Hasil dan Pembahasan Desain Model Sistem Pembangunan Agroindustri Berbasis Padi Dengan Pola Divestasi

54 Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah penghasil beras di Jawa Barat, dengan produksi sekitar 600 ribu ton gabah per tahun. Daerah ini membutuhkan sekitar 200 unit penggilingan padi modern berkapasitas 3 000 ton gabah per unit tahun. Jika penggilingan beras dilakukan dengan cara konvensional, dengan pengadaan 5 unit per tahun, dibutuhkan jangka penyelesaian selama 40 tahun untuk menggiling total produksi gabah tersebut. Dengan metode divestasi, jangka waktu penyelesaian lebih cepat, karena menggunakan metode investasi bergulir. Terdapat dua faktor yang memiliki interaksi tinggi dan dinamis, yaitu alokasi pendanaan dan waktu penyelesaian. Bila dialokasikan dana yang relatif kecil, maka diperlukan waktu yang cukup lama untuk penyelesaian pembanguan unit penggilingan padi modern untuk memenuhi kebutuhan layanan penggilingan padi bagi kawasan tertentu. Sebaliknya bila dialokasikan dana yang relatif besar maka waktu penyelesaiannya dapat diperpendek. Berdasarkan kondisi yang telah disebutkan, alokasi pendanaan merupakan faktor kritis dan pembatas. Tiga skenario disusun, yaitu skenario investasi rendah, menengah, tinggi, dengan alokasi 5, 10, dan 15 unit penggilingan padi modern per tahun. Skenario I Dalam skenario ini, dialokasikan dana untuk pembangunan 5 unit penggilingan padi modern per tahun atau sama dengan 5 x Rp 5.4 milyar atau Rp 27 milyar per tahun. Divestasi penggilingan beras pada kelompok petani lokal menggunakan jangka waktu pembayaran selama 4 tahun. Asumsi bahwa semua keuntungan diberikan ke kelompok tani. Petani perseorangan juga diberikan insentif Rp 500 per kg gabah sebagai stimulan untuk peningkatan produksi gabah. Sumber pendapatan ini digunakan untuk pembayaran kembali divestasi unit penggilingan padi. Hasil simulasi skenario ini dapat dilihat pada Gambar 5.5. Investasi dilakukan pada 5 unit per tahun secara konstan. Berdasarkan divestasi dan reinvestasi atau metode bergulir, jumlah unit penggilingan padi modern baru meningkat garis no. 2 Gambar 5.5 dan jumlah total beras meningkat secara cepat. Untuk mencapai 200 unit penggilingan beras, dibutuhkan waktu 15 tahun. Waktu penyelesaian ini ternyata lebih cepat daripada metode konvensional yang membutuhkan waktu 40 tahun. Laju peningkatan pertambahan pendapatan petani ditunjukkan pada Gambar 5.6. Penggunaan terminologi pertambahan pendapatan petani lebih sederhana daripada dengan istilah total pendapatan. Garcia-Alonso et al. 2009 menyatakan bahwa penentuan atau penghitungan keuntungan usahatani bruto sangat sulit dan berbiaya mahal, sebab membutuhkan semua nilai input dan semua nilai produk yang dihasilkan. Oleh karena itulah pada penelitian ini digunakan terminologi pertambahan pendapatan petani, bukan total pendapatan petani. 55 Y e a r U n it n_inv 1 nrm 2 frm 3 t_rm 4 5 10 15 50 100 150 200 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Gambar 5.5 Peningkatan jumlah unit penggilingan padi modern pada alokasi 5 unit per tahun Di negara berkembang seperti Indonesia, petani sebagai penghasil gabah selalu menjual hasil panennya dengan segera karena membutuhkan uang tunai. Umumnya, harga produk pertanian pada saat panen merosot sebagai akibat melimpahnya pasokan. Mereka menjual semua gabah hasil panen, tanpa ada stok yang disimpan untuk kebutuhan sendiri. Rendahnya pendapatan dari usaha budidaya padi berdampak pada kesulitan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Olehnya itu, tambahan pendapatan sangat penting bagi mereka. Kehadiran unit penggilingan padi modern yang akan memberikan pendapatan tambahan adalah merupakan usaha yang baik untuk meningkatkan taraf hidup petani padi. Y e a r B ill io n R up ia h afi_nrm 1 afi_frm 2 5 10 15 50 100 150 200 250 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 5.6 Peningkatan tambahan pendapatan petani pada alokasi 5 unit per tahun