kecukupan energi sesuai jenis kelamin dan usianya. Arus informasi yang cepat dan mudah diakses diharapkan dapat membantu ibu dalam peningkatan
pengetahuan guna memperbaiki asupan energi anak. Selain itu pihak sekolah dapat membantu ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar asupan energi
anak juga menjadi lebih baik dan sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi. Pihak sekolah juga dapat membantu ibu dengan memberikan informasi
terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sesuai dengan golongan usianya dan asupan gizi terutama asupan energi yang sesuai dengan anak sesuai
dengan jenis kelamin dan usianya. Pemberian informasi tambahan kepada ibu dapat diberikan melalui kelas parenting yang dilaksanakan pada saat pembagian
rapor dengan alat bantu leaflet atau modul yang berisi materi yang diberikan.
G. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Ibu dengan kebiasaan memiliki asupan energi yang tidak sesuai, memiliki pengaruh yang cukup besar bagi anak untuk memiliki asupan energi yang juga
tidak sesuai dengan ajuran. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan dan praktek makan ibu sangat kuat dalam memberikan pengaruh kepada asupan makanan
anak. Selama masa kanak-kanak, asupan ibu seperti lemak, karbohidrat dan energi memberikan 23-97 varians asupan ketiga zat gizi tersebut pada anak. Pengaruh
dalam hal kesamaan asupan energi ini terjadi lebih kepada hasil dari pengamatan kebiasaan orang tua dibandingkan dengan hasil genetik yang diturunkan orang tua
kepada anaknya Sherry dan Dietz, 2005. Hasil penelitian juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak ibu
dengan asupan energi yang kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang
tidak sesuai pula dengan jumlah sebanyak 31 ibu 44,9 dibandingkan dengan ibu yang memiliki asupan energi yang sesuai. Banyak aspek yang dapat
menyebabkan asupan ibu mempengaruhi asupan energi anak. Pertama, sejak dini ibu merupakan pembuat keputusan bagi jumlah dan jenis makanan yang di beli
dan disajikan baik di rumah maupun di luar rumah. ibu sering merencanakan dan menyiapkan makanan utama, makanan ringan dan serta cara pengolahan makanan
yang dapat mempengaruhi asupan energi dari anak mereka. Selanjurnya, ibu menjadi panutan anak dalam konsumsi energi dan pengeluaran energi. Anak
melihat sekelilingnya untuk mempelajari persepsi dari kebiasaan-kebiasaan orang lain. Pada kasus asupan energi, hal tersebut dapat dikatakan bahwa anak
mengimitasi perilaku makan ibunya dalam hal jenis, jumlah, frekuensi, waktu makan serta durasi dalam sekali makan White, 2006.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki asupan yang tidak sesuai memiliki risiko sebesar 3,988 kali untuk memiliki anak dengan
asupan energi yang tidak sesuai pula. Namun besarnya risiko tersebut berbeda- beda untuk setiap individu, sampel ibu dengan asupan energi yang tidak sesuai
dalam penelitian ini memiliki risiko untuk memiliki anak dengan asupan yang tidak sesuai mulai dari 1,688-9,423 kali dibandingkan dengan ibu dengan asupan
energi yang sesuai. Kebiasaan makan pada usia anak-anak sangat merefleksikan kebiasaan
ibu. Contohnya penelitian yang dilakukan di Australia menemukan bahwa ibu dengan konsumsi buah dan sayur sedikit, memiliki anak yang banyak
mengonsumsi makanan tinggi energi Hendrie dkk., 2012. Hal tersebut terjadi
karena anak mencontoh perilaku makan ibunya yang lebih memilih makanan tinggi energi dibandingkan dengan makanan yang kaya akan nutrisi lainnya
Hendrie dkk., 2012. Kebiasaan makan ibu dalam hal pemilihan jenis makanan yang tinggi energi, kuantitas makanan yang dikonsumsinya serta frekuensi makan
makanan tinggi energi tersebut yang kemudian dicontoh oleh anak dan dapat mempengaruhi asupan energi anak Santiago-Torres dkk., 2014.
