IMPLEMENTASI NILAI DEMOKRASI DI SD MUHAMMADIYAH GANTIWARNO KLATEN.

(1)

i

IMPLEMENTASI NILAI DEMOKRASI DI SD MUHAMMADIYAH GANTIWARNO KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Tera Paramita NIM 12108241033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Kebebasan adalah martabat kita sebagai manusia (Hendra Nurtjahyo)

Kita tidak pernah tahu baik buruknya seseorang yang perlu kita tahu hanya berbuat baik kepada setiap orang.

(Tera Paramita)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Allah SWT pemilik segala ilmu. 2. Bapak dan ibuku tercinta


(7)

vii

IMPLEMENTASI NILAI DEMOKRASI DI SD MUHAMMADIYAH GANTIWARNO KLATEN

Oleh Tera Paramita NIM 12108241033

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. Kajian dalam penelitian ini membahas tentang implementasi nilai demokrasi melalui kegiatan pembelajaran dan implementasi nilai demokrasi di luar kegiatan pembelajaran.

Pendekatan penelitian ini kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian menggunakan teknik purposive yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas 3b,5b, perwakilan siswa kelas 3b,5b. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analisis data Miles dan Huberman yaitu mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan. Teknik keabsahan data adalah triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan implementasi nilai demokrasi di dalam kegiatan pembelajaran adalah guru mengintegrasikan nilai demokrasi dalam mata pelajaran, materi pembelajaran yang mengaktifkan siswa, menumbuhkan rasa toleransi, menghargai antar teman. Implementasi nilai demokrasi di luar kegiatan pembelajaran dilakukan dengan kegiatan rutin upacara bendera, piket kelas dan Sholat Dhuha. Kegiatan spontan berupa kunjungan mahasiswa asing sebagai upaya menghargai budaya negara lain. Kegiatan keteladanan parents volunteers, rapat rutin evaluasi dan penyelesaian masalah siswa dengan musyawarah. Kegiatan pengkondisian ruang kelas, papan bintang, kegiatan afektif dan outbond for leadership. Kegiatan ekstrakulikuler tapak suci dan Hisbul Wathan yang mengajarkan siswa berlaku sportif ketika bertanding.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Implementasi Nilai Demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan guru sekolah dasar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Fathurrohman, M.Pd., dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala sekolah, guru, dan siswa di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. 6. Bapak dan ibuku tercinta yang telah memberikan do‟a dan dukungan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu selama masa studi penulis.

8. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal dan budinya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Fokus Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Nilai Demokrasi ... 9

1. Pengertian Nilai ... 9

2. Pengertian Demokrasi ... 12

3. Kajian Nilai Demokrasi ... 16

4. Pendidikan Demokrasi ... 19

B. Implementasi Nilai Demokrasi di Sekolah ... 21

1. Melalui Kegiatan Pembelajaran ... 21

2. Melalui Kegiatan di Luar Pembelajaran ... 25

C. Karakteristik Anak SD ... 30


(11)

xi

2. Perkembangan Motorik ... 31

3. Perkembangan Moral ... 32

4. Perkembangan Emosi ... 32

5. Perkembangan Sosial ... 33

D. Kerangka Pikir ... 33

E. Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 40

2. Wawancara ... 40

3. Dokumentasi ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

1. Pedoman Wawancara ... 42

2. Pedoman Observasi ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 43

1. Reduksi Data ... 45

2. Penyajian Data ... 44

3. Penarikan Kesimpulan ... 44

G. Teknik Keabsahan Data ... 45

4. Triangulasi Sumber ... 45

5. Triangulasi Teknik ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 46

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Implementasi Nilai Demokrasi Melalui Kegiatan Pembelajaran ... 49

a. Pengertian Nilai Demokrasi ... 49

b. Pentingnya Nilai Demokrasi ... 50


(12)

xii

2. Implementasi Nilai Demokrasi Melalui Kegiatan di Luar Pembelajaran 64

a. Kegiatan Rutin ... 64

b. Kegiatan Spontan ... 70

c. Kegiatan Keteladana ... 72

d. Kegiatan Pengkondisian ... 75

e. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 78

D. Pembahasan ... 82

1. Implementasi Nilai Demokrasi dalam Kegiatan Pembelajaran ... 82

a. Pengertian Nilai Demokrasi ... 82

b. Pengimplementasian Nilai Demokrasi dalam Pembelajaran ... 84

2. Implementasi Nilai Demokrasi dalam Kegiatan di Luar Pembelajaran .. 87

a. Kegiatan Rutin ... 87

b. Kegiatan Spontan ... 88

c. Kegiatan Keteladana ... 90

d. Kegiatan Pengkondisian ... 91

e. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 92

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel1. Data Jumlah Guru dan Karyawan di SD Muhammadiyah

Gantiwarno ... 47 Tabel 2. Data Jumlah Siswa di SD Muhammadiyah Gantiwarno ... 47


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Model Interaktif Miles & Huberman ... 43

Gambar 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 53

Gambar 3. Pembelajaran Matematika Permainan Memancing Soal ... 56

Gambar 4. Kegiatan Diskusi Siswa ... 57

Gambar 5. Kesepakatan Kelas 3b dan 5b... 59

Gambar 6. Papan Bintang ... 62

Gambar 7. Jadwal Piket dan Jadwal Imam ... 67

Gambar 8. Kesepakatan kelas yang memuat aturan sholat dhuha ... 68

Gambar 9. Notulen Rapat tentang Penghargaan Karakter ... 68

Gambar 10.Kunjungan Mahasiswa asing Vietnam, India, Malaysia ... 71

Gambar 11.Daftar Hadir Rapat ... 73

Gambar 12.Dokumen Foto kegiatan Parents Voulunteers ... 74

Gambar 13.Kegiatan outbond for leadership, life skill, dan sholat dhuha ... 77


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 101

Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 102

Lampiran 3. Catatan Lapangan ... 111

Lampiran 4. Transkip Wawancara ... 130

Lampiran 5. Analisis Hasil Wawancara ... 156

Lampiran 6. Hasil Observasi ... 175

Lampiran 7. Analisis Data Hasil Observasi ... 190

Lampiran 8. Triangulasi Data Hasil Penelitian ... 195

Lampiran 9. Dokumentasi ... 201

Lampiran 9. Silabus Bahasa Indonesia kelas 3 ... 203

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 210

Lampiran 11. Peraturan Kelas ... 222

Lampiran 12. Brosur SD Muhammadiyah Gantiwarno ... 223


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Sejak dahulu sesungguhnya bangsa Indonesia telah mempraktikan ide demokrasi meskipun masih pada tingkat yang sederhana dan belum mencakup demokrasi dalam tingkat kenegaraan. Demokrasi pada masa itu sering disebut dengan demokrasi desa atau demokrasi asli yang diwujudkan dengan kegiatan rapat rembug desa, gotong-royong, pemilihan kepala desa dan lain-lain. Pada masa modern ini Indonesia telah mengembangkan sistem demokrasi yang telah disesuaikan dengan perkembangan di era global.

Pemerintahan demokrasi di era global ini tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung dengan kultur demokratis oleh warga negaranya. Guna mewujudkan negara dengan budaya demokratis dibutuhkan penanaman nilai-nilai demokrasi sejak dini, dimulai dari pendidikan salah satunya pada tingkat sekolah dasar. Penanaman nilai-nilai demokratis pada tingkatan pendidikan dasar diharapkan mampu membina dan mewujudkan generasi penerus bangsa yang memiliki pengetahuan, menjunjung tinggi budaya demokrasi yang berlandaskan budaya bangsa Indonesia.

Pada umumnya demokrasi adalah salah satu faham yang mengutamakan kesetaraan antara hak dan kewajiban sebagai warga negara. Demokrasi juga menjunjung tinggi toleransi antar sesama manusia baik yang berbeda suku, ras, agama bahkan status sosial. Menurut Winarno (2008: 111), perilaku atau kultur demokrasi menunjuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi di masyarakat.


(17)

2

penanaman nilai-nilai demokrasi tersebut di sekolah untuk membangun Nilai-nilai demokrasi meliputi damai, suka rela, adil, menghargai perbedaan, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan yang minimal dan memajukan ilmu. Untuk itu diperlukan penanaman nilai-nilai demokrasi tersebut di sekolah untuk membangun kultur dan mengenalkan budaya demokrasi yang akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk membudayakan nilai demokrasi. Oleh sebab itu sekolah berperan dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi pada peserta didik melalui beberapa kegiatan pembelajaran yang diintegrasikan dalam beberapa mata pelajaran dan berbagai kegiatan sekolah di luar jam pelajaran seperti ekstrakulikuler maupun beberapa tata-tertib guna membudayakan nilai demokrasi di lingkungan sekolah. Menurut Arief S. Sadiman (2001:2-4), sekolah yang menerapkan nilai-nilai demokrasi harus memenuhi beberapa indikator, yakni kurikulum yang fleksibel, sarana dan prasarana yang mendukung seluruh pembelajaran dan sesuai dengan karakteristik peserta didik, sikap guru yang demokratis, serta proses pembelajaran yang melibatakan peran aktif siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Pada era global saat ini banyak peristiwa yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi perdamaian, menghargai perbedaan, dan bersifat adil, seperti kasus tawuran dan kekerasan. Beberapa kasus kekerasan dan tawuran melibatkan anak sekolah dasar, misalnya, pada Januari 2015 di Kabupaten Bangka terjadi kasus pencabulan yang dilakukan oleh


(18)

3

anak 12 tahun terhadap kakak adik yang berusia 8 tahun dan 5 tahun (Merdeka, 14-10-2015). Peristiwa lain terjadi pada 18-9-2015 di Jakarta Selatan yang menewaskan salah satu siswa SD Kebayoran Lama. Peristiwa ini terjadi karena perkelahian NA dan R akibat saling mengejek setelah lomba mengambar yang menyebabkan kematian pada NA (Kompas, 2015).