Tahun m il y a r r u p i a h Tahun inv baru UPP baru UPP lunas total UPP milyar rupiah PPP UPP baru PPP UPP lunas PPP: Pertambahan Pendapatan Petani 56 Besaran tambahan pendapatan individual petani didasarkan atas besaran produksi GKP dan status penggilingan beras. Pada empat tahun pertama, mereka belum mendapatkan tambahan pendapatan secara penuh karena masih harus mengangsur biaya divestasi. Setelah empat tahun barulah unit penggilingan padi sudah lunas dan petani mendapatkan tambahan pendapatan secara penuh. Total tambahan pendapatan selalu meningkat berbanding lurus dengan jumlah unit penggilingan padi yang dibangun. Pada akhir periode pembangunan, setelah15 tahun, besaran pertambahan pendapatan mencapai Rp 110.24 milyar per tahun untuk kelompok tani pada unit penggilingan padi baru, dan Rp 265.11 milyar per tahun untuk kelompok tani pada unit penggilingan padi yang sudah lunas. Susut pasca panen gabah di Indonesia masih cukup tinggi. Jika pada kegiatan pemanenan, perontokan, pengangkutan dan pengeringan gabah dapat mereduksi nilai susut ini sebesar 5, dan pada proses penggilingan gabah dapat ditingkatkan rendemennya sebesar 2 dengan pemakaian mesin-mesin modern, maka akan diperoleh tambahan produksi beras seperti ditunjukkan pada Gambar 5.7. Y e a r To ns Y e a r 5 10 15 5.000 10.000 15.000 20.000 Gamabr 5.7 Peningkatan tambahan produksi beras pada alokasi pembanguan 5 unit penggilingan padi modern per tahun Pada akhir program pembangunan, yaitu pada akhir tahun ke-15, semua dana investasi dapat ditarik kembali dan dapat digunakan untuk mendanai pemangunan unit penggilingan padi modern di daerah lain. Inilah kelebihan pola pembangunan secara divestasi, dana investasi dapat ditarik kembali pada akhir program. Hasil simulasi sistem dinamik pada alokasi 5 unit UPP per tahun, yaitu variabel total UPP, pertambahan produksi beras dan pertambahn pendapatan petani disajikan pada Tabel 5.1. Tahun tontahun 57 Tabel 5.1 Simulasi sistem dinamik pada alokasi 5 unit UPP per tahun Tahun Total UPP Unit Pertambahan beras ton Pertambahan Pendapatan Kelompok Tani UPP Baru milyar rp UPP Lunas milyar rp 1 5 562.80 7.35 2 11 1 266.31 14.70 2.52 3 18 2 110.50 22.05 7.57 4 27 3 095.40 29.40 15.15 5 37 4 221.00 36.75 25.25 6 48 5 487.30 44.10 37.87 7 61 6 894.30 51.45 53.02 8 75 8 442.00 58.80 70.70 9 90 10 130.40 66.14 90.89 10 106 11 958.50 73.49 113.62 11 123 13 929.50 80.84 138.87 12 142 16 039.30 88.19 166.64 13 162 18 291.00 95.54 196.94 14 183 20 682.90 102.89 229.76 15 206 23 215.50 110.24 265.11 16 230 25 888.80 117.59 302.98 17 255 28 702.80 124.94 343.38 18 281 31 657.50 132.29 386.30 19 308 34 752.90 139.64 431.75 20 337 37 999.00 146.99 479.72 Skenario II Pada Skenario II ini, dana investasi yang dialokasikan sebesar dua kali lipat Skenario I, yaitu 10 kali Rp5.4 milyar total Rp54 milyar per tahun. Jika pada skenario I diperlukan waktu penyelesaian selama 15 tahun, maka pada Skenario II ini waktu penyelesainnya menjadi lebih cepat, yaitu 10 tahun saja. Peningkatan jumlah unit penggilingan padi modern, tambahan pendapatan petani dan tambahan produksi beras dapat dilihat pada Gambar 5.8, 5.9 dan 5.10. Hasil simulasi sistem dinamik pada alokasi 10 unit UPP per tahun, yaitu variabel total UPP, pertambahan produksi beras dan pertambahn pendapatan petani disajikan pada Tabel 5.2. 58 Y e a r U n it n_inv 1 nrm 2 frm 3 t_rm 4 5 10 15 100 200 300 400 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Gambar5.8 Peningkatan jumlah unit penggilingan padi modern pada alokasi pembangunan 10 unit per tahun Y e a r B ill io n R up ia h afi_nrm 1 afi_frm 2 5 10 15 100 200 300 400 500 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar 5.9 Peningkatan tambahan pendapatan petani pada alokasi pembangunan 10 unit per tahun Tahun Tahun inv baru UPP baru UPP lunas total UPP inv baru UPP baru UPP lunas total UPP inv baru UPP baru UPP lunas total UPP PPP UPP baru PPP UPP lunas PPP: Pertambahan Pendapatan Petani milyar rupiah 59 Y e a r To ns Y e a r 5 10 15 10.000 20.000 30.000 40.000 Gambar 5.10 Peningkatan tambahan produksi beras pada alokasi pembangunan 10 unit per tahun Tabel 5.2 Simulasi sistem dinamik pada alokasi 10 unit upp per tahun Tahun Total UPP Unit Pertambahan beras ton Pertambahan Pendapatan Kelompok Tani UPP Baru milyar rp UPP Lunas milyar rp 1 10 1 125.60 14.70 2 22 2 532.60 29.40 5.05 3 37 4 221.00 44.10 15.15 4 56 6 190.80 58.80 30.30 5 75 8 442.00 73.49 50.50 6 97 10 974.60 88.19 75.75 7 122 13 788.60 102.89 106.04 8 150 16 884.00 117.59 141.39 9 180 20 260.80 132.29 181.79 10 212 23 919.00 146.99 227.24 Skenario III Pada skenario ini, alokasi dana investasi sebesar tiga kali lipat Skenario I, yaitu Rp81 milyar per tahun. Jika pada Skenario II diperlukan waktu penyelesaian selama 10 tahun, maka pada skenario waktu penyelesaian program dapat lebih cepat, menjadi 7 tahun 6 bulan. Peningkatan jumlah unit penggilingan padi modern, tambahan pendapatan petani dan tambahan produksi beras dapat dilihat pada Gambar 5.11, 5.12 dan 5.13. Hasil simulasi sistem dinamik pada alokasi 15 unit UPP per tahun, yaitu variabel total UPP, pertambahan produksi beras dan pertambahn pendapatan petani disajikan pada Tabel 5.3. Tahun tontahun 60 Tabel 5.3 Simulasi sistem dinamik pada alokasi 15 unit upp per tahun Tahun Total UPP Unit Pertambahan beras ton Pertambahan Pendapatan Kelompok Tani UPP Baru milyar rp UPP Lunas milyar rp 1 15 1 688.40 22.05 2 33 3 798.90 44.10 7.57 3 56 6 331.50 66.14 22.72 4 82 9 286.20 88.19 45.45 5 112 12 663.00 110.24 75.75 6 146 16 641.90 132.29 113.62 7 183 20 682.90 154.34 159.07 8 225 25 326.00 176.39 212.09 9 270 30 391.20 198.43 272.68 10 318 35 787.50 220.48 340.85

5.3 Implikasi Manajerial

Perbandingan variabel akumulasi tambahan produksi beras dan tambahan pendapatan petani untuk setiap skenario dapat dilihat pada Tabel 5.4.Untuk keperluan perbandingan ini digunakan digunakan jangka waktu 15 tahun, yaitu jangka waktu yang diperlukan Skenario I untuk penyelesaian pembangunan. Table 5.4 Perbandingan akumulasi tambahan produksi beras dan tambahan pendapatan petani selama 15 tahun Dana Investasi Waktu Penyelesaian Akumulasi Tambahan Skenario milyar rupiah tahun Produksi Beras Pendapatan Petani ton milyar rupiah I 405 15 123 112.50 1 920.49 II 540 10 204 015.00 3 138.56 III 607.5 7.5 231 916.96 3 498.14 Implementasi pembangunan agroindustri dengan pola divestasi memerlukan beberapa persyaratan. Dua diantara persyaratan tersebut yang penting adalah dukungan pendanaan oleh lembaga nirlaba yang akan membangun unit-unit penggilingan padi modern dan kesiapan SDM yang terkait didalamnya. Terdapat dua kelompok SDM yang vital peranannya, yaitu personalia pengelola lembaga nirlaba dan kelompok tani yang nantinya akan mengambil alih kepemilikan dan kepengurusan unit penggilingan padi modern. Pengelola lembaga nirlaba memiliki tugas dan tanggung jawab untuk merencanakan, mendesain dan melaksanakan semua program-program pembangunan unit penggilingan padi modern. Jika faktor pendanaan dan SDM yang terkait telah siap, maka skenario yang direkomendasikan adalah Skenario III dengan jangka waktu penyelesaian yang singkat, yaitu cukup 7 tahun 6 bulan. Jika pendanaan yang ada tidak mendukung untuk mengaplikasikan 61 milyar rupiah Skenario III, maka pilihannya jatuh ke Skenario II. Jika untuk melaksanakan Skenario II pun masih ada kendala, maka pilihan terakhir adalah Skenario I. Y e a r U n it n_inv 1 nrm 2 frm 3 t_rm 4 5 10 15 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Gambar5.11 Peningkatan jumlah unit penggilingan padi modern pada alokasi pembangunan 15 unit per tahun Y e a r B ill io n R u pi a h afi_nrm 1 afi_frm 2 5 10 15 200 400 600 800 1 2 1 2 1 2 1 2 Gambar5.12. Peningkatan tambahan pendapatan petani pada alokasi pembangunan 15 unit per tahun Tahun Tahun PPP UPP baru PPP UPP lunas PPP: Pertambahan Pendapatan Petani inv baru UPP baru UPP lunas total UPP