Hubungan antara jenis kelamin dengan sikap masyarakat

ini, masyarakat tidak akan ada kerugian secara material ketika masyarakat menerima obat atau tidak dan minum obat atau tidak, dikarenakan program ini telah ditanggung pemerintah. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Yuliarti 2007 yang mengatakan bahwa dari sampel sebanyak 104 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga dengan penerimaan obat.

5. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap

Hasil analisis menggunakan Pearson correlation didapatkan P tabel 0,270 dengan P Value 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak adanya hubungan pengetahuan dengan sikap. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin 1970 dan Green 1991 yang menjadi dasar penelitian ini. Penyebab yang signifikan dari tidak adanya hubungan ini adalah dalam memberikan pendidikan kesehatan, petugas tidak memberikan menyeluruh kepada semua kelompok umur, melainkan hanya kepada ibu- ibu pengajian dan perkumpulan warga. Sedangkan masyarakat dengan kelompok remaja tidak mendapatkan pendidikan kesehatan dari petugas, melainkan dari sekolah atau media massa. Hal inilah yang membuat tidak sama dan tidak setaranya pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat tentang filariasis dan program pencegahan filariasis ini.

6. Hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku minum obat

Hasil analisis menggunakan Chi square didapatkan bahwa P tabel adalah 0,617 dengan P value 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku minum obat anti filaria. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang mendasari penelitian ini, yakni teori Lewin 1970 dan Green 1991. Lewin mengatakan bahwa jenis kelamin adalah salah satu faktor pembentuk perilaku masyarakat. Becker 1974 dalam Notoatmodjo 2010 memperkirakan bahwa teori Lewin yang menyebutkan bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap perilaku adalah karena dalam kesehariannya, perempuan lebih tunduk dan patuh kepada laki-laki. Laki-laki adalah kepala keluarga yang mempunyai kekuatan, sehingga mempunyai rasa bahwa keputusannya adalah keputusan mutlak. Namun, setelah kemajuan jaman dan terbukanya seluruh aspek pengetahuan terhadap perempuan, hal tersebut semakin berubah. Pada saat ini, perempuan mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki, mempunyai pengetahuan yang sama, dan mempunyai pengaruh yang sama terhadap masyarakat. Hal inilah yang menjadi penyebab ketidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku yang dilakukan. Mechanics 1988 dalam Notoatmodjo 2010 mengatakan bahwa dalam keadaan sakit atau dalam memenuhi kebutuhannya, laki-laki dan perempuan akan melakukan tindakan dan tahapan-tahapan yang sama.