15
c Internal Rate of Return
Internal Rate of Return IRR merupakan tingkat bunga yang
menyebabkan suatu usaha dalam 1 siklus ekonomi memperoleh keuntungan nol, dalam arti tidak memperoleh untung atau rugi, dengan kata lain impas.
Suatu usaha dinyatakan layak secara finansial jika nilai IRR lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman yang berlaku. Sebaliknya bila IRR
lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman yang berlaku maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak secara finansial.
d Net-Benefit Cost Ratio
Net-Benefit Cost Ratio net BC merupakan perbandingan antara manfaat
dengan biaya selama satu siklus usaha. Suatu usaha dinyatakan layak secara finansial jika nilai net BC lebih besar dari 1.
e Break Even Point
Yang dimaksud dengan break even point BEP adalah jumlah hasil
penjualan oleh suatu unit usaha menyebabkan unit usaha tersebut tidak untung tetapi juga tidak rugi. Agar dapat memperoleh untung maka unit usaha tersebut
harus mampu menjual hasil produksinya lebih dari jumlah break-even point.
f Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik untuk menunjukkan seberapa besar perubahan kriteria investasi, yang diakibatkan oleh perubahan masukan
dengan asumsi bahwa hal lain tidak terjadi perubahan Brown 1994. Analisis sensitivitas dapat digunakan manajemen untuk mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Analisis sensitivitas dapat dikaitkan dengan pengurutan prioritas. Makin tinggi kesensitifan proyek terhadap suatu variabel maka variabel
tersebut makin diprioritaskan untuk diantisipasi. Analisis sensitivitas biasanya didasarkan pada suatu kondisi awal, misalnya: setiap input sesuai dengan yang
diharapkan expected value, kemudian diikuti dengan antisipasi kondisi perubahan terhadap suatu variabel.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pembangunan agroindustri yang dilakukan dengan multi- objectives yang mencakup aspek sumberdaya manusia, peningkatan produksi, dan
pembangunan agroindustri sampai dengan saat ini masih sulit ditemui. Umumnya penelitian yang sudah dilakukan menyangkut satu atau dua objectives saja. Upaya
mengaitkan pengembangan agroindustri ini dengan peningkatan pendapatan petani serta pembangunan agroindustri dengan pola divestasi merupakan unsur
kebaruan novelty pada penelitian ini.
Penelitian tentang aspek rantai pasok beras sudah dilakukan di Thailand. misalnya yang dilakukan oleh Thongrattana dan Perera 2010. Penelitian ini
membahas faktor ketidakpastian lingkungan terhadap pasokan beras di Thailand dengan pendekatan secara empiris. Ada tujuh faktor yang diamati. yaitu: pasokan,
permintaan, pengolahan, perencanaan dan pengendalian, kemudian tingkah laku pesaing, kebijakan pemerintah Thailand serta ketidakpastian iklim.
Penelitian yang fokus kepada masalah peningkatan pendapatan petani, telah dilakukan oleh Kasem dan Thapa 2011. Umumnya petani-petani Thailand
melakukan budidaya padi secara monokultur. Pemerintah Thailand hanya mengeluarkan kebijakan diversifikasi di beberapa provinsi untuk meningkatkan
16 pendapatan petani. Penelitian ini dilakukan dengan survai terhadap 245 rumah
tangga petani di Provinsi Nakhon Pathon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program diversifikasi tanaman tidak berhasil. Mayoritas petani 75 tetap
melakukan budidaya padi secara monokultur. Disisi yang lain, budidaya padi secara monokultur tidaklah jelek dari sisi pendapatan petani.
Beberapa penelitian sejenis yang bernuansa pemberdayaan petani dalam negeri seperti yang dilakukan oleh Maulana 2005 yang menyusun sebuah model
untuk pengembangan agroindustri nenas. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pengembangan agroindustri nenas yang mendudukkan posisi
yang setara antara posisi petani dengan industri pengolahan nenas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah BCR Benefit Cost Ratio, dimana harga
nenas segar dari petani ke industri pengolahan ditetapkan berdasarkan kesamaan BCR, antara usaha budidaya nanas dengan industri pengolahan nanas. Dengan
model ini diharapkan petani nenas dapat meningkat keuntungannya.
Peneliti lain. Kirbrandoko 2007 mencoba mendesain model sistem integrasi vertikal usaha agroindustri berbahan baku ikan hasil tangkapan nelayan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan kelompok nelayan akan meningkat, bila hasil tangkapan yaitu ikan dijadikan bahan pada agroindustri yang
juga mereka usahakan sendiri. Bahkan keuntungan tersebut akan meningkat lagi jika usaha tersebut dilanjutkan lagi pada tahap usaha distribusi produk.
Beberapa penelitian lain dapat dilihat pada Tabel 2.2, yang merupakan review dari aplikasi model-model perencanaan produksipasokan produk pertanian
yang dilakukan oleh Ahumada dan Villalobos 2009.
Tabel 2.2 Beberapa penelitian tentang aplikasi model-model perencanaan produksipasokan produk pertanian.
Peneliti Tujuan utama penelitian
Penelitian ini 2012 Membangun model agroindustri berbasis padi untuk peningkatan
produksi beras dan pendapatan petani dengan pola divestasi. Kasem Thapa
2011 Meneliti pengaruh diversifikasi tanaman terhadap peningkatan
pendapatan petani padi Thailand. Thongratana Perera
2010 Meneliti faktor ketidakpastian lingkungan terhadap pasokan beras di
Thailand. Verdow et al. 2010
Pemodelan rantai pasok yang digerakkan oleh permintaan dengan model referensi untuk produk buah.
Blackburn Scudder 2009
Strategi desain rantai pasok untuk produk segar. dengan contoh melon dan jagung manis.
Ferrer et al. 2008 Menyusun rencana penjadwalan yang optimal pada pemanenan buah
anggur dengan model Linear Programming untuk meminimalisirkan harga.
Manikas Manus 2008
Pengembangan model untuk mendukung traceability rantai pasok hasil ternak.
Kirbrandoko 2007 Membangun model sistem integrasi vertikal agroindustri berbahan baku
ikan dengan harapan untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Caixeta-Filho 2006
Mengembangkan Linear Programming pengaruh faktor-faktor pembatas kimiawi. biologis dan logistik terhadap mutu hasil panen buah dengan
tujuan untuk memaksimalkan pendapatan. Widodo et al. 2006
Mendisain Dynamic Programming untuk mengintegrasikan faktor produksi. pemanenan dan penyimpanan yang merupakan fungsi dari
pertumbuhan dan susut Loss untuk memaksimalkan kepuasan konsumen