Peristiwa di atas menunjukan bahwasanya nilai demokrasi pada generasi Indonesia telah mengalami degradasi. Kasus penyimpangan tersebut bahkan telah menjadi hal biasa bagi masyarakat. Hal ini seharusnya tidak terjadi di Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi yang pada hakikatnya memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk melakukan yang di inginkan akan tetapi kebebasan tersebut tidak mutlak dan harus sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat dan negara. Peristiwa di atas menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman dan penanaman nilai demokrasi di sekolah dasar. Fenomena tersebut menunjukkan bahwasanya institusi pendidikan tidak maksimal dalam menanamkan nilai demokrasi kepada siswanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melakukan pra-observasi pada 3 SD di Kabupaten Klaten. Ketiga SD tersebut adalah SDN Mutihan, SDN Ngandong 1 dan SD Muhammadiyah Gantiwarno. Ketiga SD tersebut diharapkan mampu memberikan informasi bagi peneliti terkait dengan bagaimana institusi pendidikan menanamkan nilai demokrasi kepada siswanya.

Pra-observasi pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2015 di SDN Mutihan yang terletak di Desa Jetak Mutihan Gantiwarno Klaten. Setelah melakukan pengamatan di SDN Mutihan dapat diperoleh hasil terkait dengan


(19)

4

pelaksanaan nilai karakter terutama pada nilai demokrasi di SD tersebut. Beberapa siswa masih ditemukan berkelahi dengan siswa yang lain. Perkelahian terjadi karena saling ejek ataupun kalah saat bermain. Bentuk perkelahian yang terjadi antar siswa tersebut adalah memukul dan menendang. SDN Mutihan merupakan salah satu SD negeri yang mayoritas siswanya beragama Islam namun juga terdapat beberapa siswa yang berbeda agama. Latar belakang agama yang berbeda juga menjadi kendala dalam berinteraksi. Nampak anak yang beragama selain Islam diejek teman yang lain.

Terkait dengan visi misi sekolah sudah mengarah pada nilai-nilai karakter, tetapi masih banyak kendala dalam menanamkan kepada siswa. Seperti perilaku siswa yang sulit diatur ketika pelajaran, dan rasa saling menghargai antar siswa masih kurang. Pada beberapa kelas nampak ruang kelas yang kosong dan tidak terdapat peraturan kelas maupun daftar pengurus kelas. Hal tersebut membuktikan bahwa masih kesulitanya SDN Mutihan untuk menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa terutama nilai demokrasi. Belum adanya daftar pengurus kelas maupun peraturan kelas menunjukkan bahwa musyawarah dalam pembuatan keputusan di kelas belum berjalan.

Pra observasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2015 di SDN Ngandong 1. Sekolah dasar yang terletak di Desa Jenon, Ngandong, Gantiwarno, Klaten ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan SDN Mutihan. Masih ditemukanya siswa yang sering membuat gaduh dan berkelahi dengan temannya. Selain itu dalam segi kegiatan pembelajaran, siswa lebih tergantung terhadap guru. Kurangnya prasarana yang mendukung siswa belajar


(20)

5

aktif di kelas sehingga anak kurang mengali pengetahuannya sendiri. Pada proses pembelajaran guru lebih dominan dan siswa hanya sebagai pendengar.

Kegiatan pra-observasi yang ketiga dilakukan pada tanggal 20 dan 23 Oktober 2015 di SD Muhammadiyah Gantiwarno yang terletak di Somopuro, Mutihan, Gantiwarno, Klaten. Setelah melakukan pengamatan, peneliti dapat melihat bahwa sebelum proses pembelajaran berlangsung, diawali dengan kegiatan hafalan surat-surat dan membaca “Iqro”. Setiap siswa memiliki target hafalan yang berbeda-beda dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Selain itu guru dan siswa membuat peraturan bersama, bermusyawarah ketika proses pembelajaran. Saat proses pembelajaran siswa dapat belajar dengan kondusif. Proses pembelajaran yang dilakukan guru cukup inovatif dan menarik bagi siswa melalui diskusi kelompok sehingga mendukung keaktifan siswa. Ketika guru menyampaikan materi pembelajaran sebagian besar siswa nampak memperhatikan dan tidak malu bertanya apabila belum faham.

Selain mengamati proses pembelajaran peneliti juga mengamati kebiasaan siswa diluar jam pelajaran. Saat istirahat berlangsung nampak siwa laki-laki dan perempuan bermain bersama tanpa membedakan satu sama lain. Mereka tampak berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya. Mereka saling mengahargai dan mau bermain bersama tanpa membedakan teman yang berasal dari daerah lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah yang didukung dengan foto dokumentasi milik sekolah pada bulan Februari 2015 SD Muhammadiyah Gantiwarno juga mengadakan kerjasama dengan pengajar asing untuk mengajar di


(21)

6

SD tersebut. Program mengajar tersebut mendatangkan pengajar dari India, Vietnam dan Malaysia yang dalam waktu 2 minggu mengajar dan bertukar wawasan dengan siswa SD Muhammadiyah Gantiwarno. Para siswa antusias ketika diberi pengalaman belajar dengan pengajar dari luar. Walupun berbeda latar belakang agama, ras dan budaya akan tetapi antara siswa dan pengajar dapat saling menghargai perbedaan satu sama lain.

SD Muhammadiyah Gantiwarno juga telah menggalakan pendidikan karakter untuk dapat mencetak generasi lulusan SD yang berkarakter dan memiliki nilai religus tinggi. Hal ini nampak pada visi misi sekolah dan papan pedoman pendidikan karakter yang dipajang di dinding sekolah. Namun kegiatan sekolah dalam menggalakan pendidikan karakter khususnya pada nilai demokrasi belum banyak diketahui oleh masyarakat sekitar sehingga dibutuhkan koordinasi dengan wali murid dan masyarakat sekitar untuk dapat mendukung dan membantu kegiatan sekolah tersebut.

Berdasarkan pemaparan hasil pra observasi yang telah dilakukan di 3 SD di Kabupaten Klaten yaitu SDN Mutihan, SDN Ngandong 1 dan SD Muhammadiyah Gantiwarno, peneliti tertarik untuk meneliti implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno yang terletak di Desa Mutihan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Peneliti mengangkat judul “Implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten”. B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.


(22)

7

1. Masih terdapat kasus kekerasan yang melibatkan siswa sekolah dasar.

2. Masih ditemukanya sikap tidak saling menghargai antar siswa di SDN Mutihan dan SDN Ngandong 1

3. Pelaksanaan penanaman nilai demokrasi di SDN Mutihan dan SDN Ngandong 1 tidak berjalan dengan optimal.

4. Implementasi nilai demokrasi di SD Muhamadiyah Gantiwarno Klaten belum banyak diketahui oleh masyarakat sekitar.

C.Fokus Penelitian

Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas, maka fokus penelitian ini mengenai implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiah Gantiwarno Klaten. Fokus penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar penelitian lebih terarah dan mendalam.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiah Gantiwarno Klaten.


(23)

8 F. Manfaat Penelitian

Secara terperinci, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bahan pemikiran dan menambah wawasan kepada para pendidik terkait dengan implementasi nilai demokrasi bagi peserta didik.

b. Hasil penelitian ini akan menjadi acuan guna menumbuhkan pengetahuan dalam rangka menyempurnakan aspek pembelajaran khususnya dalam menanamkan nilai demokrasi.

c. Hasil penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman tentang implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. 2. Manfaat praktis

a. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan program serta mengadakan perbaikan sekolah yang direncanakan untuk membina, menanamkan dan mengembangkan nilai demokrasi siswa.

b. Bagi guru kelas dengan mengetahui implementasi nilai demokrasi dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran yang demokratis, damai dan menyenangkan.

c. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk mewujudkan perilaku siswa yang damai, adil sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dalam kegiatan sehari-hari.


(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Nilai Demokrasi

1. Pengertian Nilai

Menurut Sjarkawi (2006: 29), nilai merupakan suatu yang tidak hanya diyakini melainkan suatu yang menjiwai tindakkan seseorang. Nilai seseorang selalu diukur melalui tindakan yang telah dilakukannya. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan suatu hal tersebut disukai, diinginkan, dapat berguna dan dihargai oleh banyak orang. Nilai seseorang dapat diukur melalui tindakan yang telah dilakukanya. Setiap orang melakukan tindakan harus sesuai dengan seperangkat nilai-nilai, baik nilai yang telah tertulis di masyarakat maupun belum.

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihanya. Hal tersebut dikemukakan olah Gordon Allport dalam Rohmat Mulyana (2011: 9). Senada dengan pandangan tersebut nilai merupakan patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif kuperman (Rohmat Mulyana 2011: 9)

Menurut Winarno (2008: 3) nilai adalah hal yang bersifat abstrak, artinya nilai tidak dapat ditangkap melalui indra. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Misalnya nilai keadilan, kesederhanaan. Setiap orang pasti mengharapkan mendapat keadilan. Kemakmuran. Jadi, nilai bersifat normatif, suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku.


