Keterbatasan Penelitian Gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal

76

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Penggunaan metode pengumpulan data dengan food recall 3x24 jam yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut kepada 51 orang siswa menyebabkan penelitian ini tidak dapat menggambarkan variasi makanan dalam jangka waktu panjang dikarenakan variasinya yang sedikit. 2. Kuesioner praktek pemberian makan diberikan kepada seluruh ibu dari siswa tanpa menanyakan terlebih dahulu terkait siapa yang lebih berperan dalam praktek pemberian makan anak setiap harinya. Adanya pengasuh lain dalam praktek pemberian makan menyebabkan hasil ukur dari praktek pemberian makan kurang akurat lantaran tidak semua ibu selalu memberikan praktek pemberian makan secara langsung kepada anaknya. 3. Penggunaan food record untuk ibu siswa memungkinkan terjadinya bias karena ukuran makanan yang berbeda-beda di setiap rumah tangga. Sehingga untuk meminimalisir terjadinya bias, peneliti memberikan beberapa buah gambar makanan, diantaranya makanan pokok, lauk, sayur, buah dan makanan tambahan dengan ukuran tertentu. Meskipun peneliti sudah melakukan penanganan guna meminimalisir terjadinya bias, kesalahan dalam estimasi pengukuran makanan masih mungkin terjadi karena adanya perbedaan ukuran rumah tangga dari setiap rumah tangga. 4. Tidak dijabarkannya makanan tambahan yang dimaksud oleh peneliti, seperti mie instan dan makanan tinggi energi lainnya, memungkinkan adanya bias pada saat ibu mengisi kuesioner yang diberikan. 5. Adanya bias yang mungkin terjadi dari independensi saat pengisian kuesioner yang diisi oleh ibu siswa di rumah tanpa adanya pemantauan langsung dari peneliti. Sehingga pada proses pengisiannya ibu bisa saja dipengaruhi oleh anggota keluarga lain terutama pada kuesioner terkait praktek pemberian makan, ketersediaan makanan dan pengetahuan ibu.

B. Gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal

Angka kecukupan energi yang ditetapkan sejak tahun 2013 bagi anak usia 9 tahun adalah 1850 kal per hari. Sementara bagi anak laki-laki usia 10-12 tahun ditetapkan angka kecukupan energi sebesar 2100 kkal per hari dan 2000 kkal per ditetapkan sebagai angka kecukupan energi bagi anak perempuan usia 10-12 tahun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a. Energi ini dibutuhkan setiap orang untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang terutama bagi siswa sekolah dasar yang membutuhkan energi yang cukup untuk memaksimalkan pertumbuhannya Shetty, 2010. Asupan energi pada anak sangat mempengaruhi laju pembelahan sel serta pembentukan struktur organ-organ tubuh Asydhad dan Mardiah, 2006. Kekurangan energi yang dialami oleh siswa usia sekolah dasar dapat menyebabkan kematian bagi anak bila kekurangan tersebut berlangsung terus- menerus hingga cadangan karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh sudah terpakai seluruhnya Grover dan C.Ee, 2009. Sementara kelebihan energi yang dialami oleh siswa usia sekolah dasar dapat menyebabkan anak memiliki timbunan lemak di bawah jaringan kulit akibat dari energi yang tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan anak mengalami pertambahan berat badan yang jika terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan siswa memiliki berat badan berlebih Asydhad dan Mardiah, 2006. Perhitungan asupan energi dilakukan menggunakan nutrisurvey yang mana data asupan makanan diambil menggunakan 3x24 hours food recall. 3x24 hours food recall dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut maupun dengan 3 hari secara tidak berturut-turut. Namun pengambilan data makanan selama 3 hari berturut-turut hanya bisa menunjukkan variasi yang kecil jika dibandingkan dengan pengambilan data yang tidak dilakukan secara berturut-turut Willet, 2013. Hasil penelitian yang dilakukan di SDIT Al Syukro Universal terhadap 122 orang siswa kelas 5 dan 6 yang memiliki rentang usia 9-12 tahun, menunjukkan bahwa sebanyak 82 siswa 67,2 siswa dapat memenuhi asupan energi sesuai dengan AKG 2013 menurut jenis kelamin dan usianya masing- masing. Sedangkan 40 siswa 33,8 lainnya tidak dapat memenuhi asupan energi sesuai dengan jenis kelamin dan golongan usianya berdasarkan AKG 2013. Ketidaksesuaian asupan energi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah asupan energi siswa yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi, baik kekurangan asupan energi maupun kelebihan asupan energi. Berdasarkan data food recall, diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi anak selama di sekolah yang berasal dari makanan ketering dan jajanan yang dikonsumsi siswa selama berada di sekolah, rata-rata menyumbang 27,38 asupan energi siswa dalam 1 hari. Sementara penelitian yang dilakukan pada pada siswa sekolah dasar usia 9-11 tahun di Manado, menunjukkan hasil sebaliknya, dengan persentase sebanyak 66,3 siswa memiliki asupan energi yang kurang sementara 33,3 lainnya memiliki asupan energi yang kurang dari AKG Mananoru dkk., 2013. Penelitian yang dilakukan di Makassar juga menunjukkan hal serupa dengan 63,3 siswa memiliki asupan yang tidak sesuai dan 36,7 siswa lainnya memiliki asupan energi yang sesuai dengan AKG menurut jenis kelamin dan golongan usianya Yulni dkk., 2013. Lebih banyaknya siswa yang memiliki asupan energi yang sesuai dibandingkan dengan siswa yang memiliki asupan tidak sesuai dimungkinkan terjadi karena adanya perbedaan waktu dalam proses pengambilan data, dimana sebanyak 51 orang siswa diambil data makanannya menggunakan food recall selama 3 hari berturut-turut, sedangkan 71 siswa lainnya diambil data makanannya dalam 3 hari yang tidak berturut-turut. Pengambilan data makanan menggunakan food recall selama 3 hari berturut-turut menghasilkan variasi asupan energi yang kecil sehingga hal tersebut dimungkinkan menjadi salah satu penyebab dari lebih banyaknya siswa dengan asupan yang sesuai. Selain itu, adanya program makan siang di sekolah yang diselenggarakan oleh beberapa jenis ketering dimungkinkan juga menjadi salah satu penyebab siswa memiliki asupan energi yang sesuai. Hal tersebut diperkuat oleh data food recall yang didapat, yang menunjukkan bahwa siswa cenderung mengonsumsi makanan-makanan sumber energi dibandingkan dengan sumber-sumber zat gizi lainnya, sehingga terdapat kemungkinan bahwa siswa yang mengalami gizi kurang atau gizi lebih, diakibatkan oleh adanya kontribusi dari zat gizi lain yang dikonsumsi tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan gizi bagi usianya. Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan food recall juga diketahui bahwa pihak ketering lebih sering menyediakan makanan dalam paket ketering berupa makanan cepat saji seperti nugget, sosis dan daging asap. Jajanan yang tersedia di sekolah juga merupakan jajanan tinggi energi seperti nasi goreng, mie goreng yang dicampur dengan nasi goreng, siomay, bakso, pekmpek, cireng, bubur ayam, nasi uduk, kentang goreng dan minuman manis tinggi energi seperti minuman bubuk yang diseduh dan ditambahkan gula. Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengukur asupan zat gizi menggunakan metode food recall, peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan pengambilan data tidak selama 3 hari berturut-turut. Peneliti lebih baik melakukan pengambilan data food recall selama 3 hari tidak berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang memiliki variasi yang besar agar dapat menggambarkan asupan zat gizi dalam jangka waktu yang cukup panjang.

C. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa