20 pada masyarakat guna membangun dan menentukan proses pendidikan
yang demokratis. Secara mikro terdapat 3 unsur praksis pendidikan demokrasi yakni
a. Pendidikan yang membebaskan
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya membebaskan manusia dari kebodohan serta menumbuhkan sikap yang penuh toleransi terhadap
perbedaan tanpa mengurangi kadar keyakinan dalam beragama. Menjadi penganut agama masing-masing dengan baik dapat
menyumbang keberhasilan untuk membentuk masyarakat demokrasi sebab tidak ada ajaran agama yang mengajarkan permusuhan terhadap
sesama. Pendidikan demokrasi hendaknya mengembangkan potensi masing-masing warga negaranya agar menjadi manusia yang
produktif, berguna bagi diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara.
b. Pendidikan yang mencerdaskan
Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses memberikan kemampuan atau kompetensi untuk mengambil pilihan yang terbaik.
Manusia yang tidak cerdas cenderung terbatas pemikirannya, tidak toleran terhadap perbedaan-perbedaan di masyarakat. Manusia yang
cerdas cenderung selalu menimbang pendapat orang lain untuk mencari pilihan terbaik. Oleh sebab itu pendidikan demokrasi dituntut
untuk mencerdaskan setiap peserta didiknya.
21 c.
Manusia yang bermoral Manusia yang cerdas perlu dibekali dengan nilai moral yakni nilai
mengenai baik dan buruknya suatu tindakan. Masyarakat Indonesia membutuhkan moral yang berpedoman pada nilai-nilai pancasila
sebab nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat membangun masyarakat demokrasi di Indonesia. Proses pendidikan hendaknya
juga mengacu pada nilai-nilai pancasila, dengan demikian moral yang menjadi dasar perilaku yang baik adalah menghayati substansi nilai-
nilai demokrasi seperti sikap sosial, sikap toleransi, saling menghormati, menghargai perbedaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan demokrasi merupakan salah satu pilar dalam mengembangkan masyarakat
yang demokratis. Terdapat tiga unsur pendidikan yang demokrasi yakni pendidikan yang membebaskan, pendidikan yang mencerdaskan dan
pendidikan moral.
B. Implementasi Nilai Demokrasi di Sekolah
Dalam mengimplementasikan nilai demokrasi di sekolah terdapat 2 cara yang bisa dilakukan yaitu:
1. Melalui Kegiatan Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala 2006: 61, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pendidik yang baik akan melakukan komunikasi dua arah atau timbal balik
22 dan memancing siswa untuk belajar secara aktif sehingga dapat terjadi
proses komunikasi yang diinginkan. Masih dalam bukunya Syaiful Sagala 2006: 61, pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Nilai yang baru tersebut salah satunya adalah nilai demokrasi.
Menurut Mukhamad Murdiono 2013: 20, pembelajaran merupakan suatu instruksional yang komplek. Suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dilihat dari segi siswa pembelajaran merupakan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor agar menjadi lebih baik. Kemampuan kognitif dapat berupa penguasaan siswa terhadap beberapa
mata pelajaran. Komponen afektif mencerminkan nilai-nilai yang menjadi acuan bagi siswa dalam bersikap. Komponen psikomotor dapat berupa
keterampilan atau perilaku yang dimiliki peserta didik. Peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa menunjukan bahwa ia telah melakukan
pembelajaran. Sri
Narwanti 2011:
67, mengungkapkan
bahwa dalam
mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang memuat nilai demokrasi dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan salah satunya adalah kegiatan
pembelajaran. Penerapan
nilai-nilai karakter
pada pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat, yaitu pembelajaran yang mengajak peserta didik menghubungkan materi yang dipelajari
dengan kejadian nyata. Sri Narwanti 2011: 67, juga menggungkapkan
23 bahwa ciri pembelajaran yang menerapkan nilai demokrasi adalah 1
Suasana Pembelajaran dikelas yang dialogis dan Interaktif antara guru dan siswa maupun antar siswa, 2 Keterlibatan semua peserta didik secara aktif
selama kegiatan pembelajaran, 3 Menghargai setiap pendapat peserta didik.
Zamroni 2013: 23, berpendapat bahwa dalam menanamkan nilai-nilai di sekolah harus memperhatikan beberapa aspek yang salah satunya adalah
aspek pembelajaran demokratis. Pembelajaran yang demokrasi harus menyampaikan pesan dan isi yang bermakna. Materi dalam pembelajaran
harus berbobot teoritis dan dipadukan dengan realitas masyarakat sekitar sehingga dapat mendorong
critical thinking
dan kemauan mempraktikan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, berupa kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Pembelajaran juga merupakan kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai-nilai yang baru.
Proses pembelajaran
yang dapat
digunakan untuk
mengimplementasikan nilai-nilai yang salah satunya adalah nilai demokrasi. Pembelajaran yang mengimplementasikan nilai demokratis
harus memenuhi beberapa aspek yaitu pembelajaran harus menyampaikan pesan dan isi yang bermakna. Materi dalam pembelajaran harus berbobot
teoritis dan dipadukan dengan realitas masyarakat sekitar sehingga dapat