit ikan pemakan jentik. Kegiatan lainnya adalah menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada ventilasi udara, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk semprot Widoyono, 2008. 3. Peran serta masyarakat Warga masyarakat diharapkan bersedia datang dan mau diperiksa darahnya pada malam hari saat ada kegiatan pemeriksaan darah, bersedia minum obat anti-penyakit kaki gajah secara teratur sesuai dengan ketentuan yang diberitahukan oleh petugas, memberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan penderita filariasis, dan bersedia bergotong royong membersihkan sarang nyamuk atau tempat perkembangbiakan nyamuk.

B. SIKAP

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya baik lingkungan manusia atau masyarakatnya, baik lingkungan alamiahnya, maupun lingkungan fisiknya. Walaupun berada dalam diri seorang individu, sikap biasanya juga dipengaruhi oleh nilai-budaya, dan sering juga bersumber kepada sistem nilai-budaya.Koentjaraningrat, 2004. Sikap adalah cara kita melihat dengan pikiran kita. Seringkali kita melihat atau menilai sesuatu berdasarkan “apa yang biasa kita lihat”atau “apa yang ingin kita lihat”Sugiarto, 2004. Alport 1935 dalam Rusmi 2009 mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu respon atau reaksi seseorang dari suatu stimulus yang diberikan dan akan mendasari seseorang tersebut untuk melakukan sesuatu atau menimbulkan perilaku.