Berdasarkan hasil analisis chi square ditemukan adanya hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa yang ditujukkan oleh nilai p
sebesar 0,002. Sehingga dapat dikatakan bahwa peneliti berhasil membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi anak. Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat juga menunjukkan hasil yang sama dengan
menemukan adanya hubungan antara asupan ibu dengan asupan anak Hanson dkk., 2004. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan bermakna antara
asupan energi harian ibu dengan asupan energi harian anak laki-laki dan perempuan dengan nilai p sebesar 0,01 untuk anak perempuan dan nilai p sebesar
0,04 untuk anak laki-laki. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa asupan makanan ibu dapat
mempengaruhi asupan anak karena adanya paparan berulang dari ibu selama praktek makan bersama. Paparan berulang ini menyebabkan anak memiliki
asupan makanan yang sama dengan kebiasaan dari ibunya, anak akan memiliki selera makan yang sama mulai dari jenis makanan yang dipilih hingga jumlah
makanan yang dikonsumsinya Santiago-Torres dkk., 2014.
Lebih jauh lagi, penelitian prospektif membuktikan bahwa asupan energi anak yang tidak sesuai dengan anjuran tersebut didapatkan dari kebiasaan makan
ibu yang juga tidak sesuai dengan dengan anjuran AKG 2013 menurut golongan usia mereka Dickens dan Ogden, 2014. Pada penelitian yang dilakukan oleh
peneliti juga diketahui bahwa distribusi ketidaksesuaian asupan energi, baik asupan energi anak maupun ibu, paling banyak disumbangkan oleh anak dan ibu
dengan asupan energi yang kurang dari AKG 2013. Banyaknya ibu yang memiliki asupan energi yang kurang terjadi akibat adanya kecenderungan ibu untuk
menjaga berat badan dan memilih makanan yang dikonsumsinya Arganini dkk., 2012. Rendahnya asupan energi akibat pilihan jenis, jumlah dan frekuensi
makanan yang dipilih ibu dimungkinkan menyebabkan anak mengikuti pilihan tersebut sehingga asupan energi yang dimiliki anak juga kurang dari anjuran AKG
2013. Penelitian lainnya juga menemukan adanya pola penyelarasan asupan
energi dari anak yang terbentuk dari orang tua dengan asupan energi yang tidak sesuai. Pola penyelarasan tersebut terbentuk dari anak yang melihat kebiasaan
orang tuanya dalam mengonsumsi makanan padat energi namun tidak kaya akan nutrisi lainnya Dickens dan Ogden, 2014. Namun, ditemukan pula pola dimana
orang tua dengan kebiasaan makan makanan kaya nutrisi dapat memiliki anak dengan kebiasaan yang berbeda yang kemudian menyebabkan anak memiliki
asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran Dickens dan Ogden, 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun kebiasaan makan ibu memberikan peran
penting dalam membentuk kebiasaan makan anak yang kemudian terlihat dari
jumlah asupan energi yang dikonsumsi, kebiasaan tersebut juga merupakan respon dari aksi dan reaksi yang dialami oleh anak selama dia membentuk
kebiasaan makannya tersebut. Untuk itu, dibutuhkan pemberian informasi tambahan kepada ibu terkait
pola makan yang baik untuk mengubah kebiasaan asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran tersebut. Perubahan kebiasaan asupan energi yang dilakukan oleh
ibu diharapkan dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam kebiasaan makan dan pilihan makanannya sehingga asupan energi anak juga mengalami perbaikan.
Pihak sekolah dapat memberikan materi tambahan kepada anak terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan menurut usia ibunya serta makanan yang
sebaiknya dikonsumsi dan sebaiknya dihindari oleh siswa dan ibu mereka untuk kemudian di praktekkan oleh anak di rumah agar asupan energi mereka sesuai
dengan AKG.
H. Hubungan Interaksi dengan Teman dengan Asupan Energi Siswa