Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa

diberikan pengasuhannya hanya dilakukan langsung oleh ibu, dapat dilakukan pengambilan data praktek pemberian makan kepada ibu, namun apabila anak tidak hanya diasuh oleh ibu, sebaiknya dilakukan pengambilan data kepada orang yang lebih sering menjalankan praktek pemberian makan pada anak.

E. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa

Ketersediaan makanan merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam pembentukan kualitas diet anak Santiago-Torres dkk., 2014. Tersedianya makanan-makanan yang kurang nutrisi namun tinggi energi di rumah, seperti makanan cepat saji yang sering disediakan oleh ibu sebagai bentuk dari kepraktisan dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang berlebihan karena tingginya lemak dari makanan-makanan tersebut. Tingginya asupan energi akibat ketersediaan makanan cepat saji juga menunjukkan adanya asupan yang rendah dari makanan-makanan kaya nutrisi lainnya seperti sayur dan buah Boutelle dkk., 2007. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki asupan energi yang tidak sesuai sebanyak 19 siswa 36,5 dibandingkan dengan siswa dengan ketersediaan makanan yang baik. Hasil analisis chi square menunjukkan siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki risiko sebesar 1,343 kali untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan ketersediaan makanan yang baik. Risiko ini berbeda-beda setiap individu, perbedaan risiko tersebut dapat dilihat dari interval nilai CI sebesar 0,627 kali sampai 2,877 kali. Menurut peneliti, hasil tersebut didapatkan karena banyak ibu yang menyediakan makanan cepat saji untuk anaknya di rumah. Selain itu, banyak pula ibu yang memilih makanan padat energi sebagai makanan selingan bagi anak mereka yang mana hal tersebut dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Hal tersebut diperkuat oleh teori yang mengatakan bahwa makanan yang selalu tersedia di rumah akan mempengaruhi asupan makanan anak dan keseluruhan kualitas dietnya Santiago-Torres dkk., 2014. Tingginya konsumsi makanan yang padat energi menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Hasil analisis chi square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,572. Hasil penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan tersebut juga menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan hipotesis teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa ketersediaan makanan berhubungan dengan asupan energi anak. Analisis yang dilakukan terhadap survei di Amerika Serikat juga menemukan bahwa anak lebih dipengaruhi oleh makanan yang tersedia di luar rumahnya, termasuk lingkungan sekolah dan lingkungan tempat anak biasa menghabiskan waktunya dibangingkan dengan makanan yang tersedia di rumah Poti dan Popkin, 2011. Namun hipotesis adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi anak dapat dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan di Australia yang menemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan yang baik di rumah dengan asupan energi anak Campbell dkk., 2013. Perbedaan hasil yang ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di Australia dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah adanya perebedaan cara ukur, dimana pada penelitian yang dilakukan di Australia, sampel melaporkan makanan yang disediakan selama proses penelitian berlangsung, sementara pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sampel diminta untuk mengingat makanan yang disediakannya selama satu minggu terakhir, sehingga cara pengukuran tersebut memiliki risiko untuk terjadi bias yang lebih besar karena terdapat kemungkinan sampel lupa akan makanan yang disediakannya selama satu minggu terakhir. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa ketersediaan makanan tambahan seperti kue kering, soda dan makanan serta minuman manis lainnya yang padat energi menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran Santiago-Torres dkk., 2014. Perbedaan lokasi penelitian merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan dalam hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian yang dapat membuktikan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dan asupan energi siswa. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi pada penelitian ini disebabkan oleh perbedaan proporsi yang kecil antara siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang baik di rumah namun memiliki asupan energi yang tidak sesuai. Selain itu, ketersediaan makanan yang dihitung dalam penelitian ini hanyalah ketersediaan makanan di rumah, peneliti tidak menghitung ketersediaan makanan di lingkungan anak selain di rumah, seperti di sekolah atau tempat- tempat dimana anak banyak menghabiskan waktu. Tidak dihitungnya ketersediaan makanan di luar rumah tersebut dimungkinkan menjadi salah satu penyebab tidak ditemukan adanya hubungan ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa. Karena berdasarkan data food recall yang dikumpulkan oleh peneliti, diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi anak di luar rumah, baik makanan yang didapat dari ketering, jajanan yang dikonsumsi di sekolah dan di tempat anak menghabiskan waktu selain di rumah, seperti di tempat les, menyumbang 27,38 asupan energi siswa dalam 1 hari. Penyebab lain yang dimungkinkan menjadi penyebab tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa adalah tidak dijabarkan seluruh makanan dengan spesifik, makanan cepat saji seperti mie instan dimasukkan peneliti ke dalam kategori makanan tambahan, namun tidak disebutkan secara spesifik. Penjabaran yang tidak spesifik tersebut memungkinkan adanya bias lantaran ibu tidak mengetahui bahwa makanan cepat saji seperti mie instan