Penelitian Terdahulu Desain Model Sistem Pembangunan Agroindustri Berbasis Padi Dengan Pola Divestasi

16 pendapatan petani. Penelitian ini dilakukan dengan survai terhadap 245 rumah tangga petani di Provinsi Nakhon Pathon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program diversifikasi tanaman tidak berhasil. Mayoritas petani 75 tetap melakukan budidaya padi secara monokultur. Disisi yang lain, budidaya padi secara monokultur tidaklah jelek dari sisi pendapatan petani. Beberapa penelitian sejenis yang bernuansa pemberdayaan petani dalam negeri seperti yang dilakukan oleh Maulana 2005 yang menyusun sebuah model untuk pengembangan agroindustri nenas. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pengembangan agroindustri nenas yang mendudukkan posisi yang setara antara posisi petani dengan industri pengolahan nenas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah BCR Benefit Cost Ratio, dimana harga nenas segar dari petani ke industri pengolahan ditetapkan berdasarkan kesamaan BCR, antara usaha budidaya nanas dengan industri pengolahan nanas. Dengan model ini diharapkan petani nenas dapat meningkat keuntungannya. Peneliti lain. Kirbrandoko 2007 mencoba mendesain model sistem integrasi vertikal usaha agroindustri berbahan baku ikan hasil tangkapan nelayan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan kelompok nelayan akan meningkat, bila hasil tangkapan yaitu ikan dijadikan bahan pada agroindustri yang juga mereka usahakan sendiri. Bahkan keuntungan tersebut akan meningkat lagi jika usaha tersebut dilanjutkan lagi pada tahap usaha distribusi produk. Beberapa penelitian lain dapat dilihat pada Tabel 2.2, yang merupakan review dari aplikasi model-model perencanaan produksipasokan produk pertanian yang dilakukan oleh Ahumada dan Villalobos 2009. Tabel 2.2 Beberapa penelitian tentang aplikasi model-model perencanaan produksipasokan produk pertanian. Peneliti Tujuan utama penelitian Penelitian ini 2012 Membangun model agroindustri berbasis padi untuk peningkatan produksi beras dan pendapatan petani dengan pola divestasi. Kasem Thapa 2011 Meneliti pengaruh diversifikasi tanaman terhadap peningkatan pendapatan petani padi Thailand. Thongratana Perera 2010 Meneliti faktor ketidakpastian lingkungan terhadap pasokan beras di Thailand. Verdow et al. 2010 Pemodelan rantai pasok yang digerakkan oleh permintaan dengan model referensi untuk produk buah. Blackburn Scudder 2009 Strategi desain rantai pasok untuk produk segar. dengan contoh melon dan jagung manis. Ferrer et al. 2008 Menyusun rencana penjadwalan yang optimal pada pemanenan buah anggur dengan model Linear Programming untuk meminimalisirkan harga. Manikas Manus 2008 Pengembangan model untuk mendukung traceability rantai pasok hasil ternak. Kirbrandoko 2007 Membangun model sistem integrasi vertikal agroindustri berbahan baku ikan dengan harapan untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Caixeta-Filho 2006 Mengembangkan Linear Programming pengaruh faktor-faktor pembatas kimiawi. biologis dan logistik terhadap mutu hasil panen buah dengan tujuan untuk memaksimalkan pendapatan. Widodo et al. 2006 Mendisain Dynamic Programming untuk mengintegrasikan faktor produksi. pemanenan dan penyimpanan yang merupakan fungsi dari pertumbuhan dan susut Loss untuk memaksimalkan kepuasan konsumen 17 Maulana 2005 Membangun model pengembangan agroindustri nanas dengan menyetarakan posisi petani nanas dengan agroindustri pengolahan nenas. Kazaz 2004 Desain stoehastic Programming dua tahap untuk menentukan kontrak produksi minyak zaitun pada kondisi hasil panen dan permintaan yang tidak menentu untuk memaksimalkan pendapatan. Romero 2000 Menentukan pola tanam yang efisien dengan mempertimbangkan resiko bagi produsen dengan model multi-objektif multi-tujuan. Miller et al. 1999 Membuat rencana produksi dan pemanenan bagi kilang pengemasan dengan Linear Programming dan Program Fuzzy dengan tujuan untuk minimalisasi biaya. Annevelink 1992 Menentukan letak pot tanaman pada green house yang bertujuan untuk meminimalkan biaya dengan menggunakan teknik heuristik dan genetika algoritma. 18 3 METODE

3.1 Pendekatan Sistem

Secara sederhana, menurut Tamin 1997, sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Sedangkan menurut Marimin dan Maghfiroh 2010 sistem adalah suatu kesatuan usaha, terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan secara teratur dan berusaha mencapai tujuan dalam lingkungan yang kompleks. Sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak. Dengan demikian, manajemen sistem dapat diterapkan dengan memfokuskan kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem Marimin Maghfiroh 2010. Pada dasarnya, pendekatan sistem merupakan penerapan sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manajemen pengambilan kesimpulan-kesimpulan yang sederhana dan simplistis yang searah dari suatu masalah yang disebabkan oleh penyebab tunggal. Pendekatan sistem dapat memberi landasan pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar pemahaman penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem Marimin Maghfiroh 2010. Sesungguhnya pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem system approach. Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan operasi sistem yang efektif Eriyatno 1998. Problematika pembangunan agroindustri berbasis padi melibatkan banyak pihak, meliputi berbagai aspek dan seyogyanya diselesaikan secara lintas-disiplin. Pendekatan secara sistem memungkinkan untuk menyelesaikan problematika ini secara holistik menyeluruh dan simultan. Dengan pendekatan secara sistem dapat diharapkan adanya sinergi yang dapat meningkatkan hasil dan sekaligus mempersingkat tempo penyelesaian.

3.2 Kerangka Pemikiran

Beras sebagai bahan pangan pokok sudah merupakan produk strategis yang harus dikelola sebaik mungkin baik menyangkut aspek volume pasokan, distribusi, harga dan mutunya. Dari sisi volume pasokan haruslah diupayakan jangan sampai terjadi kekurangan, sebab akan terjadi gejolak sosial apabila sampai terjadi kekurangan pasokan. Terdapat banyak cara untuk mencapai swsembada beras, diantaranya adalah dengan: 1. Ekstensifikasi, yaitu perluasan lahan tanaman padi, sehingga produksi padi dapat meningkat 19 2. Intensifikasi, yaitu upaya untuk meningkatkan produktifitas per luasan lahan. Pada cara ini biasa digunakan varietas padi berproduktifitas tinggi. 3. Diversifikasi, yaitu upaya penganekaragaman sumber pangan karbohidrat. Selain digunakan beras, digunakan pula karbohidrat dari sumber tanaman lain, baik umbi-umbian serealia lain ataupun buah-buahan. Dari kelompok umbi biasa digunakan cassava, ubi jalar dan kentang sedangkan dari kelompok buah adalah pisang dan sukun dari serealia antara lain jagung. 4. Mereduksi kehilangan pasca panen. 5. Menghilangkan kebiasaan buruk sebagian anggota masyarakat yang biasa menyisakan nasi di piring dan akhirnya dibuang di tempat cucian piring. Fokus pada penelitian ini adalah usaha untuk mereduksi kehilangan pasca panen. Penanganan pasca panen tanaman padi yang belum baik menyebabkan terjadinya kehilangan hasil panen. Kehilangan hasil panen ini masih cukup tinggi, sekitar 20 persen. Kehilangan hasil panen terjadi sejak operasi pemanenan, perontokkan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan dan juga penyimpanan. Memperhatikan angka produksi beras domestik tahun 2010 yang mencapai sekitar 38 juta ton beras, kalau kehilangan pasca panen dapat ditekan dari 20 menjadi 10 berarti akan diperoleh tambahan pasokan beras sebanyak 3,8 juta ton. Ini adalah jumlah beras yang besar. Upaya untuk mereduksi kehilangan pasca panen ditempuh dengan dua jalur yang saling mendukung yaitu pemberdayaan petani padi dan pembangunan agroindustri berbasis padi. Upaya pemberdayaan petani dipandang cukup vital agar harkat dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan. Lewat upaya pemberdayaan ini pula petani disadarkan pentingnya menekan kehilangan pasca panen. Petani disadarkan agar bekerja lebih cermat dalam penanganan pasca panen. Lingkup pemberdayaan petani paling tidak mencakup tiga aspek yaitu: a Capacity building atau peningkatan kapasitas SDM petani b Hardskill, yaitu penguasaan teknik pemanenan, perontokkan, pengeringan, penggilingan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan gabahberas. c Softskill, yaitu manajemenpengelolaan usaha misalnya usaha penggilingan padi. Langkah selanjutnya adalah membangun agroindustri modern berbasis tanaman padi. Agroindustri ini didesain dengan mengadopsi prinsip-prinsip green production, yaitu: a Profitability b Quality of life c Environment Berdasarkan prinsip-prinsip green production tersebut, maka yang dapat diaplikasikan pada pembangunan agroindustri ini adalah: 1. Produk utama yang dihasilkan: a Beras kepala terkemas dengan mutu super b Tepung beras, yang dihasilkan dari pengolahan lanjut beras patah dan menir c Bekatul, dijual ke pabrik-pabrik pakan ternak d Sekam, dijual ke peternakan ayam sebagai alas kandang ayam