Pembangunan Unit Penggilingan Padi Modern Berpola Divestasi

76

7.6 Implikasi Manajerial Aplikasi SPK Cerdas GILPAMOR

Mempertimbangkan bahwa persoalan yang dihadapi dalam upaya pembangunan agroindustri beras ini melibatkan permasalahan yang komplek, dinamis serta berdimensi besar, maka permasalahan ini perlu diselesaikan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan metodologi penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan atau faktor penting lainnya untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Untuk mempermudah bagi pihak-pihak yang berkepentingan berkaitan dengan penetapan keputusan untuk membangun agroindustri berbasis padi ini, perlu disusun suatu Sistem Penunjang Keputusan SPK. SPK membantu menentukan keputusan yang terbaik. SPK merupakan suatu konsep spesifik yang menghubungkan suatu sistem komputerisasi dengan pemakainya user friendly. SPK yang akan disusun adalah SPK Cerdas SPKC. SPKC ini dibangun dengan memanfaatkan teknik-teknik yang dikembangkan dalam bidang keilmuan Artificial Intelligence, seperti fuzzy systems, neural network dan genetic algorithms. Dengan SPKC ini diharapkan dapat membantu pihak penentu kebijakan dalam mengakses, menampilkan serta memahami data secara lebih cepat dan mudah untuk menentukan keputusan. Akhirnya, penelitian tentang pembangunan agroindustri berbasis padi dengan pola divestasi yang menggunakan pendekatan sistem sangat penting untuk segera dilakukan untuk menghasilkan model sistem pembangunan agroindustri yang dapat meningkatkan pendapatan petani, produksi beras domestik dan pembangunan agroindustri berbasis padi dengan biaya yang sehemat mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancang bangun SPKC yang dapat membantu para penentu keputusan untuk membangun suatu unit penggilingan padi modern di suatu kawasan penghasil padi. Untuk membangun suatu unit bisnis dalam bidang agroindustri, paling tidak ada empat faktor yang perlu diperhatikan dengan seksama, yaitu: harga bahan baku, harga produk jadi, biaya investasi dan biaya produksi. Pada agroindustri penggilingan padi, bahan bakunya berupa gabah kering panen, harganya relatif stabil bahkan cenderung merosot pada saat panen raya karena banyaknya pasokan. Sementara itu produk agroindustri ini yaitu beras sosoh harganya relatif stabil bahkan cenderung meningkat Sawit 2014, sehingga gap antara harga gabah dan beras cenderung kian melebar. Semakin lebar gap atau perbedaan harga tersebut berarti margin yang dapat diraih agroindustri penggilingan padi akan semakin meningkat. Sementara itu biaya investasi untuk pengadaan bangunan, permesinan dan peralatan relatif tidak begitu besar. Demikian juga dengan biaya operasi relatif tidak mahal dengan dukungan tenaga kerja yang tersedia di wilayah pedesaan. Hal ini mengidikasikan bahwa agroindustri penggilingan padi adalah bisnis yang menguntungkan. 77 Sungguhpun demikian ada faktor kritis yang perlu dipertimbangkan. Paling tidak ada dua faktor, yaitu faktor ketersediaan bahan baku atau gabah dan faktor tingkat suku bungan pinjaman. Kecukupan pasokan bahan baku penting untuk dipertimbangkan, bahkan menjadi prioritas pertama. Pasokan bahan baku yang tidak cukup akan menyebabkan unit penggilingan padi beroperasi dibawah kapasitas terpasang, yang berpotensi mengurangi margin. Demikian juga dengan tingkat suku bunga pinjaman. Semakin tinggi tingkat suku bunga juga akan mengurangi margin karena meningkatnya beban pembayaran bunga pinjaman modal. Badan Hukum Pengelola UPP UPP yang yang dikelola oleh kelompok tani sebagai unit usaha haruslah memiliki badan hukum. Keberadaan badan hukum ini penting untuk mendukung transaksi bisnis dengan berbagai entitas bisnis dan keuangan. Memperhatikan bahwa entitas pengelola UPP ini merupakan kelompok tani, maka badan hukum yang selama ini digunakan adalah koperasi, meskipun bentuk-bentuk badan hukum yang lain memungkinkan untuk dipergunakan seperti CV ataupun PT Perseroan Terbatas.

7.7 Kendala

Usaha mengembangkan dan membangun agroindustri berbasis padi dengan sasaran akhir untuk meningkatkan produksi beras dan pendapatan petani, tentunya tidak lepas dari berbagai kendala yang ada di lapang. Paling tidak ada dua kendala yang perlu diperhatikan, yaitu penguasaan lahan dan pola transaksi jual beli gabah yang sudah terbentuk selama ini. Idealnya kepemilikan lahan-lahan sawah masih didominasi petani, sehingga segala program yang dicurahkan untuk memajukan agroindustri padi hasilnya dapat dinikmati oleh petani. Selanjutnya mengenai pola transaksi jual-beli gabah yang sudah terbentuk selama ini, dikenal adanya tokoh yang bernama tengkulak, tokoh inilah yang menguasai bisnis jual-beli gabah petani. Adalah tidak mudah untuk mengubah pola transaksi yang sudah terbentuk ini, perlu sosialisasi dan upaya persuasif.