Latar Belakang Desain Model Sistem Pembangunan Agroindustri Berbasis Padi Dengan Pola Divestasi
2 Betapa vitalnya peranan beras bagi masyarakat Indonesia, telah dipahami
baik oleh pakar perberasan sendiri maupun khalayak luas. Beras telah menjadi bahan pangan pokok yang kebutuhannya selalu meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk.
Bila beras cukup tersedia di pasar-pasar di seluruh wilayah pemukiman penduduk pada tingkat harga yang terjangkau daya beli, maka akan dapat tercipta
kondisi yang aman bagi masyarakat. Sebaliknya bila terjadi gejolak harga beras dan persediaannya terbatas, maka akan dapat menimbulkan keresahan sosial
Patiwiri 2006.
Problematika pengadaan beras bagi kebutuhan domestik hingga kini masih merupakan problem besar yang tampaknya sulit diselesaikan secara tuntas.
Problem perberasan nasional tampaknya cenderung akan semakin kompleks mengingat kebutuhan terhadap beras meningkat terus mengikuti laju pertambahan
penduduk. Sementara itu konsumen pun cenderung memilih beras yang berkualitas super seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan ataupun status
sosial. Jumlah produksi beras domestik yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, telah menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor
beras. Bahkan produk pangan lainnya pun banyak yang diimpor sehingga menjadikan negeri agraris ini menjadi negara net importir pangan Abubakar
2007.
Dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan beras domestik, pemerintah telah dan terus berupaya meningkatkan produksi beras domestik. Upaya
peningkatan produksi padi di tempuh dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Cara intensifikasi, yaitu upaya meningkatkan produksi padi dengan cara
meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman per luasan lahan. Cara ini banyak dilakukan di sentra-sentra produksi padi di Pulau Jawa. Sedangkan cara
ekstensifikasi, yaitu memperluas areal tanam padi, banyak dilakukan di daerah- daerah yang masih memungkinkan, seperti Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan mungkin saja Papua.
Sementara itu Patiwiri 2006, menyatakan bahwa permasalahan pasokan beras nasional semakin lama semakin berat dan komplek. Permasalahan tersebut
antara lain : a disparitas produksi dan konsumsi padi yang cukup besar dan memiliki sebaran cukup luas, b skala usaha tani yang relalif sempit petani
gurem serta terpencar sehingga mangakibatkan sulit dan tidak efisien dalam penanganan penyediaan sarana produksi, pengolahan dan pemasarannya, c
tingkat kehilangan hasil yang masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20 terutama kehilangan gabah pada tahap panen dan perontokan, d kualitas gabah dan beras
yang diproduksi petani dan diolah pengusaha penggilingan padi masih relatif rendah terutama berkaitan dengan fisik beras, rasa, penampakan dan kemasan, e
masih rendahnya tingat rendemen dan kualitas beras yang diakibatkan oleh kondisi alat dan mesin pengolahan padi yang masih tradisional dan belum
memenuhi standar sebagai processor yang baik, f lemahnya permodalan dan kelembagaan di tingkat petani mangakibatkan posisi tawar petani menjadi lemah,
g masih belum efisiennya biaya pengolahan dan pemasaran padiberas sehingga menurunkan daya saing dan h minimnya ketersediaan fasilitas pasca panen
terutama mesin pengering dan mesin perontok padi.
Di Thailand, sekitar 90 gabah dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering sedangkan di Indonesia sebaliknya. Penggunaan mesin perontok padi di
3 Indonesia berkembang hanya di daerah-daerah yang benar-benar tidak tersedia
lagi tenaga perontok padi. Produksi padi sangat bergantung pada ketersediaan air. Sementara itu adanya pemanasan global dan tidak menentunya iklim membuat
estimasi produksi menjadi tidak mudah, dan pasar beras global ternyata tetap sangat sensitif terhadap perubahan permintaan dan spekulasi sebagaimana telah
terjadi pada krisis pangan global tahun 2008 Sawit 2010. Ini berarti bahwa peningkatan produksi beras domestik harus diupayakan semaksimal mungkin
guna mengantisipasi keadaan yang tidak dikehendaki yaitu kelangkaan pasokan beras.
Sudah seharusnya untuk produk pangan beras ini diberikan perhatian yang besar
dan diupayakan
dengan sungguh-sungguh
untuk mengurangi
ketergantungan dari pasokan impor. Dengan kata lain, harus diupayakan pasokan beras domestik yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan beras dalam
negeri. Faktanya hingga kini belum ada perusahaan baik swasta ataupun milik pemerintah yang tertarik dan menekuni bidang produksi beras. Pernah muncul
gagasan untuk membangun rice estate, namun hingga kini belum ada realisasinya.
Bagaimanakah seharusnya agar Indonesia bisa mencapai swasembada beras secara berkelanjutan? Bagaimana pula dengan nasib petani padi? Hingga kini
para petani tetap setia berkiprah dalam budidaya tanaman padi namun hidupnya belum dapat dikatakan sejahtera ataupun berdaya. Pernyataan ini merupakan inti
permasalahan atau problem statement yang perlu dicarikan solusi terbaiknya.
Penelitian-penelitian sebelumnya tentang pembangunan agroindustri umumnya berfokus pada aspek material dan teknologis belaka, seperti
peningkatan produksi ataupun aplikasi teknologi terapan. Demikian pula penelitian-penelitian yang menyangkut peningkatan pendapatan petani sifatnya
masih parsial, seperti penyediaan modal dan paket-paket teknologi. Dapat dikatakan masih sulit untuk mendapatkan penelitian yang menggabungkan aspek
pembangunan agroindustri, peningkatan produksi dan sekaligus peningkatan pendapatan petani yang dikemas dalam satu perusahaan bisnis yang running well.
State of the art penelitian ini adalah maju selangkah dari penelitian- penelitian terdahulu, yaitu dengan menggabungkan aspek pembangunan
agroindustri, peningkatan produksi beras dan peningkatan pendapatan petani yang didisain dengan pola divestasi. Pola divestasi inilah yang menjadi unsur kebaruan
atau novelty pada penelitian ini.
Pada pola divestasi ini pada awalnya dibangun satu atau beberapa unit agroindustri saja, agar dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat tumbuh,
berkembang dan menjadi unit agroindustri yang sehat. Sementara itu secara paralel masyarakat setempat terutama petani dan pedagang padi setempat
dipersiapkan dengan program pemberdayaan. Program ini dimaksudkan agar kelak mereka dapat mengambil alih dengan jalan divestasi secara bertahap.
Seterusnya dana yang dapat diperoleh dari proses divestasi ini dapat digunakan untuk membangun agroindustri di tempat lain.
Pembangunan agroindustri padi melibatkan usaha di bagian hulu dan bagian hilir. Masing-masing usaha saling berinteraksi. Bila setiap usaha tersebut
dapat dibangun secara simultan, akan menghasilkan resultan yang saling memperkuat, sebaliknya bila ada salah satu usaha yang tidak berkembang, maka
akan menjadi faktor pembatas untuk kemajuan agroindustri berbasis padi ini.
4 Usaha-usaha yang ada pada bagian hulu diantaranya adalah industri benih,
pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, jasa pengolahan tanah, usaha budidaya padi, industry wadahkemasan dan lain sebagainya. Sementara itu berbagai usaha
pada bagian hilir diantaranya adalah pakan ternak, pati beras, tepung beras, minuman berbahan beras, industri kosmetik facial powder dan lain sebagainya.
Keterlibatan usahaindustri tersebut dalam pembangunan agroindustri berbasis padi menuntut perlunya kerjasama yang sinergis, yang saling
menguatkan dan saling menguntungkan. Pembangunan agroindustri berbasis padi dengan pola divestasi diharapkan akan lebih mudah untuk diimplementasikan,
dapat meningkatkan pendapatan petani, produksi beras domestik dan pembiayaan pembangunan yang lebih hemat.
Mempertimbangkan bahwa persoalan yang dihadapi dalam upaya pembangunan agroindustri beras ini melibatkan permasalahan yang komplek,
dinamis serta berdimensi besar, maka permasalahan ini perlu diselesaikan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan metodologi penyelesaian
persoalan yang dimulai dengan identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan atau faktor penting lainnya untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
Seterusnya, untuk mempermudah bagi pihak-pihak yang berkepentingan berkaitan dengan penetapan keputusan untuk membangun agroindustri berbasis
padi ini, perlu disusun suatu Sistem Penunjang Keputusan SPK, yang merupakan finishing point dari penelitian ini. SPK akan membantu untuk
menentukan keputusan yang terbaik. SPK merupakan suatu konsep spesifik yang menghubungkan suatu sistem komputerisasi dengan pemakainya user.
SPK yang akan disusun adalah SPK Cerdas. SPK Cerdas ini dibangun dengan memanfaatkan teknik-teknik yang dikembangkan dalam bidang keilmuan
Artificial Intelligence, seperti fuzzy systems, neural network dan genetic algorithms. Dengan SPK Cerdas ini diharapkan dapat membantu pihak penentu
kebijakan dalam mengakses, menampilkan serta memahami data secara lebih cepat dan mudah untuk menentukan keputusan.
Akhirnya, penelitian tentang pembangunan agroindustri berbasis padi dengan pola divestasi yang menggunakan pendekatan sistem sangat penting untuk
segera dilakukan untuk menghasilkan model sistem pembangunan agroindustri yang dapat meningkatkan pendapatan petani, produksi beras domestik dan
pembangunan agroindustri berbasis padi dengan biaya yang sehemat mungkin.
Adapun keterkaitan substansi antar bab dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini. Dengan memperhatikan keterkaitan tersebut akan dapat ditarik benang
merah yang menjadi substansi penelitian ini.