(25)

10

Paul Suparno dkk (2006: 75) juga berpendapat bahwa nilai merupakan suatu dasar pedoman manusia dalam bertindak, dan membuat aturan di masyarakat. Nilai juga merupakan suatu hal yang pantas dicapai oleh manusia. Karena dengan berpedoman pada nilai akan membawa pada pola tatanan aturan kehidupan yang damai dan penuh keteraturan. Untuk mewujudkan suatu perdamaian dan ketentraman dibutuhkan nilai-nilai yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang telah mendarah daging di dalam kehidupan masyarakatnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah hal yang bersifat abstrak yang tidak dapat ditangkap melalui indra. Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan suatu hal tersebut disukai, diinginkan, dapat berguna dan dihargai oleh banyak orang. Nilai merupakan keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya. Nilai juga merupakan suatu pedoman bagi kehidupan dimasyarakat yang menjadi dasar bertindak seseorang. Nilai seseorang selalu diukur melalui tindakan yang telah dilakukannya, sehingga segala tindakan seseorang haruslah didasari dengan nilai-nilai yang sesuai dan telah berlaku di masyarakat. Dengan berpedoman pada nilai yang ada di masyarakat akan menciptakan tatanan masyarakat yang teratur dan cinta damai.

Ambroise dalam Rohmat Mulyana (2011: 23) berpandangan bahwa nilai itu bersifat realitas abstrak dimana nilai dapat dirasakan dalam diri seseorang sebagai pendorong dan prinsip hidup. Prinsip-prinsip relativitas nilai yang dikemukakan Ambroise antara lain


(26)

11

a. Nilai itu relatif hal tersebut dapat dilihat dari perilaku antara orang satu dengan yang lain pasti berbeda.

b. Nilai tidak selalu disadari yang artinya bahwa ada beberapa nilai diri kita yang tidak disadari. Seseorang sebenarnya jarang menyadari semua nilai dalam kehidupanya kecuali ia berusaha untuk menemukanya.

c. Nilai adalah landasan bagi perubahan. Nilai merupakan daya pendorong bagi kehidupan seseorang atau kelompok. Oleh karena itu nilai berperan dalam proses perubahan sosial. Karena nilai berperan sebagai pendorong dalam hidup maka untuk merubah suatu masyarakat, kita harus berusaha merubah nilainya.

d. Nilai ditanamkan melalui sumber yang berbeda. Sumber penanaman nilai dapat berupa keluarga, masyarakat, agama, media masa, tradisi, ataupun lembaga. Dengan mengetahui sumber dan sarana yang dapat menanamkan nilai, kita dapat mengetahui kekuatan nilai pada pribadi seseorang sekaligus dapat merubah nilai yang tidak baik dalam diri seseorang.

Berdasarkan prinsip nilai tersebut nilai merupakan suatu tindakan yang relatif dilakukan oleh setiap orang. Nilai juga merupakan landasan bagi perubahan. Nilai dapat ditanamkan dalam diri manusia melalui beberapa sumber dan sarana seperti keluarga, masyarakat, agama, dan juga lembaga seperti sekolah.


(27)

12 2. Pengertian Demokrasi

Demokrasi merupakan suatu istilah yang biasa didengar di kalangan masyarakat. Demokrasi juga sering diucapkan dalam berbagai peristiwa dan konteks. Zamroni (2013: 3-4) menyatakan demokrasi secara etimologis, berasal dari bahasa yunani demos berarti rakyat, dan kratos yang memiliki arti kekuasaan atau pemerintahan. Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta warga masyarakatnya adalah sebagai warga Negara. Hal ini berkaitan klaim kepemilikan dan hak dalam proses pengambilan keputusan.

Sementara itu pengertian demokrasi dapat dilihat secara istilah yang dikemukakan para ahli menurut Sidney Hook dalam (Azumardi: 2003: 110) yang berpendapat bahwa bentuk demokrasi adalah keputusan didasarkan pada kesepakatan masyarakat mayoritas yang diberikan kepada rakyat. Yang dalam artian ini adalah keputusan yang diambil berdasarkan pada kesepakatan dari masyarakat. Sehingga pengambilan keputusan bukan didasarkan atas kekuasaan pemimpin saja, melainkan melibatkan peran serta masyarakat.

Sri Soemantri dalam Sumarsono (2005:29) merumuskan bahwa demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang mengandung semangat ketuhanan yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan keadilan sosial. Kunci dari pemahaman tersebut


(28)

13

terletak pada kata kerakyatan yang sama artinya dengan kedaulatan atau kekuasaan tertinggi di tangan rakyat. Sehingga rakyatlah yang memegang penuh kekuasaan pada suatu Negara demokrasi.

Sumarsono (2005:30) menyebutkan bahwa Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat dalm bentuk musyawarah untuk mufakat, sebagai solusi memecahkan masalah dalam kehidupan, deni terwujudnya kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.

Zamroni (2013: 3-4) mengungkapkan demokrasi mencakup dua hal yakni sktruktur demokrasi dan kultur demokrasi. struktur demokrasi merupakan instrument yang dibutuhkan untuk memberikan fasilitas berlangsungnya demokrasi. struktur demokrasi dapat diciptakan dalam waktu yang singkat. Hal ini berbeda dengan kultur demokrasi yang tidak dapat diciptakan dalam waktu yang singkat. Kultur demokrasi harus diciptakan dan dikembangkan secara bertahap, seirama dengan kondisi masyarakat.

Hendra (2008: 82) mengungkapkan bahwa demokrasi adalah sejauh mana kendali rakyat dan kesetaraan politis dapat diwujudkan dengan partisipasi rakyat dalam pengambilan atau pembuatan keputusan. Demokrasi merupakan ide dari prinsip kebebasan dan kesamaan hak yang diatur dalam suatu sistem hukum yang merupakan hasil dari kehendak rakyat, yang menjadi aturan bagi rakyatnya.


(29)

14

Masih menurut Hendra (2008: 67-68), metode dalam demokrasi ditandai dengan adanya kebebasan hak pilih warga negaranya untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Setiap partisipan memiliki hak yang sama. Metode pengambilan keputusan secara demokratis terdiri dari 3 antara lain satu, konsensus yaitu setiap orang harus menyetujui keputusan sebelum keputusan dilakukan. Dua, Sistem ganda perwakilan secara bergiliran. Ketiga adalah sistem mayoritas yakni pengambilan keputusan secara bebas untuk menentukan suara mayoritas dalam pengambilan keputusan setelah melakukan dialog atau yang disebut pemungutan suara atau voting. Hendra (2008: 76) juga mengungkapkan bahwa musyawarah merupakan bentuk demokrasi sebagai konsep dari kedaulatan rakyat itu sendiri.

Menurut Winarno (2008: 102) demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah demokrasi pancasila. Pancasila merupakan ideologi nasional yang didalamnya mengandung nilai-nilai yang baik dan sesuai serta dapat mewujudkan keadilan. Nilai-nilai pancasila tersebut memuat nilai-nilai demokrasi yang dapat dijadikan pedoman dalam mewjudkan negara yang demokratis.

Menurut Hasbullah (2008: 244) demokrasi merupakan suatu prinsip dan pelaksanaan kesamaan sosial yang menjadi cara hidup bagi manusia untuk tidak saling membedakan satu sama lain. Demokrasi merupakan cara hidup yang menekankan adanya hubungan sosial antar manusia yang mencerminkan sikap saling menghormati, kerjasama dan toleransi.


(30)

15

Demokrasi sudah masuk ke segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Menurut Zamroni (2013: 22-24) demokrasi merupakan suatu teori pembelajaran dan pengelolaan sekolah yang memberikan kesempatan bagi siswa dan guru serta staf untuk berpartisipasi bebas dan setara dalam kegiatan sekolah sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Melalui pendidikan yang mengembangkan nilai demokratis diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada seluruh warga sekolah untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang menjunjung tinggi keadilan. Oleh karena itu demokrasi di sekolah merupakan suatu proses untuk memahami struktur kehidupan demokrasi dan menginternalisasi kultur demokrasi pada peserta didik.

Berdasarkan mengkaji dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani demos berarti rakyat, dan kratos yang memiliki arti kekuasaan atau pemerintahan. Yakni suatu sistem pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat dalm bentuk musyawarah untuk mufakat, sebagai solusi memecahkan masalah dalam kehidupan, deni terwujudnya kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Demokrasi juga merupakan prinsip hidup yang menjadi cara hidup bagi manusia untuk tidak saling membedakan satu sama lain. Demokrasi merupakan cara hidup yang menekankan adanya hubungan sosial antar manusia yang mencerminkan sikap saling menghormati, kerjasama dan toleransi. Demokrasi juga memuat nilai-nilai yang baik yang dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku guna mewujudkan


(31)

16

negara yang demokratis. Untuk mewujudkan negara yang demokratis dibutuhkan partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan metode demokrasi seperti konsensus, system ganda, suara mayoritas (voting) maupun musyawarah. Demokrasi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam bidang pendidikan melalui lembaga formal sekolah. Demokrasi dijadikan sebagai teori pembelajaran dan pengelolaan sekolah yang memberikan kesempatan bagi siswa dan guru serta staf untuk berpartisipasi bebas dan setara dalam pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan dalam berbagai kegiatan di sekolah dasar harus sesuai dengan nilai dan norma yang ada serta menggunakan metode demokrasi sederhana yang dapat diparktekan oleh siswa berupa musyawarah maupun mayoritas suara terbanyak atau voting. Oleh karena itu demokrasi sangat penting bagi pendidikan di Indonesia yang dimulai dari sekolah dasar.

3. Kajian Nilai Demokrasi

Nilai merupakan suatu pedoman bagi kehidupan di masyarakat yang menjadi dasar bertindak seseorang. Salah satu wujud nilai dalam pendidikan karakter yakni nilai demokrasi. Dalam demokrasi juga memuat nilai-nilai yang baik yang dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku guna mewujudkan negara yang demokratis. Pendidikan karekter menurut Character Counts Coalition (a project of The Joseph Institute of Ethics) dalam Novan Ardy (2012: 50) terdapat enam pilar karakter. Pertama Trustworthiness, nilai karakter yang membuat seseorang menjadi


(32)

17

berintegritas, jujur, dan loyal. Kedua Fairness yakni nilai karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka. Ketiga Caring, merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain. Keempat respect, bentuk karakter yang membuat seseorang menghargai dan menghormati orang lain. Kelima Citizenship karakter yang membuat orang sadar akan hukum dan peraturan dan yang terakhir Responsibility yakni karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin.

Zamroni (2013: 108) mengungkapkan bahwa demokrasi memiliki nilai-nilai, antara lain kebebasan, hak-hak individu, tujuan bersama, keadilan dan patriotisme. Nilai-nilai Kehidupan masyarakat yang demokratis akan terwujud apabila masyarakat memiliki dan mengamalkan nilai- nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut zamroni (2013: 19) nilai-nilai demokrasi yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari seperti:

1. Memiliki Toleransi

2. Menghargai pendapat orang lain 3. Anti kekerasan

4. Berusaha mencari solusi secara damai

5. Mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada individu maupun golongan.

Menurut winarno (2008: 111) Perilaku atau kultur demokrasi menunjuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi di masyarakat. Nilai-nilai


(33)

18

demokrasi meliputi damai, suka rela, adil, menghargai perbedaan, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan yang minimal dan memajukan ilmu. Untuk itu diperlukanya penanaman nilai-nilai demokrasi tersebut di sekolah untuk membangun kultur dan mengenalkan budaya demokrasi yang akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hendry B. Mayo dalam Winarno (2008: 98) menyebutkan adanya delapan nilai demokrasi yaitu, a) menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela, b) Menjamin perubahan secara damai dalam masyarakat, c) pergantian penguasa secara teratur, d) paksaan yang sedikit, e) menghargai keanekaragaman, f) menegakkan keadilan dalam bermasyarakat, g) memajukan ilmu pengetahuan, h) adanya kebebasan.

Mengkaji dari berbagai pendapat diatas terdapat kesamaan dan perbedaan mengenai pandangan nilai demokrasi. Kesamaan pandangan mengenai nilai demokrasi yang diungkapkan oleh Zamroni, Winarno dan Hendry B. Mayo antara lain: memiliki sikap cinta damai, menghargai orang lain, adil, paksaan yang minimal, memajukan ilmu pengetahuan dan adanya kebebasan. Selain hal tersebut terdapat pula perbedaan pandangan tentang nilai demokrasi yang diungkapkan antara lain, memiliki sikap toleransi, anti terhadap kekerasan, mendahulukan kepentingan orang banyak, suka rela, memahami keanekaragaman, teratur serta menjamin perubahan.


(34)

19

Berdasarkan mengkaji dari ketiga pendapat diatas yang memuat beberapa nilai demokrasi yang sama dan berbeda antara ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari meliputi sikap toleransi, menghargai pendapat, anti kekerasan, cinta damai, paksaan yang minimal, memajukan ilmu pengetahuan, mendahulukan kepentingan orang banyak, adil, teratur, menjamin perubahan serta memahami keanaekaragaman baik agama maupun suku dan budaya. Beberapa nilai-nilai demokrasi tersebut termasuk dalam the six pillars of character antara lain Trustworthiness, Fairness, Caring, Respect, Citizenship, Responsibility.

4. Pendidikan Demokrasi

Nilai demokrasi dapat ditanamkan melalui sumber yang berbeda. Sumber penanaman nilai demokrasi dapat berupa keluarga, masyarakat, agama, media masa, tradisi, ataupun lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan adalah salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai demokrasi. Wujud demokrasi dalam bidang pendidikan sering disebut sebagai pendidikan demokrasi.

Menurut H.A.R. Tilaar (2004: 300-302) salah satu cara mewujudkan masyarakat yang demokrastis adalah melalui demokrasi pendidikan. Namun demokrasi pendidikan belum dengan sendirinya dapat membentuk sikap demokrasi. Sikap demokrasi tersebut dapat terbentuk melalui kesadaran, serta nilai-nilai budaya bangsa yang telah mendarah daging


(35)

20

pada masyarakat guna membangun dan menentukan proses pendidikan yang demokratis.

Secara mikro terdapat 3 unsur praksis pendidikan demokrasi yakni a. Pendidikan yang membebaskan

Pendidikan demokrasi pada hakikatnya membebaskan manusia dari kebodohan serta menumbuhkan sikap yang penuh toleransi terhadap perbedaan tanpa mengurangi kadar keyakinan dalam beragama. Menjadi penganut agama masing-masing dengan baik dapat menyumbang keberhasilan untuk membentuk masyarakat demokrasi sebab tidak ada ajaran agama yang mengajarkan permusuhan terhadap sesama. Pendidikan demokrasi hendaknya mengembangkan potensi masing-masing warga negaranya agar menjadi manusia yang produktif, berguna bagi diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara.

b. Pendidikan yang mencerdaskan

Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses memberikan kemampuan atau kompetensi untuk mengambil pilihan yang terbaik. Manusia yang tidak cerdas cenderung terbatas pemikirannya, tidak toleran terhadap perbedaan-perbedaan di masyarakat. Manusia yang cerdas cenderung selalu menimbang pendapat orang lain untuk mencari pilihan terbaik. Oleh sebab itu pendidikan demokrasi dituntut untuk mencerdaskan setiap peserta didiknya.


(36)

21 c. Manusia yang bermoral

Manusia yang cerdas perlu dibekali dengan nilai moral yakni nilai mengenai baik dan buruknya suatu tindakan. Masyarakat Indonesia membutuhkan moral yang berpedoman pada nilai-nilai pancasila sebab nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat membangun masyarakat demokrasi di Indonesia. Proses pendidikan hendaknya juga mengacu pada nilai-nilai pancasila, dengan demikian moral yang menjadi dasar perilaku yang baik adalah menghayati substansi nilai-nilai demokrasi seperti sikap sosial, sikap toleransi, saling menghormati, menghargai perbedaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan demokrasi merupakan salah satu pilar dalam mengembangkan masyarakat yang demokratis. Terdapat tiga unsur pendidikan yang demokrasi yakni pendidikan yang membebaskan, pendidikan yang mencerdaskan dan pendidikan moral.

B. Implementasi Nilai Demokrasi di Sekolah

Dalam mengimplementasikan nilai demokrasi di sekolah terdapat 2 cara yang bisa dilakukan yaitu:

1. Melalui Kegiatan Pembelajaran

Menurut Syaiful Sagala (2006: 61), pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pendidik yang baik akan melakukan komunikasi dua arah atau timbal balik


(37)

22

dan memancing siswa untuk belajar secara aktif sehingga dapat terjadi proses komunikasi yang diinginkan. Masih dalam bukunya Syaiful Sagala (2006: 61), pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Nilai yang baru tersebut salah satunya adalah nilai demokrasi.

Menurut Mukhamad Murdiono (2013: 20), pembelajaran merupakan suatu instruksional yang komplek. Suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dilihat dari segi siswa pembelajaran merupakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor agar menjadi lebih baik. Kemampuan kognitif dapat berupa penguasaan siswa terhadap beberapa mata pelajaran. Komponen afektif mencerminkan nilai-nilai yang menjadi acuan bagi siswa dalam bersikap. Komponen psikomotor dapat berupa keterampilan atau perilaku yang dimiliki peserta didik. Peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa menunjukan bahwa ia telah melakukan pembelajaran.

Sri Narwanti (2011: 67), mengungkapkan bahwa dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang memuat nilai demokrasi dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan salah satunya adalah kegiatan pembelajaran. Penerapan nilai-nilai karakter pada pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat, yaitu pembelajaran yang mengajak peserta didik menghubungkan materi yang dipelajari dengan kejadian nyata. Sri Narwanti (2011: 67), juga menggungkapkan


(38)

23

bahwa ciri pembelajaran yang menerapkan nilai demokrasi adalah 1) Suasana Pembelajaran dikelas yang dialogis dan Interaktif antara guru dan siswa maupun antar siswa, 2) Keterlibatan semua peserta didik secara aktif selama kegiatan pembelajaran, 3) Menghargai setiap pendapat peserta didik.

