Bentuk aturan dalam praktek pemberian makan yang ditetapkan oleh ibu adalah dengan memberikan tuntutan-tuntuan bagi anak yang
dimaksudkan untuk mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas anak mereka melalui pengawasan, aturan atau bentuk dan upaya disiplin yang
dibangun oleh orang tua Berge dkk., 2010. Aturan yang diberlakukan selama praktek pemberian makan berlangsung ini juga merupakan respon
dari perlakuan lingkungan terhadap tujuan orang tua untuk anak Birch dan Ventura, 2009.
Praktek pemberian makan yang terjadi ini dapat menciptakan anak yang memiliki asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi pada
usianya. Ketidaksesuaian tersebut didapat dari kombinasi makanan dengan porsi yang kurang tepat Birch dan Ventura, 2009. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa macam praktek pemberian makan yang dilakukan oleh orang tua khususnya ibu Blissett, 2011.
Macam-macam bentuk aturan praktek pemberian makan yang diterapkan oleh orang tua dan dapat menyebabkan anak memiliki asupan
energi yang tidak sesuai Birch dan Ventura, 2009, antara lain: a. Memberi makan secara berkala
b. Memberi makan dengan porsi yang kurang tepat c. Memberi makan makanan yang tidak beragam
d. Memberi makan sebagai respon dari menangis atau merasa tertekan e. Memberi makan saat makanan tersedia meskipun anak tidak lapar.
Selain macam-macam praktek pemberian makan tersebut, terdapat pula beberapa macam praktek pemberian makan lainnya yang dapat
menyebabkan anak memiliki asupan yang kurang tepat. Praktek pemberian makan tersebut, antara lain praktek pemberian makan yang
dilakukan dengan memberlakukan peraturan ketat tentang konsumsi makanan, dimana anak harus makan tepat pada waktunya yang bisa
disebut dengan praktek pemberian makan otoriter. Ada pula praktek pemberian makan yang berwibawa biasanya memberikan pelajaran kepada
anak terkait asupan makannya yang dikombinasikan dengan negosiasi dan kehangatan yang diberikan oleh orang tua selama waktu makan. Praktek
pemberian makan permisif biasanya tidak memberlakukan aturan dalam waktu makan anak tanpa memberikan pelajaran terkait kualitas dan
kuantitas makanan anak dan tidak pernah melarang anaknya untuk makan selagi makanan masih tersedia Blissett, 2011. Pada anak, kontrol
berlebihan pada waktu, jumlah dan jenis makanan yang dimakan akan membuat anak mengabaikan rasa laparnya dan dapat mendorong anak
untuk meningkatkan asupan zat gizinya Birch, 1992. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan terhadap
orang latin dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa Arredondo dkk.,
2006. Namun terdapat pula penelitian prospektif yang tidak dapat menemukan adanya hubungan antara praktek pemberian makan dengan
asupan energi siswa. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
kebiasaan makan orang tua memberikan pengaruh lebih besar terhadap asupan energi siswa dibandingkan dengan praktek pemberian makan
karena anak memiliki kecenderungan untuk mengimitasi kebiasaan yang dimiliki oleh ibunya termasuk kebiasaan dalam konsumsi energi Dickens
dan Ogden, 2014. Ibu dengan anak yang memiliki kebiasaan memilih makanannya
merasa anaknya tersebut butuh lebih banyak kontrol eksternal untuk menjaga agar asupan makanannya tetap sesuai dengan kebutuhan. Bagi
ibu yang bekerja, kontrol tersebut dipercayakan kepada pengasuh atau orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya selama ibu bekerja
Gubbels dkk., 2011. Orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya tersebut terkadang tidak bisa memberikan kontrol yang ketat kepada anak
dibandingkan dengan ibu yang mengontrol langsung asupan anaknya Gubbels dkk., 2011.
Praktek pemberian makan juga dipengaruhi oleh perbedaan emosi yang dimiliki anak serta kemampuan anak dalam hubungan sosial dengan
pengasuh yang dimilikinya Ruel dan Arimond, 2003. Karakteristik anak tersebut dapat mempengaruhi keefektifan praktek pemberian makan pada
anak. Karakteristik yang dimiliki oleh pengasuh yang menjalankan praktek pemberian makan pada anak juga turut mempengaruhi keefektifan
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh ibu dalam praktek pemberian makan anak Ruel dan Arimond, 2003.
Praktek pemberian makan ini dapat diukur dengan kuesioner terkait praktek pemberian makan yang terdiri dari beberapa pernyataan
yang diisi oleh ibu. Salah satu contoh pernyataan kuesioner yang dijadikan alat ukur praktek pemberian makan adalah: saya melarang anak untuk
tidak makan banyak makanan yang manis-manis. Pilihan jawaban yang diberikan adalah selalu, sering, kadang, jarang dan tidak pernah Birch
dkk., 2001.
3. Ketersediaan Makanan