53
2.3 Kerangka Berpikir
Seni Rupa merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah dasar, namun dalam proses pembelajarannya siswa kurang minat
mengikuti pembelajaran tersebut dikarenakan guru kurang variatif dalam menyajikan materi. Kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, dan penugasan, hal ini yang menyebabkan siswa pasif dan bosan, sehingga kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa hanya
mengandalkan guru sebagai sumber belajar, sehinggga proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah. Hal tersebut menyebabkan aktivitas dan hasil belajar Seni
Rupa menjadi kurang maksimal. Guru perlu menggunakan model-model pembelajaran yang beragam, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan siswa
untuk mengikuti pembelajaran SBK. Selain itu dengan adanya model pembelajaran juga dapat mendorong siswa untuk lebih berpartisipasi di dalam
pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mencoba menerapkan teknik modelling dalam pembelajaran SBK
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama pembelajaran. Teknik modeling dipilih karena dalam metode ini, siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah dari guru. Melalui teknik tersebut diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dapat meningkat. Kerangka berpikir dalam penelitian ini tentang membuat karya kerajinan
dapat diskemakan sebagai berikut:
54
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H
01
: Tidak terdapat perbedaan aktivitas belajar pada mata pelajaran SBK materi membuat kerajinan dari kertas siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 5
Kota Tegal antara yang menggunakan teknik modelling dan yang menggunakan metode konvensional µ
1
= µ
2
. Pembelajaran Seni Rupa di SD
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Menggunakan Teknik Modelling
Menggunakan metode pembelajaran konvensional
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Dibandingkan
1. Ada tidaknya perbedaan aktivitas dan hasil belajar yang
pembelajarannya menggunakan
teknik modelling
dan yang
menggunakan metode
konvensional. 2. Lebih efektif mana aktivitas dan hasil belajar yang
pembelajarannya menggunakan teknik modelling dan yang menggunakan metode konvensional.
55 H
a1
: Terdapat perbedaan aktivitas belajar pada mata pelajaran SBK materi membuat kerajinan dari kertas siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 5
Kota Tegal antara yang menggunakan teknik modelling dan yang menggunakan metode konvensional µ
1
≠ µ
2
. H
02
: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran SBK materi membuat kerajinan dari kertas siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 5
Kota Tegal antara yang menggunakan teknik modelling dan yang menggunakan metode konvensional µ
1
= µ
2
. H
a2
: Terdapat perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran SBK materi
membuat kerajinan dari kertas siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 5 Kota Tegal antara yang menggunakan teknik modelling dan yang
menggunakan metode konvensional µ
1
≠ µ
2
. H
03
: Penerapan teknik modelling tidak efektif terhadap aktivitas belajar siswa
kelas IV SD Negeri Randugunting 5 Kota Tegal pada mata pelajaran SBK materi membuat kerajinan dari kertas µ
1
≤ µ
2
. H
a3
: Penerapan teknik modelling efektif terhadap aktivitas belajar siswa kelas
IV SD Negeri Randugunting 5 Kota Tegal pada mata pelajaran SBK materi membuat kerajinan dari kertas µ
1
µ
2
. H
04
: Penerapan teknik modelling tidak efektif terhadap hasil belajar siswa kelas
IV SD Negeri Randugunting 5 Kota Tegal pada mata pelajaran SBK materi membuat kerajinan dari kertas µ
1
≤ µ
2
. H
a4
: Penerapan teknik modelling efektif terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 5 Kota Tegal pada mata pelajaran SBK materi
membuat kerajinan dari kertas µ
1
µ
2
.
56
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi Experimental
. Menurut Sugiyono 2014: 116, “desain ini mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”. Desain quasi experimental memiliki dua bentuk, salah satunya nonequivalent control group
design. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini digunakan karena
kelas eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara random. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai desain Nonequivalent Control Group Design.
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian Keterangan:
O
1
: Keadaan awal kelas eksperimen O
2
: Keadaan akhir kelas eksperimen O
3
: Keadaan awal kelas kontrol O
4
: Keadaan akhir kelas kontrol X
: Perlakuan yang diberikan, yaitu teknik modelling. Sugiyono, 2014: 118.
O
1
X O
2
O
3
O
4