Zamroni (2013: 23), berpendapat bahwa dalam menanamkan nilai-nilai di sekolah harus memperhatikan beberapa aspek yang salah satunya adalah aspek pembelajaran demokratis. Pembelajaran yang demokrasi harus menyampaikan pesan dan isi yang bermakna. Materi dalam pembelajaran harus berbobot teoritis dan dipadukan dengan realitas masyarakat sekitar sehingga dapat mendorong critical thinking dan kemauan mempraktikan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, berupa kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Pembelajaran juga merupakan kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai-nilai yang baru. Proses pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang salah satunya adalah nilai demokrasi. Pembelajaran yang mengimplementasikan nilai demokratis harus memenuhi beberapa aspek yaitu pembelajaran harus menyampaikan pesan dan isi yang bermakna. Materi dalam pembelajaran harus berbobot teoritis dan dipadukan dengan realitas masyarakat sekitar sehingga dapat


(39)

24

mendorong critical thinking dan kemauan mempraktekan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari (Zamroni, 2013: 23).

Novan Ardy (2012: 90) mengungkapkan bahwa implementasi nilai-nilai pendidikan karakter secara terintegerasi di dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menanamkan nilai tidak hanya menjadikan peserta didik menguasai kompetensi materi pelajaran akan tetapi pembelajaran harus dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli dan mengintegrasikan nilai-nilai yang kemudian dijadikan perilaku. Integrasi nilai karakter salah satunya nilai demokrasi dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Proses implementasi nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi kedalam setiap mata pelajaran dengan tahap perencanaan, pelaksanan dan penilaian. Melalui pembelajaran di kelas yang dialogis dan Interaktif antara guru dan siswa maupun antar siswa. Keterlibatan semua peserta didik secara aktif selama kegiatan pembelajaran. Menghargai setiap pendapat teman. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan melaksanakan nilai-nilai demokrasi seperti cinta damai, toleransi, adil, menghargai perbedaan, anti kekerasan serta menghargai keanekaragaman dengan sesama teman dalam setiap keadaan.


(40)

25

2. Melalui kegiatan di Luar Pembelajaran

Implementasi nilai demokrasi selain melalui kegiatan pembelajaran dapat juga dilaksanakan melalui kegiatan di luar pembelajaran. Menurut Sri Narwanti (2011: 67) proses penerapan nilai-nilai karakter yang salah satunya nilai demokrasi dapat dilakukan melelui kegiatan diluar pembelajaran seperti kegiatan pengembangan budaya sekolah yang meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan, kegiatan pengkondisian, kegiatan ko-kulikuler atau ekstrakurikuler.

Sri Narwanti (2011: 67) mengungkapkan bahwa kegiatan pengembangan budaya dan pusat kegiatan belajar dilakukan dengan kegiatan pengembangan diri yang di dalamnya terdapat kegiatan rutin, spontan, keteladanan dan pengkondisian.

1) Kegiatan rutin adalah kegiatan yang ajeg dan selalu dilakukan dalam waktu tertentu oleh sekolah contoh kegiatan rutin adalah upacara hari senin, piket kelas, pemeriksaan kebersihan diri dan kelas, sholat berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, gerakan 3S (senyum, salam, sapa) serta kegiatan rapat kelas.

2) Kegiatan spontan dapat disebut juga kegiatan insidental yakni kegiatan yang terjadi pada waktu yang tidak direncanakan. Contoh kegiatan spontan ini adalah mengumpulkan sumbangan untuk korban bencana alam, menjenguk atau melayat salah satu warga sekolah yang tertimpa musibah dan lain-lain.


(41)

26

3) Kegiatan keteladanan merupakan sikap menjadi contoh. Bentuk sikap keteladanan yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah antara lain, sikap guru dan karyawan sekolah yang menjaga kebersihan, selan itu adanya keteladanan mengenai sikap ramah, sopan santun, cinta damai serta menghargai pendapat antar teman. 4) Pengkondisian merupakan salah satu bentuk penanaman nilai

karakter berupa menata lingkungan fisik dan non fisik untuk mendukung proses penanaman nilai karakter yang salah satu nilainya adalah nilai demokrasi. Contoh dari sikap pengkondisian adalah mengelola konflik antara guru dan siswa maupun antar siswa untuk menghindari terjadinya perpecahan, maupun perselisihan.

Novan Ardy (2013: 97) mengungkapkan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang salah satunya nilai demokrasi dapat dilakukan dengan budaya sekolah. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi di dalamnya. Pembentukan budaya sekolah berbasis pendidikan karakter dilakukan melalui kegiatan spontan, kegiatan keteladaan, pengkondisian dan kegiatan rutin.

Novan Ardy (2013: 233) mengungkapkan bahwa kegiatan pengkondisian dapat mendukung keterlaksanan pendidikan karakter, misalnya kondisi ruang kelas yang nyaman, halaman sekolah yang bersih, sarana dan prasarana yang memadai dan kegiatan-kegiatan sekolah yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.


(42)

27

Sejalan dengan itu Zubaedi (2011: 17) memaparkan pendapatnya bahwa penanaman nilai karakter proses, contohnya adalah keteladanan, pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah. Sehingga nilai-nilai demokrasi dapat dipahami dan ditanamkan dalam diri peserta didik. Adapun menurut Mulyasa (2002: 168-169) pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan.

Sri Narwanti (2011: 67) juga mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan di luar jam pembelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat digunakan sebagai penanaman nilai-nilai karakter yang salah satunya memuat nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai-nilai demokrasi dapat ditanamakan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan karakter yang akan diajarkan kepada siswa.

Sependapat dengan hal tersebut menurut Qiqi Yuliati dan Rusdiana (2014: 169) teknik penanaman pendidikan nilai yang salah satunya memuat nilai demokrasi dapat dilakukan dengan efektif disekolah melalui kegiatan

a. Penataan fisik sekolah dan kelas yang kondusif untuk keberlangsungan pembelajaran

b. Pembinaan keagamaan bagi guru/ pendidik yang terpola dan terprogram, adanya pelatihan bagi guru tentang metode memasukan nilai melalui bidang studi


(43)

28

c. Penataan peningkatan kualitas kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan di sekolah.

d. Peningkatan rasa tanggung jawab, disiplin, kebersamaan, persatuan, kerjasama dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan seluruh warga sekolah.

Zamroni (2013: 23) juga menjelaskan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai dibutuhkan langkah-langkah yang terkait dengan kegiatan diluar kegiatan pelajaran antara lain.

1. Dilaksanakanya pendidikan ekstrakurikuler yang memiliki tujuan jelas. Ektrakurikuler bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang belum tercakup dalam intrakurikuler seperti kepemimpinan, mengambil keputusan, kemampuan kerjasama dan memecahkan masalah secara damai serta dapat mengembangkan minat dan bakat siswa.

2. Dikembangkanya partisipasi dalam pengelolaan sekolah. Pengambilan keputusan bersama hanya bisa dilakukan apa bila ada partisipasi dari seluruh warga sekolah, terutama siswa dan orangtua siswa. Dalam hal ini peran orang tua selain sebagai sumbangan pemikiran juga dapat berpartisipasi dalam pengelolaan kegiatan sekolah dan mensinkronkan dengan kegiatan di keluarga. Apabila disekolah dikembangkan jadwal kegiatan dan aturan maka sebaiknya saat di rumah orang tua juga membuat jadwal kegiatan dan aturan saat dirumah.


(44)

29

3. Dilaksanakanya simulasi proses demokrasi di sekolah. Misalnya apabila di masyarakat dikembangkan sistem pemerintahan dan lembaga pemerintahan maka disekolah juga perlu dikembangkan sistem dan keberadaan pemerintahan siswa. Apabila di masyarakat terdapat perundangan dan peraturan maka di sekolah pun juga harus ada peraturan dan perundangan. Hal ini sekolah dapat memberikan kesempatan belajar kepada siswa dalam kehidupan dan proses politik di masyarakat.

Hal tersebut senada dengan pendapat Muchlas Samani (2013: 147) yang menyebutkan bahwa dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler selalu ada nilai-nilai karakter yang dikembangkan. Dalam kegiatan tim olah raga maka nilai sportivitas, mengikuti aturan, kerja sama, keberanian, kekompakan selalu muncul. Dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka nilai karakter yang dikembangkan keberanian, kerja sama, mengharagai alam, peduli dan empati.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa selain melalui kegiatan pembelajaran, implementasi nilai demokrasi dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan diluar jam pembelajaran, salah satunya adalah dengan pengembangan budaya sekolah atau pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah. Pembiasaan dalam kehidupan keseharian disekolah dapat dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan dan keteladanaan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk meningkatkan


(45)

30

kemampuan yang belum tercakup dalam intrakulikuler seperti kepemimpinan, mengambil keputusan, kemampuan kerjasama dan memecahkan masalah secara damai serta dapat mengembangkan minat dan bakat siswa.

Contoh kegiatan ekstrakurikuler yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai misalnya kegiatan pramuka/ HW, seni rupa, komputer, melukis, dll. Semua kegiatan tersebut akan terlaksana apabila seluruh komponen warga sekolah berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kedudukannya masing masing. Melalui kegiatan di luar pembelajaran tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mengimplentasikan nilai-nilai demokrasi terhadap seluruh warga sekolah.

C. Karakteristik Anak SD 1. Perkembangan fisik

Pendidikan merupakan salah satu upaya memfasilitasi perkembangan individu untuk mengembangkan kondisi normatifnya. Perkembangan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang hayat sebagai wujud pertumbuhan, kematangan suatu individu. Menurut Nandang Budiman (2006: 13) terdapat 2 jenis perkembangan salah satunya adalah perkembangan fisik. Secara langsung perkembangan fisik anak akan mempengaruhi keterampilan anak untuk bergerak. Secara tidak langsung perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Perpaduan kedua perasaan ini akan memberikan warna tersendiri pada perkembangan kepribadian anak. Peran pendidik


(46)

31

dalam hal ini adalah memberikan pengertian dan rasa saling menghargai atas perbedaan fisik setiap individu.

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan syaraf pusat, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi, Abin Syamsudin dalam Nandang Budiman (2006: 19). Pada usia anak SD keterampilan motorik setiap peserta didik pasti berbeda. Menurut Nandang Budiman keterampilan motorik di bagi ke dalam empat kategori antara lain:

a. Keterampilan menolong diri sendiri adalah penguasaan keterampilan anak untuk melaksanakan kegiatanya sendiri seperti makan, mandi, berpakaian, merawat diri dll.

b. Keterampilan sosial, merupakan keterampilan yang penting bagi anak yang berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, penyesuaian diri, dan keterampilan menjalin hubungan baik dengan orang lain.

c. Keterampilan bermain, hendaknya diarahkan pada model bermain simbolik, permainan peran yang beraturan dan bermain dalam bentuk berolahraga.

d. Keterampilan sekolah, merupakan gabungan dari keterampilan motorik yang dimiliki anak untuk mendorong penyesuaian diri dengan lingkungan sosial siswa dan mampu mendorong prestasi sekolahnya.


(47)

32 3. Perkembangan Moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzati dkk (2008: 110-111) pemahaman konsep mengenai keadilan pada anak usia 5-12 tahun sudah mulai berubah. Pengertian benar salah yang telah dipelajari dari orang tua sudah mulai berubah. Contonya pada anak usia 5 tahun berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa berbohong itu perlu dalam beberapa situasi. Perkembangan moral ini sangat penting bagi peserta didik, sebab perkembangan moral yang akan mempengaruhi baik, buruk, benar salah dalam bertindak. Mengetahui perkembangan moral peserta didik, guru dapat mengembangkan pemahaman terkait baik buruk benar salah dalam bertindak melalui penanaman nilai-nilai karakter yang salah satunya adalah nilai demokrasi baik melalui kegiatan pembelajaran maupun diluar pembelajaran

4. Perkembangan Emosi

Menurut Rita Eka Izzati dkk (2008: 111) perkembangan emosi memiliki peran penting dalam kehidupan anak. Terdapat dua kategori emosi yakni emosi tidak menyenangkan dan emosi menyenangkan. Emosi tidak menyenangkan meliputi rasa takut, amarah, cemburu, iri hati sedangkan emosi menyenangkan contonya adalah rasa kasih sayang, kebahagian, rasa ingin tahu dan suka cita. Emosi yang menyenangkan ini yang dibutuhkan oleh peserta didik. Pada tahap usia anak SD pergaulan


(48)

33

dengan teman sekolah dapat mengembangakan emosinya. Anak mulai belajar bahwa emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman-temannya. Anak akan mengendalikan ungkapan emosi yang kurang diterima.

5. Perkembangan Sosial

Menurut Rita Eka Izzati dkk (2008: 113) Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial dalam hal ini orang-orang yang ada disekitar anak lah yang dapat mempengaruhi perkembangan sosialnya. Dunia sosio-emosional anak menjadi semakin komplek pada masa kanak-kanak akhir ini. Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peran yang penting. Sekolah dan hubungan dengan guru juga menjadi hal yang menentukan perkembangan sosial peserta didik. Dalam tahap ini anak-anak cenderung mudah bergaul dan bersosialisasi dengan teman sebaya akan tetapi masih menggunakan emosional yang kurang terjaga.

D. Kerangka Pikir

Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Sejak dahulu sesungguhnya bangsa Indonesia telah mempraktikan ide tentang demokrasi. Pemerintahan yang menganut sistem demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung dengan kultur demokratis oleh warga negaranya. Guna mewujudkan negara dengan budaya demokratis dibutuhkan penanaman nilai-nilai


(49)

34

demokrasi sejak dini, dimulai dari pendidikan salah satunya pada tingkat sekolah dasar.

Demokrasi dalam hal ini adalah pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat, pemerintahan yang dimaksud ini adalah sekolah dan rakyatnya adalah warga sekolah meliputi guru dan siswa. Pengambilanb keputusan berdasarkan demokrasi dapat dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat, voting, maupun konsensus. Pada tahap sekolah dasar siswa cenderung lebih mudah menggunakan metode demokrasi musyawarah dan voting. Nilai-nilai demokrasi yang harus dimiliki peserta didik meliputi toleransi, menghargai pendapat, anti kekerasan, memecahkan masalah dengan damai, memajukan ilmu pengetahuan dan mendahulukan kepentingan orang banyak, adil, memahami keanaekaragaman baik agama maupun suku dan budaya.

Implementasi nilai-nilai demokrasi di sekolah dasar dapat melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Nilai demokrasi yang diajarkan diintegrasikan melalui mata pelajaran yang memuat nilai-nilai demokrasi. Nilai demokrasi juga di ajarkan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Implementasi nilai demokrasi dapat juga dilakukan melalui berbagai macam kegiatan di luar pembelajaran seperti kegiatan rutin, kegiatan spontan dan keteladanaan. Implementasi nilai juga dapat dilakukan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang belum tercakup dalam intrakurikuler seperti kepemimpinan,


(50)

35

mengambil keputusan, kemampuan kerjasama dan memecahkan masalah secara damai serta dapat mengembangkan minat dan bakat siswa. Melalui pengembangan kegiatan pembelajaran dan di luar pelajaran tersebut dapat dimanfaatkan guru untuk mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi dalam diri peserta didik, dengan demikian peneliti ingin mengetahui Implementasi Nilai Demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan Penelitian merupakan pedoman bagi peneliti untuk memperoleh data di lapangan. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran?

2. Bagaimana implementsi nilai demokrasi melalui kegiatan di luar pembelajaran?


(51)

36 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian ini karena peneliti ingin mendeskripsikan suatu fenomena sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dialami oleh subjek penelitian dan menyajikan data tersebut dalam bentuk kata-kata. Lexy J. Moleong (2007: 6), mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sugiyono (2011: 14), mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif masalah yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara dan dinamis.

Sedangkan dasar pendekatan yang peneliti pergunakan adalah pendapat dari Sugiyono (2012: 1) mendeskripsikan metode kualitatif sebagai berikut.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagian instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induksi, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.


(52)

37 B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik purposive. Purposive merupakan suatu teknik untuk mengambil subjek penelitian yang didasarkan atas tujuan tertentu. Hal tersebut sependapat dengan Suharsimi Arikunto (2010: 183) bahwa purposive merupakan cara mengambil subjek penelitian bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu.

Subjek penelitian yang akan dijadikan sebagi sumber data dalam penelitian ini antara lain.

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah dipilih menjadi sumber data untuk mendeskripsikan seluruh kegiatan sekolah yang terkait dengan implementasi nilai demokrasi. Dalam hal ini kepala sekolah yang dianggap paling tahu tentang gambaran seluruh aspek dalam sekolah tersebut. Selain itu, juga data yang diperoleh dari kepala sekolah diharapkan mampu mendeskripsikan tentang kegiatan pemebelajaran maupun kegiatan diluar pembelajaran. yang terkait dengan implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten.

2. Guru kelas Tiga

Subjek penelitian yang kedua adalah guru kelas 3 yang dipilih untuk mewakili guru kelas rendah. Karena di SD Muhammadiyah Gantiwarno ini memiliki kelas pararel sehingga terdapat kelas 3a dan 3b maka peneliti memilih kelas 3b, dikarenakan kelas 3b lebih unggul dari segi kemandirian


(53)

38

siswa dan proses pembelajarannya dibanding dengan kelas 3a. Peneliti memilih guru kelas 3b sebagai subjek penelitian dikarenakan Proses perolehan data diambil dari beberapa siswa kelas 3b, dalam hal ini guru kelas 3b tersebut dianggap tahu dan memahami karakter dan kebiasaan siswa tersebut. Guru kelas 3b juga dapat mendeskripsikan kegiatan pembelajaran dan kegiatan di luar pembelajaran yang dilakukan di kelas 3b tersebut yang berkaitan dengan implementasi nilai demokrasi. Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini diperoleh berupa implementasi nilai demokrasi yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan di luar pembelajaran.

3. Guru kelas Lima

Subjek penelitian ketiga adalah guru kelas 5b yang dipilih untuk mewakili guru kelas tinggi. Peneliti memilih guru kelas 5b dikarenakan suasana pembelajaran di kelas tersebut dialogis, aktif dan terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Hal tersebut tidak terlepas dari peran guru kelas yang mengemas pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehinga peneliti memilih guru kelas 5b sebagai subjek penelitian. Data yang ingin diperoleh berupa implementasi nilai demokrasi yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas dan kegiatan diluar pembelajaran.

4. Perwakilan Siswa kelas tiga dan lima

Subjek penelitian pada tahap wawancara sebanyak 4 siswa yang terdiri dari 2 siswa kelas 3b dan 2 siswa kelas 5b. Pemilihan perwakilan


(54)

39

siswa tersebut berdasarkan tingkat kemampuan akademik, kemapuan sosial dan emosional yang baik dan diatas rata-rata. Pemilihan siswa kelas 3b sebagai perwakilan kelas rendah dikarenakan kelas 3b sudah mampu diajak berdiskusi, dan memiliki pengetahuan lebih dibanding kelas rendah lainnya. Pemilihan kelas 5b sebagai perwakilan dari kelas tinggi dikarenakan proses pembelajaran di kelas 5b sudah menunjukan pembelajaran yang aktif, interaktif antar guru dan siswa, sehingga melalui proses pembelajaran tersebut dapat memudahkan dalam penanaman nilai. Perwakilan siswa tersebut diharapkan mampu memberikan informasi terkait dengan implementasi nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan diluar pembelajaran.

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari tahun 2016, setelah peneliti mendapatkan ijin untuk mengumpulkan data di lapangan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Gantiwarno yang terletak di Somopuro, Mutihan, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah. Pemilihan SD Muhammadiyah Gantiwarno sebagai tempat penelitian bertujuan untuk melanjutkan analisis awal peneliti dalam mengidentifikasi implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno.


(55)

40 D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan sebagai alat bantu peneliti dalam mengumpulkan data agar kegiatan penelitian menjadi sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipasi pasif. Menurut Sugiyono (2011: 312) observasi partisipasi pasif adalah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang akan diamati, tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut. Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Dengan teknik observasi partisipasi pasif ini peneliti bertujuan untuk memperoleh data tentang situasi umum dari objek yang akan amati, yaitu mengenai implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno. Peneliti akan mengamati proses implementasi nilai demokrasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas 3 & 5 maupun kegiatan diluar pembelajaran yang dilaksanakan kepala sekolah, guru dan siswa kelas 3 & 5 dengan mengunakan alat bantu pedoman observasi.

2. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam atau sering disebut in depth interview dalam penelitian ini. Wawancara mendalam adalah metode wawancara yang memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk


(56)

41

menggunakan istilah – istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai pendapat, dan ide-idenya. (Deddy Mulyana, 2004: 183) Peneliti memilih teknik wawancara mendalam dikarenakan peneliti ingin mengetahui secara mendalam terkait dengan informasi yang dibutuhkan. Wawancara mendalam ini bertujuan untuk mengetahui proses dan mengumpulkan data tentang implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan subjek penelitian, yaitu kepala sekolah, guru kelas 3b, 5b dan siswa kelas 3b & 5b SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah benda tertulis yang sudah dimiliki sekolah berupa catatan harian sekolah, silabus, RPP, buku notulen rapat, majalah sekolah, kalender sekolah, foto kegiatan-kegiatan dan peraturan sekolah yang terkait dengan implementasi nilai demokrasi hal tersebut sependapat dengan Suharsimi Arikunto (2010: 202) yang menyebutkan bahwa dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data menggunakan barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku – buku, majalah, dokumen, notulen rapat, catatan harian, peraturan – peraturan, dan sebagainya.


(57)

42

Jadi dalam melaksanakan metode dokumentasi ini peneliti menyelidiki benda-benda tertulis yang berkaitan dengan implementasi nilai demokrasi baik dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan di luar pembelajaran di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian. Peneliti bertindak sendiri untuk melakukan pengamatan, wawancara dan melakukan catatan lapangan. Instrumen dalam penelitian ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan kajian nilai demokrasi menurut Winarno, Hendry B. Mayo dan Zamroni, serta dari rumusan masalah dan tujuan penelitian . Instrumen dikembangkan menjadi beberapa indikator yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti menggunakan dua alat bantu (instrumen) dalam pengumpulan data sebagai berikut.

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara dibutuhkan selama kegiatan pengumpulan data agar data yang dibutuhkan tidak melenceng dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Pedoman wawancara dalam penelitian ini bertujuan mengali informasi dari subjek penelitian untuk mengungkapkan implementasi nilai demokrasi melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan di luar pembelajaran. Pedoman wawancara ini ditujukan untuk kepala sekolah, guru kelas 3b, 5b dan dua siswa kelas 3b & 5b SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. Pedoman wawancara terdapat pada lampiran 1 halaman 98


(58)

43 2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk membantu peneliti dalam mencari data-data terkait dengan apa yang akan dideskripsikan tentang proses implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno. Proses observasi ini menggunakan pedoman observasi yang memfokuskan pada kegiatan pembelajaran dan kegiatan diluar pembelajaran yang mengimplementasi nilai demokrasi. Pedoman observasi terdapat pada lampiran 2 halaman 100

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik anilisis data model Huberman & Miles. Huberman & Miles (Muhammad Idrus, 2009: 147-148) mengajukan model analisis data dalam penelitian kualitatif, dikenal sebagai model interaktif.

Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan/ verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin – menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Reduksi Data


(59)

44

Gambar 1. Model Interaktif Miles & Huberman (Muhammad Idrus, 2009: 148) 1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu kegiatan memilih data, merangkum hal-hal pokok yang sesuai dengan topik penelitian ini yaitu mengenai implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten Serta menyusun data yang terpilah secara sistematis sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang hasil penelitian. Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan untuk memfokuskan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi pada kepala sekolah, guru dan siswa di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. 2. Penyajian Data

Setelah tahap reduksi data, proses selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Penyajian data bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam menguasai dan memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terkait dengan implementasi nilai demokrasi yang ada di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, grafik, diagram, atau matriks ataupun bentuk yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan hasil analisis data di lapangan nantinya.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat hasil reduksi data dan tetap mengacu pada rumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


(60)

45

membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mengetahui implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten.

G. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Terdapat dua teknik triangulasi yang digunakan yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1. Triangulasi sumber

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber yang dilakukan dengan menguji data hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru kelas 3b dan 5b, dan perwakilan siswa kelas 3b dan 5b. Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber. (Sugiyono, 2013: 373)

2. Triangulasi teknik

Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dengan membandingkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengungkapan data tentang implementasi nilai demokrasi di SD Muhammadiyah Gantiwarno Klaten. Triangulasi teknik bertujuan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. (Sugiyono 2013: 373)


(61)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

SD Muhammadiyah Program Khusus Gantiwarno atau yang dikenal dengan SD Muhammadiyah Gantiwarno adalah sekolah dasar yang terletak di Desa Somopuro, Mutihan, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah. SD Muhammadiyah Program Khusus Gantiwarno merupakan SD Binaan SD Muhammadiyah Condong Catur Yogyakarta. SD Muhammadiyah Gantiwarno berdiri pada bulan Juli tahun 2007 sehingga kurang lebih 8 tahun SD ini berdiri. Wilayah SD ini cukup strategis karena berada di pinggir jalan utama arah Gantiwarno serta satu-satunya SD Muhammadiyah yang terletak di Gantiwarno. Bangunan SD Muhammadiyah Gantiwarno terbagi menjadi dua gedung, gedung barat dan gedung timur dan terdiri dari 2 lantai. Kedua gedung tersebut memisahkan antar kelas dan ruang guru. Gedung timur digunakan untuk kelas 1a, 1b, 1c,2a, 2b, 2c, TU, multimedia dan ruang kepala sekolah sedangkan gedung barat digunakan untuk kelas 3a, 3b, 4a, 4b, dan 5a, 5b serta kelas 6. SD Muhammadiyah Gantiwarno memiliki 13 ruang kelas, 1 ruang multimedia, 1 ruang guru, ruang kepala sekolah dan 1 ruang tata usaha akan tetapi SD ini belum memiliki ruang perpustakaan sehingga untuk menyimpan buku-buku pelajaran di letakkan di masing-masing kelas. Sekolah ini juga belum memiliki mushola sehingga siswa melaksanakan sholat jamaah di kelas masing-masing. SD Muhammadiyah Gantiwarno memiliki 21 guru pengajar, 2 karyawan tata usaha dan 1 penjaga kebun.


(62)

47

Daftar guru dan karyawan di SD Muhammadiyah Gantiwarno dapat dijelaskan dalam tabel di bawah.

Tabel 1. Data Jumlah Guru dan Karyawan di SD Muhammadiyah Gantiwarno

No Jabatan Jumlah

1. Kepala Sekolah 1

2. Guru kelas 13

3. Guru PAI dan Bahasa Arab 3

4. Guru mulok 1

5. Guru Bahasa Inggris 2

6. Guru Olahraga 1

6. Karyawan 3

Jumlah siswa di SD Muhammadiyah Program Khusus Gantiwarno ada 318 orang. Jumlah siswa laki-laki di sekolah ini adalah 134 orang sedangkan jumlah siswa perempuan ada 184 orang. Tiap kelas memiliki jumlah siswa yang berbeda-beda. Rata-rata tiap kelas terdiri dari 20-25 siswa. Gambaran kondisi siswa di setiap kelas di SD Muhammadiyah Program Khusus Gantiwarno dapat dijelaskan dalam tabel di bawah.

Tabel 2. Data Jumlah Siswa SD Muhammadiyah Program Khusus Gantiwarno Kelas

Siswa Laki-Laki

Jumlah Laki-laki Perempuan

Kelas I 36 37 73

Kelas II 24 36 70

Kelas III 21 28 49

Kelas IV 17 39 56

Kelas V 19 31 50

Kelas VI 8 13 21

Jumlah 134 184 318

SD Muhammadiyah Program Khusus Gantiwarno merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan serta dikembangkan dengan


(63)

48

program sekolah yang memperbanyak pendekatan agamis melalui pengintegrasian antara pendidikan agama islam dan pendidikan umum. Model pendidikan mengacu pada aspek yang memadukan antara pendidikan disekolah, alam, rumah dan lingkungan masyarakat dengan memaksimalkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam mencapai kompetensi dasar, dengan harapan peserta didik menjadi manusia yang berakhlakul kharimah, cerdas, berwawasan luas, terampil, kreatif dan bertaqwa kepada Allah SWT. Adapun Visi Misi SD Muhammadiyah Gantiwarno adalah sebagai berikut.

Visi Misi

“Qur‟ani, Kreatif, Inovatif & Berbudaya Profesional.” 1. Unggul dalam akhlaq islam, prestasi dan iptek

2. Unggul dalam kognitif, afektif dan psikomotorik

3. Menumbuhkan semangat kehidupan yang islami di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat (menjadi sekolah sebagai laboratorium kehidupan beragama).

4. Melaksanakan pendidikan dan bimbingan yang efektif pada siswa, sehingga siswa dapat berkembang sesuai bakat dan potensinya.

5. Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali dan menumbuhkan bakat/ potensinya sejak dini sehingga dapat dikembangakan secara optimal.

6. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan semua warga sekolah, komite sekolah dan stake holders.

B. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah peneliti peroleh di lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen sekolah. Hasil penelitian dalam penelitian ini mengungkap tentang implementasi nilai demokrasi


(64)

49

dalam kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran yang ada di SD Muhammadiyah Gantiwarno.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian atau display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dimengerti dan dipahami. Tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 8 Halaman 189. Penelitian ini menggunakan data secara deskriptif berupa uraian kalimat sebagai berikut.

1. Implementasi Nilai Demokrasi melalui Kegiatan Pembelajaran. a. Pengertian Nilai Demokrasi

Keberhasilan guru dalam membiasakan nilai-nilai demokrasi tergantung dari bagaimana guru memahami dan mengerti tentang nilai-nilai demokrasi itu sendiri. Hasil wawancara dengan bapak „W‟ menyatakan “Nilai-nilai demokrasi adalah aturan- aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat demokrasi, yang apabila nilai dilaksanakan akan mendidik anak untuk berlaku demokratis. Wujud nilai-nilai demokrasi adalah menghargai perbedaan, berlaku adil, toleransi”. Hal tersebut sependapat dengan pendapat dari bapak Az yang mengungkapkan bahwa “Nilai demokrasi itu adalah nilai dimana setiap masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama. Nilai demokrasi juga menjunjung tinggi kebebasan dan keadilan. Contohnya mengajarkan anak untuk berlaku adil dan tidak membedakan dengan temannya, toleransi dan ikut berpartisipasi aktif.” Senada dengan kedua pendapat tersebut menurut


(65)

50

bapak N “Nilai demokrasi itu adalah suatu nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup, dalam kehidupan masyarakat yang mengunakan faham demokrasi”.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi merupakan nilai yang digunakan sebagai pedoman dan berisi aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi kebebasan, keadilan serta kesamaan hak dan kewajiban contoh nilai demokrasi di sekolah yakni sikap saling menghargai perbedaan, toleransi, berlaku adil dan partisipasif. Berdasarkan hal ini guru memahami nilai-nilai demokrasi yang kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Pentingnya Nilai-Nilai Demokrasi

Hasil wawancara tentang pentingnya nilai-nilai demokrasi yang diungkapkan oleh bapak „N‟ yang menyatakan bahwa: “Nilai demokrasi sangat penting bagi siswa untuk membentuk jati diri, mengendalikan sifat egois dan individualnya serta akan menciptakan suasana yang damai, tidak bermusuhan dan dapat saling memahami menghargai satu dengan yang

lainnya.” Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Az yang

berpendapat bahwa “nilai demokrasi penting bagi siswa untuk memahami bagaimana siswa tersebut seharunya berperilaku dengan gurunya, maupun teman-temannya. Anak nanti akan terbiasa untuk menghargai orang lain”. Senada dengan pendapat di atas bapak „W‟ juga mengungkapkan bahwa nilai demokrasi sangat penting dan harus dimiliki siswa, karena dengan


(1)

217

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DAN

KETERAMPILAN

KELAS V SEMESTER I

SD MUHAMMADIYAH

GANTIWARNO

Somopuro Mutihan Gantiwarno Klaten 57455


(2)

218

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Nama Sekolah : SD Muhammadiyah Gantiwarno Mata Pelajaran : Seni Budaya Dan Keterampilan Kelas/Semester : V/ I

Pertemuan Ke : 1

Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit SENI RUPA

Standar Kompetensi

1. Mengapresiasi karya seni rupa

I. Kompetensi Dasar :

1.1 menjelaskan makna motif hias

II. Tujuan Pembelajaran**

Mengenal berbagai jenis motif hias pada karya seni rupa daerah Jawa Barat

Karakter siswa yang diharapkan :

Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Demokratif , Rasa Ingin tahu, Cinta tanah air,

Bersahabat, Menghargai prestasi, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab

III. Materi Ajar Makna motif hias

IV. Metoda Pembelajaran 1. apersepsi (pengamatan) 2. ekspositori (menerangkan) 3. tanya jawab

4. latihan

V. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan awal

Melakukan pengamatan gambar/foto/model berbagai motif hias Nusantara Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Mengenal berbagai jenis motif hias pada karya seni rupa daerah Jawa Barat

 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;


(3)

219

 memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 Mengidentifikasi jenis motif hias daerah Jawa Barat

 Memberikan catatan deduktif-deskriptif tentang jenis motif hias daerah Jawa Barat  Mengeksposisi keragaman motif hias daerah Jawa Barat

 Tanya jawab  Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, siswa:

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru  Memberikan latihan soal

 Memberikan soal Pekerjaan Rumah  Menutup pelajaran

VI. Alat/Bahan dan Sumber Belajar

 Buku paket SBK standar isi 2006

 Buku Saya Ingin Terampil dan Kreatif, Grafindo

 Model karya seni rupa tiga dimensi

 Gambar atau foto VII. Penilaian

Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk

Instrumen Instrumen/ Soal

Disiplin,

Kerja keras

Kreatif,

Demokratif

Rasa Ingin tahu,

Cinta tanah air,

Bersahabat,

Menghargai prestasi,

Gemar membaca,

Peduli lingkungan,

Peduli sosial,

Tanggung jawab

 menyebutkan cirri-ciri berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara.

 mengelompokkan berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara.

Tes tulis Jawab Singkat

Sebutkan cirri-ciri berbagai jenis objek, tema, dan symbol dalam karya seni rupa nusantara?


(4)

220 FORMAT KRITERIA PENILAIAN

PRODUK ( HASIL DISKUSI )

No. Aspek Kriteria Skor

1. Konsep * semua benar

* sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah

4 3 2 1

PERFORMANSI

No. Aspek Kriteria Skor

1.

2.

Praktek

Sikap

* aktif Praktek * kadang-kadang aktif * tidak aktif

* Sikap

* kadang-kadang Sikap * tidak Sikap

4 2 1 4 2 1 LEMBAR PENILAIAN

No Nama Siswa

Performan

Produk Jumlah

Skor Nilai Pengetahuan Sikap

1. 2. 3. 4. 5. CATATAN :

Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.

Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial. Mengetahui

Kepala Sekolah Guru kelas 5

.Muh Wahyunto, S.Pd.. Azmil Umuuri, S.Pd


(5)

222


(6)

223


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

3 20 127

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI KEBANGSAAN MELALUI EKSTRAKURIKULER HIZBUL WATHAN DI SD MUHAMMADIYAH 2 Implementasi Pendidikan Nilai Kebangsaan Melalui Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Di SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 3 16

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH ALAM SURYA MENTARI Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Muhammadiyah di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari Surakarta 2015.

0 2 19

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH ALAM SURYA MENTARI Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Muhammadiyah di Sekolah Dasar Muhammadiyah Alam Surya Mentari Surakarta 2015.

0 2 17

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BUSANA DI SMK NEGERI 1 GANTIWARNO KLATEN Pengelolaan Pembelajaran Menggambar Busana Di SMK Negeri 1 Gantiwarno Klaten.

0 4 18

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BUSANA DI SMK NEGERI 1 GANTIWARNO KLATEN Pengelolaan Pembelajaran Menggambar Busana Di SMK Negeri 1 Gantiwarno Klaten.

0 3 16

AKTIVITAS DALAM KEGIATAN ORGANISASI, PEMAHAMAN NILAI-NILAI DEMOKRASI DAN IMPLEMENTASI NILAI-NILAI Aktivitas Dalam Kegiatan Organisasi, Pemahaman Nilainilai Demokrasi Dan Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Pada Anggota Imm Korkom Ums Tahun 2013.

0 2 15

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PERSATUAN DAN DEMOKRASI Implementasi Nilai-Nilai Persatuan Dan Demokrasi Di Kalangan Pemuda Studi Kasus Pada Karang Taruna Sumbung Bawono Di Dusun Pengkol Desa Pijiharjo Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri.

0 1 17

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ORGANISASI KESISWAAN :Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Lembang:.

1 4 65

Implementasi Nilai-nilai Demokrasi Pasca ReformasiI Dalam Pemikiran Amien Rais

0 0 15