tersebut termasuk ke dalam jenis makanan tambahan dalam kuesioner. Penyebab lainnya tidak ditemukan adanya hubungan antara ketersediaan makanan dengan asupan energi anak adalah adanya penggolongan kategori ketersediaan makanan ke dalam 2 buah kategori sehingga ketersediaan makanan tidak tergambarkan dengan baik. Sebaiknya penggolongan ketersediaan makanan dibagi menjadi 3 buah kategori, yaitu kurang, cukup dan lebih agar ketersediaan makanan bisa tergambar dengan baik. Penggabungan asupan energi lebih dan asupan energi kurang juga dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak ditemukannya hubungan antara dua variabel tersebut. Untuk mengurangi adanya asupan energi yang tidak sesuai, sebaiknya ibu menyediakan makanan yang kaya akan zat gizi lainnya. Ibu sebaiknya mengurangi penyediaan makanan yang padat salah satu zat gizi, seperti makanan cepat saji yang padat energi. Ibu disarankan untuk lebih banyak menyediakan makanan seperti sayur dan buah atau makanan selingan yang diolah menggunakan bahan-bahan tersebut yang juga memiliki kandungan zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral yang juga dibutuhkan oleh anak untuk membantu proses pertumbuhannya. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya menghitung ketersediaan makanan selain di rumah, sehingga dapat terlihat dengan lebih jelas hubungan antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih menjabarkan jenis- jenis makanan yang dimaksud di dalam kuesioner untuk mengurangi adanya kesalahan dalam pengumpulan data. F. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku orang tersebut mengenai suatu objek karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek yang dimaksud. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki dorongan lebih untuk menyediakan makanan bergizi yang dapat mencukupi kebutuhan anaknya. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang, maka pilihan jenis, jumlah dan cara pengolahan makanan yang dikonsumsi pun akan semakin diperhatikan Sediaoetama, 2008. Ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki cara pengaturan makanan yang tidak seimbang bagi anaknya. Ibu dengan pengetahuan yang kurang tersebut cenderung membebaskan anak untuk mengonsumsi makanan yang diinginkan oleh anaknya sehingga anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi menurut usianya Sherry dan Dietz, 2005. Hasil penelitian juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak ibu dengan pengetahuan yang kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik dengan jumlah sebanyak 24 ibu yang berpengetahuan kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai. Hasil analisis juga menunjukkan ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki risiko sebesar 2,014 kali untuk memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran. Besar risiko yang dimiliki oleh siswa dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik ini beragam, mulai dari 0,933 kali hingga 4,347 kali untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan ibu yang berpengetahuan baik. Berdasarkan hasil analisis chi square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,109. Hasil penelitian yang dilakukan di Mesir pada tahun 2013 juga tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa El-Nmer dkk., 2014. Kesamaan hasil penelitian antara penelitian yang dilakukan di Mesir dengan penelitian yang dilakukan peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya kesamaan karakteristik usia sampel yang mirip serta berasal dari satu sekolah yang sama. Namun penelitian yang dilakukan di Oman dapat menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi anak Al- Shookri dkk., 2011. Adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan di Oman dikarenakan adanya perbedaan metode yang digunakan dalam pengambilan data asupan energi. Penelitian yang dilakukan di Oman menggunakan FFQ sebagai metode pengambilan data, sementara penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan food recall sebagai metode pengambilan data asupan energi anak. Tidak ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa terjadi karena jumlah ibu yang berpengetahuan kurang baik dan memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda dengan ibu berpengetahuan baik namun memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada sampel penelitian ini, banyak pula ibu yang berpengetahuan baik namun tidak dapat menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi anaknya. Sehingga bagi ibu dengan pengetahuan yang kurang baik disarankan untuk meningkatkan lagi pengetahuannya terkait jumlah, jenis, cara olah dan frekuensi makan yang sesuai dengan kebutuhan energi anak serta bagi ibu dengan pengetahuan yang sudah baik, disarankan untuk bisa mengaplikasikan pengetahuannya agar bisa menjaga asupan anak sesuai dengan angka anjuran kecukupan energi sesuai jenis kelamin dan usianya. Arus informasi yang cepat dan mudah diakses diharapkan dapat membantu ibu dalam peningkatan pengetahuan guna memperbaiki asupan energi anak. Selain itu pihak sekolah dapat membantu ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar asupan energi anak juga menjadi lebih baik dan sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi. Pihak sekolah juga dapat membantu ibu dengan memberikan informasi terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sesuai dengan golongan usianya dan asupan gizi terutama asupan energi yang sesuai dengan anak sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Pemberian informasi tambahan kepada ibu dapat diberikan melalui kelas parenting yang dilaksanakan pada saat pembagian rapor dengan alat bantu leaflet atau modul yang berisi materi yang diberikan.

G. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa