Profil Usaha Penggilingan Padi

75

7.5 Pembangunan Unit Penggilingan Padi Modern Berpola Divestasi

Pengembangan agroindustri berbasis beras membutuhkan dukungan pendanaan yang besar. Di sisi lain petani yang tertarik dengan agroindustri mengalami kekurangan modal Sumaryanto Nurmanaf 2007 dan kemampuan manajerial. Untuk menyelesaikan masalah ini, pengembangan dengan metode divestasi dapat diguanakan. Satu unit penggilingan padi dibangun dan dioperasikan. Setelah penggilingan beras beroperasi dengan baik, maka penggilingan beras akan didivestasi kepada kelompok petani lokal. Pembayaran divestasi digunakan untuk membangun kembali revolving penggilingan beras yang lain, disebut metode bergulir rolling method dalam investasi atau reinvestasi. Pembangunan agroindustri berbasis padi dengan fokus pembangunan unit penggilingan padi modern, bila dilakukan secara biasa, bukan secara divestasi akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu penyelesaian yang cukup lama. Dengan menggunakan pola divestasi, maka biaya yang dibutuhkasn menjadi lebih kecil dan waktu penyelesaian yang lebih singkat. Studi kasus di Kabupaten Cianjur, sebagai salah satu sentra produsen beras di Jawa Barat, menunjukkan bahwa jika dipilih skenario III, maka dibtuhkan alokasi biaya sebesar Rp 81 milyar per tahun dengan waktu penyelesaian 8 tahun 6 bulan. Bila dipilih skenario II, maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp54 milyar, dengan waktu penyelesaian selama 10 tahun. Terakhir, bila dipilih skenario I, maka biaya yang dibutuhkan hanya Rp27 milyar per tahun dengan waktu penyelesaian selama 15 tahun. Dengan menggunakan pola divestasi, dana divestasi dapat ditarik kembali pada akhir periode pembanguan. Selanjutnya dana tersebut dapat digunakan untuk membangun agroindustri di tempat lain. Inilah kelebihan pola divestasi. Pada tahap implementaasi pembangunan agroindustri berpola divestasii ini, faktor kesiapan kelompok tani menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kelompok tani tersebut nantinya akan mengambil alih menjadi pemilik unit penggilingan padi modern, sehingga perlu persiapan matang. Berkaitan dengan faktor kesiapan kelompok tani ini, maka perlu juga dipersiapkan kelembagaan yang menaunginya. Untuk itu, perlu dikaji lebih lanjut bentuk kelembagaan yang sesuai yang dapat mendukung kepemilikan, pengelolaan dan pengoperasian unit penggilingan padi modern. Faktor lain yang penting unttuk diperhatikan adalah keberadaan para personalia pengelola pada periode konstruksi dan produksi percobaan. Seluruh personal pengelola harus memiliki kepakaran dan atau pengalaman dalam bidang yang relevan. Mereka harus memiliki kompetensi dan pengalaman dalam bidang pembangunan dan pengoperasian unit penggilingan padi. Bahkan penting bagi mereka untuk memiliki hubungan dan dapat berkomunikasi dengan para pelaku dalam mata rantai bisnis padi atau beras. 76

7.6 Implikasi Manajerial Aplikasi SPK Cerdas GILPAMOR

Mempertimbangkan bahwa persoalan yang dihadapi dalam upaya pembangunan agroindustri beras ini melibatkan permasalahan yang komplek, dinamis serta berdimensi besar, maka permasalahan ini perlu diselesaikan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan metodologi penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan atau faktor penting lainnya untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Untuk mempermudah bagi pihak-pihak yang berkepentingan berkaitan dengan penetapan keputusan untuk membangun agroindustri berbasis padi ini, perlu disusun suatu Sistem Penunjang Keputusan SPK. SPK membantu menentukan keputusan yang terbaik. SPK merupakan suatu konsep spesifik yang menghubungkan suatu sistem komputerisasi dengan pemakainya user friendly. SPK yang akan disusun adalah SPK Cerdas SPKC. SPKC ini dibangun dengan memanfaatkan teknik-teknik yang dikembangkan dalam bidang keilmuan Artificial Intelligence, seperti fuzzy systems, neural network dan genetic algorithms. Dengan SPKC ini diharapkan dapat membantu pihak penentu kebijakan dalam mengakses, menampilkan serta memahami data secara lebih cepat dan mudah untuk menentukan keputusan. Akhirnya, penelitian tentang pembangunan agroindustri berbasis padi dengan pola divestasi yang menggunakan pendekatan sistem sangat penting untuk segera dilakukan untuk menghasilkan model sistem pembangunan agroindustri yang dapat meningkatkan pendapatan petani, produksi beras domestik dan pembangunan agroindustri berbasis padi dengan biaya yang sehemat mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancang bangun SPKC yang dapat membantu para penentu keputusan untuk membangun suatu unit penggilingan padi modern di suatu kawasan penghasil padi. Untuk membangun suatu unit bisnis dalam bidang agroindustri, paling tidak ada empat faktor yang perlu diperhatikan dengan seksama, yaitu: harga bahan baku, harga produk jadi, biaya investasi dan biaya produksi. Pada agroindustri penggilingan padi, bahan bakunya berupa gabah kering panen, harganya relatif stabil bahkan cenderung merosot pada saat panen raya karena banyaknya pasokan. Sementara itu produk agroindustri ini yaitu beras sosoh harganya relatif stabil bahkan cenderung meningkat Sawit 2014, sehingga gap antara harga gabah dan beras cenderung kian melebar. Semakin lebar gap atau perbedaan harga tersebut berarti margin yang dapat diraih agroindustri penggilingan padi akan semakin meningkat. Sementara itu biaya investasi untuk pengadaan bangunan, permesinan dan peralatan relatif tidak begitu besar. Demikian juga dengan biaya operasi relatif tidak mahal dengan dukungan tenaga kerja yang tersedia di wilayah pedesaan. Hal ini mengidikasikan bahwa agroindustri penggilingan padi adalah bisnis yang menguntungkan.